Liputan6.com, Jakarta - Vlogger Nas Daily atau yang juga dikenal dengan nama aslinya Nuseir Yassin jadi pemberitaan usai bisa masuk ke Indonesia. Padahal, tahun 2018 kedatangannya pernah ditolak.
Menanggapi hal ini, pihak Imigrasi RI menyebut bahwa Nas Daily sebenarnya tidak masuk dalam daftar cegah.
Pihak Imigrasi juga menyebut bahwa tidak ada kewenangan dari pihaknya untuk melarang masuk Nas Daily ke Indonesia.
Advertisement
"Tidak ada daftar cegah ke yang bersangkutan. Jadi tak ad kewenangan Imigrasi larang masuk ke RI," ujar Achmad Nur Saleh Subkoordinator Humat Ditjen Imigrasi hari ini, Jumat (10/2/2023).
Selain itu, pihak Imigrasi menekankan bahwa Nas Daily memegang paspor Federasi Saint Kitts dan Nevis.
Nas Daily jadi sorotan usai menyebut Bali sebagai The Whitest Island in Asia atau pulau paling "putih" di Asia melalui sebuah unggahan Instagram-nya, baru-baru.
Titel itu disematkan Nas karena ia melihat banyak orang kulit putih yang tidak hanya berlibur, tapi juga tinggal di Pulau Dewata. "Ia (berkulit) putih. Ia (berkulit) putih. Mereka (berkulit) putih. Inilah desa paling 'putih' di Asia," ucap Nas membuka klip tersebut.
Ia menyambung, "Ke mana pun Anda pergi, akan ada banyak orang berkulit putih. Ini adalah sebuah pulau yang mencuri perhatian dunia Barat." Masih di video itu, Nas juga mengungkap alasan turis asing berkulit putih berkunjung dan pindah ke Bali.
"Yang pertama, alamnya. Sawah demi sawah. Semua (berada) di sekitar Anda, semuanya hijau," ucapnya.
Kemudian, Nas memuji keramahtamahan masyarakat Bali. Ia menyebut pulau tetangga Lombok itu memiliki banyak hotel terbaik di dunia dengan "keramahtamahan Indonesia yang sangat menawan."
Makanan Bali Terjangkau
Ketiga, Nas mengatakan bahwa harga makanan di Bali terbilang terjangkau bagi wisatawan, seraya memperlihatkan sepiring burger dengan kentang goreng seharga 4 dolar AS (sekitar Rp60 ribu). "(Harga) semua (barang) di sini sangat terjangkau, setidaknya untuk para turis berkulit putih," sebutnya.
Saat menutup video, Nas Daily menyebut sepeda motor sebagai alasan keempat banyak turis asing mengunjungi Bali. "Tidak ada subway. Tidak ada bus. Hanya skuter di sawah yang cantik," tambahnya. Konten ini menuai kritik dari warganet.
Advertisement
Kritik Warganet
Salah satu pengguna Instagram menulis, "Saya suka konten Anda, tapi saya sedikit tidak setuju dengan yang satu ini. Bukankah perpindahan 'orang kulit putih' ini memengaruhi penduduk setempat? Itu tampak seperti video yang berbicara tentang gentrifikasi tanpa membahasnya."
"Oke.. mari kita dorong mereka jadi turis, bukan jadi penduduk," timpal yang lain, sementara seorang warganet berkomentar, "Konten ini sangat dangkal. Pertama, Bali bukanlah sebuah desa. Cuplikan yang Anda tampilkan adalah hanya beberapa restoran wisata populer di Canggu, tidak mewakili Bali secara keseluruhan."
"Kedua, kami tidak membutuhkan lebih banyak turis, kami membutuhkan lebih banyak organisasi yang membantu kami mendidik bisnis agar lebih sadar, untuk tumbuh, bukan mengeksploitasi secara berlebihan," tuturnya. "Saat ini, penduduk setempat dibayar rendah, alam dieksploitasi secara berlebihan, dan turis bertindak seperti penyelamat dengan hanya membayar 4 dolar AS di restoran dan melanggar hukum karena mereka pikir mereka membantu orang miskin dengan berada di sini."
"Pernahkah Anda bertanya-tanya mengapa Anda membayar sangat sedikit untuk barang-barang yang biasanya tidak akan Anda bayarkan (dengan harga tersebut) di tempat lain?" tandasnya.
Pernah Ditolak Masuk Indonesia
Pada 2018, Nas Daily ditolak masuk ke Indonesia setelah permohonan visanya tidak dikabulkan otoritas RI, diduga karena memegang paspor Israel, lapor kanal Global Liputan6.com. Saat itu, Nas mengumumkan hal tersebut melalui unggahan Facebook.
"Dengan berat hati, saya mengumumkan bahwa saya ditolak mengunjungi negara Anda (Indonesia). Saya datang ke Singapura secara khusus untuk mendaftar visa Indonesia. Karena Indonesia adalah satu-satunya negara yang ingin saya kunjungi," tulis Nas dalam statusnya, seperti dikutip dari Antara, 4 September 2018.
"Bagi seorang Palestina-Israel seperti saya, itu tidak mudah. Anda harus melalui proses visa khusus dan satu ton kertas untuk diaplikasikan," ujarnya. "Saya mengikuti seluruh prosesnya, tahapan demi tahapan persis sesuai arahan hanya untuk mengetahui bahwa aplikasi visa saya ditolak."
"Saya tidak tahu kenapa. Saya menduga ini ada kaitannya dengan paspor Israel saya. Meski saya adalah muslim Palestina, saya tetap tidak diizinkan masuk (ke Indonesia)," sambung Nas.
Menanggapi hal tersebut, Direktorat Jenderal Imigrasi melalui Kepala Bagian Humas dan Umum saat itu, Agung Sampurno, mengatakan bahwa pihaknya menjalankan tugas berkaitan lalu lintas keluar masuk orang ke wilayah Indonesia, serta pengawasannya dalam rangka menjaga tegaknya kedaulatan negara.
Advertisement