Liputan6.com, Malatya - Korban gempa Turki dan Suriah yang berkekuatan magnitudo 7,8 satu minggu lalu terus bertambah.
"Lebih dari 36.000 orang tewas dan puluhan ribu lainnya terluka di Suriah dan Turki," kata pihak berwenang seperti dikutip dari CNN, Selasa (14/2/2023).
Tim penyelamat dari berbagai negara yang membantu berjibaku dengan waktu untuk menyelamatkan para korban yang tertimbun reruntuhan bangunan.
Advertisement
Banyak yang tak selamat, tapi tak sedikit kisah sukses dari para penyelamat di Turki dan Suriah dalam melanjutkan upaya pencarian. Mereka menyelamatkan orang-orang yang tertimbun hingga 100 jam lebih pasca-gempa.
Haru bercampur duka, mungkin begitulah kira-kira gambaran perasaan tim penyelamat tatkala berhadapan dengan situasi hidup dan mati dalam operasi penyelamatan korban gempa di Turki dan Suriah.
Mengutip akun Instagram TRT, tim SAR dari china yang dikerahkan ke lokasi gempa Türki di Malatya terlihat membungkuk untuk memberi penghormatan terakhir kepada korban gempa mematikan yang melanda wilayah itu pada 6 Februari.
View this post on Instagram
Menurut laporan Global Times, tim Blue Sky Rescue Team, regu bantuan sipil Tiongkok yang telah membantu operasi penyelamatan di Provinsi Malatya dan Adiyaman di Turki sejak Kamis 9 Februari. Berdasarkan laporan per Minggu 12 Februari, tim tersebut dilaporkan telah menyelamatkan tujuh orang dan menemukan 78 korban meninggal setelah mencari di area yang mencakup 302 bangunan, Global Times belajar.
Sebanyak 209 anggota tim bantuan dari China itu telah berpartisipasi dalam operasi tersebut.
Donor Misterius Bantu Korban Gempa di Turki dan Suriah, Sumbang Rp 456 M
Bencana gempa di Turki dan Suriah mengetuk hati seorang warga Pakistan yang tinggal di Amerika Serikat. Ia, yang hanya disebut sebagai donor anonim, dilaporkan mendatangi Kedutaan Besar Turki di AS dan memberikan $30 juta atau sekitar Rp 456 miliar untuk membantu para korban lindu dahsyat bermagnitudo 7,8 (versi USGS).
"Seorang warga Pakistan yang tinggal di Amerika Serikat ke Kedutaan Besar Turki untuk secara anonim menyumbangkan $30 juta (Rp 456 miliar) kepada mereka yang terkena dampak gempa besar dan mematikan yang melanda Turki dan Suriah awal pekan ini," menurut Perdana Menteri Pakistan Shehbaz Sharif seperti dikutip dari Insider, Senin (13/2/2023).
Dalam sebuah twit pada Sabtu 11 Februari, Sharif mengatakan dia "sangat tersentuh" oleh tindakan tersebut.
"Ini adalah tindakan filantropi yang luar biasa yang memungkinkan umat manusia untuk menang atas rintangan yang tampaknya tidak dapat diatasi," kata PM Sharif.
Pemerintah Pakistan membentuk sebuah komite pada Kamis 10 Februari, untuk mengumpulkan dana dan menyediakan pasokan untuk Turki dan Suriah, Anadolu Agency, kantor media milik pemerintah Turki, melaporkan.
Sehari setelahnya, pada Sabtu 11 Februari, Otoritas Penanggulangan Bencana Nasional Pakistan mengatakan di Twitter bahwa dua kiriman bantuan lagi terbang ke saudara-saudari di Turki.
Korban tewas akibat gempa Turki berkekuatan magnitudo 7,8 melampaui 34.000 orang, dan ribuan lainnya masih dilaporkan hilang sementara upaya penyelamatan terusberlanjut.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyebut gempa itu sebagai the disaster of the century (bencana abad ini).
Saat jutaan orang mengungsi akibat bencana, menyumbangkan uang adalah cara paling efisien untuk mendukung para penyintas, dan organisasi tersebut memberikan bantuan di wilayah tersebut, Insider melaporkan.
Advertisement
Bantu Tangani Korban Gempa Turki, RI Bakal Dirikan Rumah Sakit Lapangan
Sementara itu, Indonesia turut mengirimkan bantuan bagi korban gempa Turki dan Suriah. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI telah mengirimkan bantuan logistik kesehatan tahap awal pada Sabtu, 11 Februari 2023.
Tim medis yang akan ikut serta menangani korban gempa Turki rencananya akan diberangkatkan Senin, 13 Februari 2023.
"Tim medis ini akan diberangkatkan hari Senin, dalam satu kloter dengan pesawat khusus," tutur Plt Kepala Pusat Krisis Kesehatan Sumarjaya, dikutip dari laman Sehatnegeriku.
Dalam misi kemanusiaan penanganan korban gempa Turki dan Suriah ini, Kemenkes mengutamakan penyediaan layanan kesehatan yang cepat dan tepat. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia bakal mendirikan rumah sakit lapangan dengan layanan EMT tipe 2.
Layanan EMT tipe 2 yang dimaksud yakni peralatan dan layanan kesehatan yang disediakan tergolong lengkap serta dapat melakukan tindakan operasi khusus di lapangan.
Kapasitas rumah sakit lapangan EMT tipe 2 pun cukup besar, kata Sumarjaya. Diantaranya mampu melayani pasien rawat jalan sebanyak 100-150 orang per hari, rawat inap 10 pasien per hari, bedah minor 10 pasien per hari, bedah mayor 1-2 pasien per hari dan mobile mampu melayani 50 pasien per hari.
Namun, saat ini pemerintah Indonesia membawa Tim EMT tipe 3 bagi penanganan korban gempa Turki.
“Kalau sekarang yang kita bawa Tim EMT tipe 3, tidak semua negara punya, kita upgrade dari tipe 2 karena di lapangan kita butuh X-ray, butuh meja operasi, itu kita bawa semua,” jelasnya.
Kemenkes Kirim Tim Medis
Ada 65 tenaga medis dari Kementerian Kesehatan yang akan diberangkatkan Senin, 13 Februari 2023. Mereka terdiri dari 3 jenis dokter spesialis, tenaga kesehatan dan tenaga pendukung kesehatan.
Dokter spesialis yang dimaksud terdiri dari spesialis bedah, spesialis orthopedi, spesialis anestesiologi, ahli pediatri, spesialis emergensi, spesialis kandungan, dan psikiatater
Sedangkan tenaga kesehatan yakni dokter umum, perawat kamar bedah, perawat IGD, perawat ICU, Psikolog, farmasi, bidan, epidemiolog, ahli gizi dan kesehatan lingkungan.
Tenaga pendukung kesehatan diantaranya administrasi, logistik, dan koordinator kesehatan.
Nantinya, tim kesehatan dari Kemenkes akan bergantung dengan 39 tenaga medis dari TNI, Polri dan BNPB sebagai Emergency Medical Team (EMT). Dengan demikian total tenaga medis yang akan diberangkatkan ke Turki dan Suriah sebanyak 104 orang.
Advertisement