Liputan6.com, New Delhi - Ketika banyak pasangan transgender memperjuangkan hak mereka untuk memiliki anak, beda halnya dengan pasangan transgender di bagian selatan Kerala, India.Â
Pasangan Ziya Paval (21) dan Zahad (23) tengah berbahagia atas kelahiran anak kandung mereka.Â
Dilansir BBC, Kamis (9/2/2023), Paval tercatat sebagai laki-laki saat lahir dan kini diidentifikasi sebagai perempuan, sementara sebaliknya, Zahad tercatat sebagai perempuan dan kini diidentifikasi sebagai laki-laki.Â
Advertisement
Keduanya telah menghentikan terapi hormon karena menginginkan kehadiran bayi. Paval sendiri mengungkapkan bahwa ia sudah sejak lama ingin menjadi orang tua.
Setelah hasil foto kehamilan Zahad menjadi sorotan, mereka pun mengunggah video kelahiran anak mereka di YouTube.Â
Zahad melahirkan di Rumah Sakit Perguruan Tinggi Kedokteran Pemerintah di Kozhikode. Kasus ini menjadi yang pertama di Negeri Hindustan.
Aktivis sosial transgender Diya Sana mengumumkan kelahiran tersebut tanpa mengungkapkan jenis kelamin sang bayi.
"Saya mendengar tangisan bayi. Keduanya (orang tua dan bayi) sehat," tulis Sana di Facebook.
"Pertanyaan selanjutnya adalah apakah bayinya laki-laki atau perempuan. Ini bayi. Mari kita hentikan praktik menandai bayi (laki-laki atau perempuan) pada saat lahir. Individu queer akan menolak persepsi dan pembaruan masyarakat umum bahwa mereka diberkati dengan bayi laki-laki atau perempuan," sambungnya.Â
Melahirkan Lewat Operasi Caesar
Dikutip Indian Express, Menteri Kesehatan Kerala Veena George berbicara dengan Ziya melalui telepon dan menyapa pasangan itu.
George mengarahkan pengawas rumah sakit untuk memberikan perawatan gratis kepada Sahad dan bayinya. Setelah itu, rumah sakit diarahkan untuk memberikan ASI dari bank ASI.
Karena situasi tertentu, Zahad harus melahirkan melalui operasi caesar.
Pejabat rumah sakit mengatakan, "Ketika kadar gula darah (Zahad) naik, operasi caesar diperlukan. Zahad dan bayinya akan dipulangkan dalam tiga atau empat hari."
Advertisement
Diasingkan dari Keluarga
India diperkirakan memiliki sekitar dua juta orang transgender, namun aktivis mengatakan jumlah sebenarnya lebih tinggi.Â
Pada tahun 2014, Mahkamah Agung India memutuskan bahwa mereka memiliki hak yang sama dengan orang lain. Namun, mereka masih berjuang untuk mengakses pendidikan dan perawatan kesehatan, dan seringkali menghadapi prasangka serta stigma.
Ketika Paval dan Zahad bertemu tiga tahun lalu, mereka berdua diasingkan oleh keluarga mereka.
"Saya berasal dari keluarga muslim konservatif yang tidak pernah mengizinkan saya belajar tarian klasik," kata Paval.
"(Orang tua saya) konservatif sampai-sampai mereka memotong rambut saya, sehingga saya tidak menari," sambungnya. Paval juga mengatakan dia meninggalkan rumah untuk berpartisipasi dalam festival pemuda dan tidak pernah kembali.Â
Dia belajar menari di pusat komunitas transgender dan kini mengajarkannya kepada siswa di Distrik Kozhikode.
Sementara Zahad berasal dari keluarga Kristen dari komunitas nelayan di Kota Thiruvananthapuram. Dia saat ini bekerja di supermarket.
Zahad meninggalkan keluarganya setelah mengaku sebagai transgender. Tapi setelah dia hamil, keluarganya menerima pasangan itu dan mendukung mereka.
"Mereka membantu Zahad selama kehamilan," kata Paval.
Ibu Zahad awalnya meminta pasangan tersebut untuk tidak mengumumkan kehamilan. Tapi, kemudian, mereka mengumumkannya di Instagram minggu lalu setelah sang ibu memberi izin.
Meski demikian, Paval mengaku, hingga saat ini keluarganya belum menjenguk bayinya.
Pasangan itu mengatakan bahwa komunitas transgender sangat menyambut kehamilan mereka.
"Tentu saja, ada orang-orang baik di dalam komunitas transgender maupun di luar komunitas yang percaya pada stereotip. Mereka mengira pria trans tidak boleh mengandung bayi. Tapi itu tidak masalah," kata Paval.