Sukses

Joe Biden Ultimatum RRC di Pidato Tahunan: Jangan Usik Kedaulatan AS

Presiden AS Joe Biden naik pitam ketika membahas Republik Rakyat China (RRC) di pidato tahunan State of the Union (SOTU) 2023.

Liputan6.com, Washington, DC - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden secara lantang memberikan peringatan kepada Republik Rakyat China (RRC) pada pidato tahunannya di Capitol Hill. Biden berkata siap mengambil langkah tegas untuk melindungi kedaulatan negaranya. 

Pidato itu disampaikan oleh Presiden Biden dalam acara State of the Union (SOTU) 2023. Retorika keras Joe Biden diberikan tak lama setelah "balon mata-mata" China menerobos wilayah AS dan ditembak jatuh pada pekan lalu. 

"Saya berkomitmen bekerja dengan China saat kita bisa memajukan kepentingan Amerika dan menguntungkan dunia. Tetapi jangan salah, sebagaimana kita pertegas pekan lalu, jika China mengancam kedaulatan kita, kita akan bertindak untuk melindungi negara kita," ujar Presiden AS Joe Biden, Selasa malam (7/2) waktu setempat.

Presiden Biden mengatakan dalam dua tahun terakhir kekuatan demokrasi sedang makin kuat di dunia, sementara pemerintahan otokrasi yang absolut semakin lemah. Ia berkata posisi AS saat ini sangat siap untuk menghadapi pihak dari mana pun.

Setelahnya, presiden tertua dalam sejarah AS itu mendadak berteriak siapa yang berani mengganti posisi pemimpin China. 

"Sebutkan satu padaku pemimpin dunia yang berganti tempat dengan Xi Jinping. Sebutkan satu padaku. Sebutkan satu padaku!" ujar Presiden Biden. 

Menurut Bloomberg, ucapan Joe Biden tentang "berganti tempat" itu tidak sesuai skrip dari tim kepresidenan. Sementara, akun Twitter milik Partai Republik menampilkan emoji kebingungan. 

2 dari 4 halaman

Kementerian Pertahanan China Sebut Reaksi AS Lebay Usai Tembak Balon Mata-Mata

Sebelumnya dilaporkan, pemerintah Republik Rakyat China (RRC) masih terus protes karena militer Amerika Serikat menembak balon mata-mata yang bergentayangan di langit AS. Balon itu terlihat di negara bagian Montana pada pekan lalu. 

Presiden AS Joe Biden akhirnya memerintahkan agar balon tersebut ditembak jatuh saja. Namun, pemerintah China bersikeras menyebut balon itu milik sipil dan "nyasar" di AS. 

Media pemerintah China, Global Times, balon tersebut masuk ke AS karena kecelakaan dan "force majeure". Pemerintah China mengaku berkali-kali berusaha menghubungi pemerintah AS untuk membahas balon ini. 

Selain itu media China juga menyalahkan pihak dengan pandangan keras (hawkish) ke China yang dianggap memperburuk situasi karena menggunakan narasi bahwa balon itu sebagai "serangan langsung kepada kedaulatan nasional AS". 

Kementerian Pertahanan China juga menyebut AS overreacting alias lebay karena sampai menembak balon itu. 

"Serangan AS dengan paksa terhadap kapal udara sipil tanpa awak merupakan suatu hal yang jelas merupakan overreaction," ujar Kolonel Senior Tan Kefei, jubir Kementerian Pertahanan China.

Tan berkata China akan mengambil langkah serupa di negaranya.

Lebih lanjut, Global Times menyebut "episode balon" tersebut menambah ketidakpastian pada hubungan China-AS. Pakar-pakar yang dikutip media tersebut berkata Amerika Serikat "menembak seekor nyamuk dengan meriam".

Lu Xiang dari Chinese Academy of Social Sciences bahkan berkata pemilik balon itu untuk menggugat AS, sebab balonnya bisa berisi teknologi-teknologi terbaru yang mungkin belum dimiliki AS. 

"Menembak hingga jatuh menyebabkan kerugian kepada pihak China dan firma penelitian teknologi terkait mempunya hak untuk menggugat AS," ujarnya.

3 dari 4 halaman

Sentimen Anti-China?

Pakar lain dari China menyebut ada beberapa politisi AS yang memperparah situasi, seperti Senator Tom Cotton, serta Gubernur Texas Greg Abbott. Menurut pakar hubungan internasional Li Haidong, insiden balon itu dieksploitasi untuk menambah sentimen anti-China.

"Dari pemerintah AS ke opini publik, insiden balon itu telah dieksploitasi untuk mempertebal sentimen anti-China yang akan membuat kebijakan AS terhadap China semakin agresif," ujar Li Haidong yang merupakan profesor di Institute of International Relations, China Foreign Affairs University.

Seorang pakar militer China secara anonim berkata ke Global Times bahwa aksi AS tidaklah praktis bagi AS sendiri, sebab biaya rudal yang ditembak terlampau mahal. Jika ke depannya ada balon-balon lain yang masuk, maka cara penembakkan tersebut bisa membuang-buang tenaga Angkatan Udara AS.

Sementara, pakar-pakar lain menilai penembakkan balon tersebut hanyalah "pertunjukkan politik".

Melalui Twitter, Senator Tom Cotton dari Partai Republik memang menyalahkan Presiden Biden karena membiarkan balon China masuk ke AS.

"Komunis-komunis China menguji Joe Biden dan ia gagal," ujar politisi dari partai oposisi itu.

Gubernur Texas Greg Abbott merupakan sosok yang menyebut balon China itu merupakan "serangan langsung" kepada kedaulatan AS.

4 dari 4 halaman

Jet Tempur Tembak Balon

Sebelumnya dilaporkan, Kementerian Pertahanan Amerika Serikat (AS) mengonfirmasi bahwa jet temputnya telah menembak jatuh balon mata-mata China di atas perairan teritorial AS.

Dalam operasi untuk menembak jatuh balon mata-mata tersebut pada Sabtu (4/2), otoritas melakukan penutupan terhadap tiga bandara dan wilayah udara di lepas pantai North Carolina dan South Carolina dengan alasan "upaya demi keamanan nasional". Rekaman di jaringan TV AS menunjukkan, balon jatuh ke laut setelah ledakan kecil.

Penjaga pantai juga menyarankan para pelaut untuk meninggalkan daerah itu karena operasi militer yang menimbulkan bahaya yang signifikan.

"Jet tempur F-22 menyerang balon dengan satu rudal AIM-9X Sidewinder dan balon itu jatuh sekitar enam mil di lepas pantai AS pada pukul 14.39," ungkap seorang pejabat pertahanan seperti dikutip dari BBC, Minggu (5/2).

Pejabat pertahanan menambahkan, puing-puing balon mata-mata itu mendarat di perairan setinggi 14 meter, lebih dangkal dari yang mereka perkirakan, di dekat Pantai Myrtle, South Carolina.

Militer sekarang berusaha mengumpulkan puing-puing balon. Dua kapal angkatan laut, termasuk satu dengan derek berat, dilaporkan berada di area tersebut.