Sukses

Retakan Sepanjang 300 KM Muncul di Turki Usai Gempa 6 Februari 2023

Retakan panjang ini muncul di perbatasan Turki-Suriah usai gempa besar yang terjadi awal bulan ini.

Liputan6.com, Gaziantep - Dua retakan muncul di permukaan Turki usai gempa besar pada 6 Februari 2023. Salah satu retakan itu sepanjang 300 kilometer.

Dilaporkan Space.com, Minggu (12/2/2023), retakan tersebut diobservasi oleh Centre for the Observation & Modelling of Earthquakes, Volcanoes & Tectonics (COMET). Pakar menyebut retakan seperti itu biasanya muncul setelah gempa besar, tetapi retakan di Turki terlihat sangat panjang.

Pada 6 Februari 2023, Turki diguncang dua gempa besar. Pertama saat dini hari, kemudian pada siang hari.

Retakan dengan panjang sekitar 300 kilometer itu muncul setelah gempa Magnitudo 7.8 yang terjadi di Turki. Lalu ada retakan kedua sepanjang 125 kilometer yang terbuka saat gempa kedua sebesar Magnitudo 7,5.

"Patahan gempa ini adalah salah satu yang terpanjang yang tercatat di benua-benua. Juga sangat tidak biasa saat ada dua gempa besar terjadi dalam beberapa jam dari satu sama lain," ujar Prof. Tim Wright yang memimpin tim COMET kepada Space.com.

Gerakan tektonik yang memicu gempa ini sampai membuat retakannya dapat terlihat dengan jelas di atas permukaan bumi, dan melewati kota-kota, bahkan bangunan.

Seorang ilmuwan di Turki juga menampilkan foto-foto retakan tersebut melalui Twitter.

Area Turki berada di pertemuan tiga lempeng: Anatolia, Arabia, dan Afrika. Alhasil, Turki menjadi rawan gempa. Bencana gempa yang terjadi pada 6 Februari merupakan salah satu yang paling parah di Turki selama satu abad terakhir. 

NASA juga menyatakan bahwa gempa tersebut sangat "besar" dan "luar biasa kuat". 

"Panjang retakan dan magnitudo 7.8 mirip dengan gempa 1906 yang menghancurkan San Fransisco," ujar pihak NASA.

Situs USGS menyebut lebih dari 3.000 orang meninggal akibat gempa di San Fransisco.

2 dari 4 halaman

28 Ribu Orang Tewas hingga Minggu 12 Februari 2023

Sebelumnya dilaporkan, korban tewas akibat bencana gempa bumi di Turki terus meningkat hingga mendekati 30 ribu korban jiwa. Berdasarkan laporan AP News, Minggu (12/2/2023), korban jiwa akibat gempa Turki sudah tembus 28 ribu orang.

Pencarian korban masih terus berlanjut dan regu penolong dari berbagai negara sudah tiba di Turki, termasuk dari Jerman dan Korea Selatan.

Seorang anak bayi berusia tujuh bulan juga berhasil ditolong oleh regu penolong. Media Turki NTV bahkan melaporkan ada bayi laki-laki bernama Hamza yang ditemukan selamat di Antakya meski tertimbun selama 140 jam.

Ada juga wanita muda berusia 20 tahun bernama Melisa Ulku yang ditolong dari reruntuhan setelah 132 jam terjebak. Polisi di Kahramanmaras sempat meminta masyarakat tidak bersorak atau bertepuk tangan agar tidak mengganggu kinerja para tim di lapangan.

Pakar menyebut bahwa survivor bisa selamat hingga sepekan atau lebih. Namun, harapan semakin memudar. Tim penyelamat menggunakan kamera thermal untuk mendeteksi para korban yang tertimbun tetapi tak kuat lagi berteriak tolong.

Gempa ini terutama berdampak di daerah Gaziantep dan Kahramanmaras. Pusat gempa juga tak jauh dari kota Aleppo di Suriah yang juga terdampak parah.

Bangunan-bangunan yang runtuh juga dilaporkan menyebabkan jutaan orang kehilangan tempat tinggal mereka. 

Tak semua penyelamatan berakhir bahagia. Seorang perempuan bernama Zeynep Kahraman meninggal di rumah sakit setelah upaya evakuasi yang dilakukan tim penyelamat Jerman selama 50 jam.

