Sukses

Insiden Balon Mata-Mata: AS Bantah Tuduhan China dan Tegaskan Objek Terbang Bukan Alien

Sekretaris Pers Gedung Putih Karine Jean-Pierre pada Senin (13/2) membantah dugaan bahwa tiga objek terbang terakhir yang ditembak jatuh terkait dengan alien atau aktivitas angkasa luar.

Liputan6.com, Washington - Amerika Serikat (AS) membantah tuduhan pihaknya menerbangkan balon mata-mata di wilayah China.

"Kami tidak menerbangkan balon mata-mata di atas China. Saya tidak mengetahui adanya pesawat lain yang kami terbangkan ke wilayah udara China," ungkap juru bicara Dewan Keamanan Nasional di Gedung Putih John Kirby seperti dikutip dari BBC, Selasa (14/2/2023).

Pernyataan Kirby tersebut merespons klaim juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin pada Senin (13/2), yang menuturkan bahwa balon AS biasa memasuki wilayah udara negara lain secara ilegal.

"Sejak tahun lalu saja, balon AS... telah secara ilegal melintasi wilayah udara China lebih dari 10 kali tanpa persetujuan otoritas terkait," kata Wang seperti dikutip dari CNN.

AS sedang mengamati wilayah udaranya lebih dekat sejak insiden balon mata-mata China, yang ditembak jatuh di lepas pantai South Carolina pada 4 Februari.

Pejabat AS mengatakan, balon mata-mata China tersebut digunakan untuk memantau situs militernya yang sensitif. Tetapi, China membantah objek itu digunakan untuk memata-matai dan mengklaim balon terbang tersebut adalah perangkat pemantau cuaca yang "tersesat".

Sejak insiden itu, jet tempur AS telah menembak jatuh tiga objek terbang, satu di atas Alaska, satu di wilayah Yukon, Kanada, dan satunya lagi di Michigan. Kini, pemerintah berada di bawah tekanan untuk mengidentifikasi objek-objek tersebut.

Sekretaris Pers Gedung Putih Karine Jean-Pierre pada Senin membantah objek-objek terbang tersebut bersifat angkasa luar.

"Tidak ada indikasi alien atau aktivitas angkasa luar dengan penembakan baru-baru ini," katanya. "Saya ingin memastikan rakyat Amerika tahu itu dan penting bagi kami menegaskannya."

2 dari 3 halaman

Upaya Mengumpulkan Puing-puing

Kirby menjelaskan bahwa terdapat perbedaan antara balon mata-mata China dengan tiga objek terakhir yang ditembak jatuh.

"(Tiga) yang terakhir tidak menimbulkan ancaman langsung kepada orang-orang di daratan, tetapi ditembak jatuh untuk melindungi keamanan kami, kepentingan kami, dan keselamatan penerbangan," jelasnya.

Saat ini upaya sedang dilakukan untuk mengumpulkan puing-puing objek tersebut, tetapi Kirby menekankan bahwa objek yang ditembak jatuh di Alaska dan Kanada berada di daerah terpencil dan akan sulit ditemukan mengingat kondisi cuaca musim dingin. Adapun objek di Michigan, katanya, berada di perairan dalam Danau Huron.

"Para pejabat belum dapat menilai secara pasti objek-objek ini, tetapi tidak mengesampingkan kemungkinan mereka melakukan mata-mata," katanya.

Kirby sebelumnya menuduh Beijing mengoperasikan "program balon untuk pengumpulan informasi intelijen" dan aktivitas itu tidak terdeteksi selama pemerintahan Trump.

"Kami mendeteksinya. Kami melacaknya dan kami mempelajarinya dengan cermat untuk mencari tahu sebanyak mungkin," katanya.

3 dari 3 halaman

Pencarian Berbahaya

Juru bicara Royal Canadian Mounted Police Sean McGillis mengatakan, pencarian di Yukon berbahaya karena puing-puing objek itu kemungkinan terletak di daerah pegunungan yang terjal dengan tumpukan salju yang sangat tinggi.

McGillis menambahkan bahwa ada kemungkinan fragmen dari insiden Yukon dan Danau Huron tidak akan pernah ditemukan karena lokasinya yang jauh.

Pihak militer Kanada meminta setiap anggota masyarakat yang menemukan puing-puing objek misterius tersebut untuk langsung menghubungi polisi.

Perselisihan tentang balon mata-mata telah membuat Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken membatalkan kunjungan ke Beijing.

Namun, Blinken dilaporkan tengah mempertimbangkan menggelar pertemuan dengan diplomat paling senior China, Wang Yi, akhir pekan ini di sebuah konferensi keamanan di Munich, Jerman.