Sukses

Benarkah Gempa Turki Buatan Amerika? Ini Faktanya

Beberapa pengguna media sosial belakangan sibuk mengomentari teori konspirasi soal beberapa orang yang percaya bahwa gempa bumi di Turki adalah buatan Amerika Serikat.

Liputan6.com, Ankara - Beberapa pengguna media sosial belakangan sibuk mengomentari teori konspirasi soal beberapa orang yang percaya bahwa gempa Turki dan negara tetangga Suriah, diciptakan oleh Amerika Serikat dengan menggunakan teknologi "HAARP".

Tagar #HAARP menjadi trending di Twitter, dikutip dari laman Geo.tv, Jumat (10/2/2023).

Pengguna Twitter lain menulis: “Tiga minggu lalu, Serkan Karabakh dari FETO mengatakan akan ada gempa berkekuatan 7,4. Kapal Amerika berlabuh di Turki dan tombolnya ditekan! Kedutaan ditutup dan anggotanya ditarik kembali.”

Pengguna lain menulis: “Awan muncul akibat senjata AS HAARP, lalu mengeluarkam energi pada ionosfer untuk menciptakan gempa buatan pada 2 Februari 2023. Mereka juga ingin membuat gempa buatan di Istanbul, dan sengaja menutup konsulat.”

Namun, kenyataannya tidak ada yang benar-benar tahu. Tidak ada pernyataan resmi tentang masalah ini yang dirilis atau ilmuwan mana pun yang menyetujui teori gempa Turki buatan Amerika.

Apa Itu HAARP?

HAARP adalah singkatan dari "High-Frequency Active Auroral Research Program" atau Program Penelitian Auroral Aktif dengan Frekuensi Tinggi.

HAARP (Wikipedia)

HAARP telah aktif sejak awal 1990-an. Meskipun proyek tersebut memiliki beberapa tujuan, kemajuan teknologi komunikasi radio dianggap sebagai fokus utamanya.

"HAARP adalah pemancar berfrekuensi dan berkekuatan tinggi yang paling ampuh di dunia untuk mempelajari ionosfer," bunyi rilis universitas oleh University of Alaska.

"Pengoperasian fasilitas penelitian dipindahkan dari Angkatan Udara Amerika Serikat ke University of Alaska Fairbanks pada 11 Agustus 2015, memungkinkan HAARP untuk melanjutkan eksplorasi fenomenologi ionosfer melalui perjanjian penelitian dan pengembangan kerjasama penggunaan lahan," lanjutnya.

Banyak orang yang menggunakan media sosial berpikir bahwa HAARP digunakan untuk menghukum Turki karena menolak bekerja sama dengan Barat.

2 dari 4 halaman

Frank Hoogerbeets Klaim Sudah Prediksi Gempa Turki 3 Hari Sebelum Kejadian, Siapa Dia?

Di sisi lain, nama Frank Hoogerbeets jadi sorotan di jagad Twitter, setelah cuitan yang mengklaim sudah prediksi Gempa Turki (3 hari sebelumnya) viral.

Frank Hoogerbeets memberikan keterangan memprediksi gempa bumi berkekuatan dahsyat. Mulai dari magnitudo 6 hingga ke atas, sama seperti gempa Turki yang sampai magnitudo 7,8.

Lantas, siapa Frank Hoogerbeets?

Dikutip dari laman opoyi.com, Jumat (10/2/2023), Frank Hoogerbeets diketahui bekerja untuk Survei Geometri Tata Surya (SSGEOS).

SSGEOS adalah lembaga penelitian yang memantau geometri benda langit dalam kaitannya dengan aktivitas seismik.

Hoogerbeets mengklaim bahwa ia meramalkan gempa berkekuatan 7,5 akan terjadi di wilayah Turki Selatan-Tengah, Yordania, Suriah, dan Lebanon pada Februari 2023. Ramalannya memang menjadi kenyataan.

Namun, beberapa orang di Twitter menjulukinya sebagai ilmuwan semu dan mempertanyakan prediksi sebelumnya.

Hoogerbeets me-retweet sebuah postingan dari agen penelitiannya SSGEOS tak lama setelah gempa tersebut.

 

 

3 dari 4 halaman

Unggah Postingan SSGEOS

Gempa kedua berkekuatan magnitudo 7,6 kemudian melanda Turki sekitar tiga jam setelah tweet tersebut.

"Cepat atau lambat akan ada M 7.5 #gempa bumi di wilayah ini (Turki Selatan-Tengah, Yordania, Suriah, Lebanon)," twitnya pada 3 Februari 2023.

"Hati saya bersama semua orang yang terkena dampak gempa bumi besar di Turki Tengah. Seperti yang saya nyatakan sebelumnya, cepat atau lambat ini akan terjadi di wilayah tersebut dan akan mirip dengan tahun 115 dan 526. Gempa bumi ini selalu didahului oleh geometri planet yang kritis, seperti yang kita alami pada 4-5 Februari," ujar Hoogerbeets mengungkapkan kekecewaannya saat prediksi itu menjadi kenyataan.

Dia juga me-retweet postingan SSGEOS yang memperkirakan gempa besar lainnya hanya beberapa jam sebelum gempa berkekuatan magnitudo 7,6 melanda Turki selatan.

Gempa bumi pertama, dengan kekuatan 7,8, terjadi saat orang-orang sedang tidur dan merupakan salah satu gempa terkuat yang melanda daerah tersebut setidaknya dalam satu abad.

Gempa ini terasa hingga Kairo dan Siprus. Menurut data awal dari Pusat Seismologi Mediterania Eropa, gempa kedua yang signifikan, berkekuatan 7,7 dan terjadi pada kedalaman 1,2 mil, terletak 42 mil timur laut Kahramanmaraş, Turki (EMSC). Ada lebih dari seratus gempa susulan kecil.

4 dari 4 halaman

Update Korban Gempa Turki: 20 Ribu Lebih Tewas hingga Cuaca Dingin Saat Penyelamatan

Lebih dari 20.000 orang sekarang dilaporkan telah meninggal dunia dalam insiden gempa Turki, Senin 6 Desember.

Tak hanya Turki, jumlah korban juga termasuk di Suriah. Tim penyelamat masih mencari korban selamat dari puing-puing, tetapi harapan memudar, setelah hampir 100 jam sejak gempa terjadi.

Kondisi dingin mengancam nyawa ribuan orang yang selamat yang kini tanpa tempat berlindung, air dan makanan.

Presiden Turki menyebut ini adalah insiden gempa besar abad ini, dikutip dari BBC, Jumat (10/2/2023).

Upaya dan bantuan internasional terus mengalir. Pada Kamis 9 Februari, Bank Dunia menjanjikan US$ 1,78 miliar bantuan ke Turki termasuk pembiayaan segera untuk membangun kembali infrastruktur dasar dan untuk mendukung mereka yang terkena dampak gempa bumi.

Namun upaya 100.000 atau lebih personel penyelamat di lapangan terhambat oleh sejumlah rintangan logistik termasuk kekurangan kendaraan dan jalan yang rusak.

Sekjen PBB Antonio Guterres memperingatkan bencana itu masih "jelas di depan mata kita". Terutama di Suriah, medan perang saudara yang berkepanjangan dan telah menghancurkan negara itu.

Pada Kamis 9 Februari, bantuan kemanusiaan PBB pertama melintasi perbatasan ke barat laut Suriah melalui penyeberangan Bab al-Hawa di Idlib.