"Penting agar keluarga bisa mengucapkan selamat tinggal, agar mereka bisa melihat satu sama lain sekali lagi, agar mereka bisa memeluk satu sama lain lagi," ujar salah satu anggota tim penyelamat Jerman kepada media TV negaranya.

Presiden Turkiye Recep Tayyip Erdogan telah mengakui bahwa kerusakan infrastruktur menyulitkan respons pertolongan. Ia turut berkata gempa yang terjadi pada 6 Februari 2023 itu adalah yang terparah abad ini.

3 dari 4 halaman

KBRI Ankara Pantau Kondisi Logistik hingga Mental WNI Korban Gempa Turki

Dilaporkan sebelumnya, KBRI Ankara telah berhasil mengevakuasi 123 WNI korban gempa Turki dan Suriah yang kini berlindung di Wisma Duta, Ankara. 

Dubes RI untuk Turki, Lalu Muhamad Iqbal pun melakukan diskusi santai bersama mereka sambil mendengarkan secara seksama curahan hati ke 123 WNI tersebut. Ini guna memastikan bahwa pihak KBRI tidak hanya mengevakuasi, namun juga akan terus membantu para WNI menyelesaikan masalah pasca bencana.

“Saya pastikan kepada teman-teman sekalian bahwa kami tidak akan berhenti setelah evakuasi. Kami akan membantu teman-teman menyelesaikan masalah yang muncul akibat bencana ini semaksimal mungkin. Kami ingin agar teman-teman segera mulai hidup normal kembali”, ujar Dubes Iqbal dalam pertemuan tersebut.

Berbagai masalah dihadapi oleh para WNI yang dievakuasi saat gempa. Mulai dari masalah logistik karena saat menyelamatkan diri sebagaian besar tidak membawa pakaian, sepatu dan barang pribadi penting lainnya.

Sebagian juga mengalami trauma, penyakit-penyakit akibat tekanan pikiran, kehilangan paspor, kehilangan kartu tinggal di Turki, kehilangan dokumen-dokumen penting dan kehilangan akses perbankan.

4 dari 4 halaman

Pelajar Juga Terdampak

Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB Antonio Guterres pada Kamis meminta lebih banyak akses bantuan kemanusiaan ke barat daya Suriah dari Turki, mengatakan bahwa dirinya akan lebih senang jika PBB dapat menggunakan lebih dari satu perbatasan untuk mengantarkan bantuan setelah gempa dahsyat mengguncang wilayah itu, dimana korban jiwa mencapai 20 ribu.

“Jalanan rusak. Orang-orang sekarat. Sekarang waktunya untuk mencari semua jalan yang memungkinkan untuk memberikan bantuan dan personil ke semua wilayah terdampak. Kita harus mengutamakan masyarakat,” kata Guterres kepada wartawan di Markas Besar PBB di New York. 

Ia menambahkan Wakil Sekretaris Jenderal PBB untuk Urusan Kemanusiaan dan Koordinator Bantuan Darurat, Martin Griffiths, saat ini berada di Turki dan akan bergerak ke Suriah.

Perjalanan akan dilakukan selama akhir pekan untuk menganalisa kebutuhan dan bagaimana badan dunia itu dapat meningkatkan dukungan di tengah tragedi kemanusiaan ini.

Griffiths akan mendatangi Gaziantep di Turki dan Aleppo serta Damaskus di Suriah, dari keterangan ketua PBB.

Menurut dia itu adalah konvoi bantuan pertama yang menyeberang ke Suriah.

“Lebih banyak bantuan sedang dalam perjalanan, tetapi lebih banyak, lebih banyak lagi yang dibutuhkan,” kata Guterres kepada wartawan, dikutip dari Antara, Sabtu (11/2).

“Sekarang waktunya untuk membantu warga Turki dan Suriah yang terdampak gempa dahsyat,” kata ketua PBB itu pada Kamis.

Guterres ingin menunjukkan kepada mereka dukungan dan kedermawanan yang sama yang mereka berikan beberapa tahun belakangan, membantu jutaan pengungsi dan warga yang menyelamatkan diri dari konflik.