Liputan6.com, Beijing - China berencana untuk menawarkan perawatan kesuburan gratis kepada warganya di bawah skema asuransi nasional. Langkah tersebut dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan angka kelahiran yang anjlok.
Dilansir CNN, Kamis (9/2/2023), Administrasi Keamanan Kesehatan Nasional mengatakan akan memperluas cakupannya untuk membantu menanggung biaya bagi keluarga yang sedang melakukan program hamil.
Baca Juga
Cakupan baru tersebut meliputi teknik teknologi reproduksi berbantu (ART) dan juga analgesia persalinan untuk mengurangi rasa sakit saat melahirkan. Prosedur ART yang paling umum dilakukan adalah In Vitro Fertilization (IVF).
Advertisement
Selain itu, otoritas China juga akan menambahkan obat-obatan pemicu ovulasi ke dalam program tersebut sebagai upaya untuk mengurangi infertilitas.Â
Program perawatan kesuburan gratis merupakan bagian dari upaya yang lebih luas untuk membujuk lebih banyak orang menikah dan memiliki lebih banyak anak.
Angka kelahiran di China telah menurun selama beberapa tahun belakangan. Bahkan, pada tahun lalu, negara itu mencatat penurunan populasi pertamanya dalam lebih dari 60 tahun.Â
Pemerintah menggambarkan merosotnya populasi China sebagai salah satu hambatan terbesar bagi pembangunan nasional.
Â
Populasi China Menurun
Menurut Biro Statistik Nasional (NBS) China, populasi negara itu turun menjadi 1,411 miliar pada 2022 atau turun sebanyak 850.000 orang dari tahun sebelumnya.
Pada saat yang sama, angka kelahiran turun ke rekor terendah yakni 6,77 kelahiran per 1.000 orang. Ini berarti, sekitar 9,56 juta bayi lahir pada tahun 2022, dibandingkan dengan 10,62 juta pada tahun 2021.
"Semakin banyak wanita di China yang menunda pernikahan dan memilih untuk tidak memiliki anak. Seringkali, mereka memiliki alasan kendala keuangan dan kebutuhan untuk memprioritaskan karier," demikian menurut profesor dari Renmin University Chen Wei.
Chen menambahkan bahwa pilihan yang mencakup prosedur mahal seperti IVF dapat membantu meringankan beberapa tekanan tersebut.Â
Biaya rata-rata terkait dengan IVF di kota-kota seperti Shanghai adalah antara US$ 4.500 atau sekitar Rp68 juta hingga US$ 5.000 atau sekitar Rp75,6 juta.
Advertisement
Kebijakan Satu Anak
Para pembuat kebijakan semakin khawatir tentang dampak krisis demografi yang berkembang di China terhadap pertumbuhan ekonomi.
China memperkenalkan kebijakan "satu anak" yang sangat kontroversial pada beberapa dekade lalu dalam upaya untuk mengatasi masalah kelebihan populasi dan pengentasan kemiskinan. Namun, kebijakan tersebut dihapus pada tahun 2015 di tengah kekhawatiran populasi yang menua dengan cepat dan menyusutnya tenaga kerja dapat mengancam stabilitas ekonomi dan sosial.
Awalnya, kebijakan baru memungkinkan pasangan untuk memiliki hingga dua anak, tetapi kemudian kembali dilonggarkan dengan mengizinkan punya tiga anak.
Â
Anak dari Orang Tua yang Belum Menikah
Dalam upaya yang lebih jauh lagi, pihak berwenang China juga mencabut pembatasan pencatatan kelahiran anak-anak yang lahir dari orang tua yang belum menikah. Artinya, pasangan yang belum menikah juga bisa memiliki anak dan mendaftarkan anak mereka secara hukum layaknya pasangan yang sudah menikah.
Bahkan komisi kesehatan Provinsi Sichuan, yang menampung lebih dari 83 juta orang, mengatakan akan mengizinkan orang tua tunggal untuk mendaftarkan kelahiran anak-anak mereka. Ini berarti mereka juga bisa mendapatkan manfaat yang sebelumnya hanya disediakan untuk pasangan yang sudah menikah.
Tunjangan ini termasuk asuransi persalinan yang mencakup perawatan kesehatan sebelum melahirkan, biaya pengobatan terkait persalinan, dan cuti hamil berbayar.
Advertisement