Liputan6.com, Jakarta - Ada hal menarik usai pembacaan putusan hakim di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan hari ini. Terdakwa Kuat Ma'ruf memberi salam metal tiga jari ke Jaksa Penuntut Umum usai divonis 15 tahun penjara.
Lantas, apa makna dari salam metal tiga jari ini?
Dikutip dari laman allthedifferences, Selasa (14/2/2023) tanda ini punya makna "I love you" berasal dari Bahasa Isyarat Amerika.
Advertisement
Kemudian, isyarat ini telah menjadi tren hingga sekarang. Setelah populer di Amerika Serikat, negara-negara lain mengikutinya.
Konon salam ini berasal dari anak-anak sekolah yang mengalami gangguan pendengaran dan menggunakan Bahasa Isyarat Amerika, mereka menciptakan tanda dari kombinasi tiga huruf, I, L, Y dengan makna "Aku mencintaimu".
Salam “ILY” dianggap sebagai ekspresi informal dari berbagai perasaan positif bagi orang yang menjadi penerima tanda ini.
Salam ini juga digunakan oleh artis atau masyarakat di budaya musik heavy metal, mereka menggunakannya dan identik dengan tanda "tanduk" atau horns.
Dalam siaran langsung di PN Jaksel tampak pula mantan sopir dari Ferdy Sambo tersebut juga melakukan gerakan lain, yaitu pose finger heart.
Pose finger heart ini identik dengan salam saranghae. Adapun pose menyilangkan ibu jari dan telunjuk ini digunakan sebagai ungkapan cinta, terima kasih, dan penghargaan kepada seseorang.
Kuat Ma’ruf dijatuhi vonis 15 tahun penjara oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan (PN Jaksel) dalam kasus pembunuhan berencana terhadap Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J.
Ketua Majelis Hakim Wahyu Iman Santoso membacakan keputusan tersebut pada Selasa (14/2/2023).
"Menjatuhkan pidana kepada terdakwa Kuat Ma'ruf 15 tahun penjara,” ucap Hakim Wahyu sambil mengetuk palu sidang.
Dalam amarnya, Hakim menyatakan Kuat Ma'ruf telah terbukti bersalah melakukan tindak pidana secara bersama-sama. Kuat dinilai telah melanggar Pasal 340 KUHP jo Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP.
Hukuman Jauh Lebih Berat
Hukuman yang jauh lebih berat dari tuntutan jaksa ini bukan hanya berlaku pada Kuat Ma'ruf. Di hari sebelumya, Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi juga mendapat hukuman yang lebih berat.
Ferdy Sambo sebelumnya dituntut JPU hukuman penjara seumur hidup menjadi pidana mati. Sementara Putri Candrawathi dari 8 tahun penjara jadi 20 tahun.
"Menyatakan Ferdy Sambo telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah, melakukan tindak pidana turut serta melakukan pembunuhan berencana, dan tanpa hak melakukan tindakan yang berakibat sistem elektronik tidak bekerja sebagaimana mestinya yang dilakukan bersama sama. Menjatuhkan pidana kepada terdakwa dengan pidana mati," ujar Hakim Wahyu Iman Santoso.
Wahyu menyatakan, Ferdy Sambo terbukti bersalah melanggar Pasal 340 KUHP junto Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP.
Selain itu, Ferdy Sambo juga terbukti melanggar Pasal 49 juncto Pasal 33 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi Transaksi Elektronik junto Pasal 55 KUHP.
Advertisement
Vonis Putri Candrawathi
Putri Candrawathi, istri mantan Kadiv Propram Polri, Ferdy Sambo, dijatuhi vonis hukuman 20 tahun penjara oleh Majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan (PN Jaksel).
Diketahui, Putri terbukti bersalah dalam kasus pembunuhan berencana terhadap Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir J.
"Menjatuhkan pidana terhadap Putri Candrawathi 20 tahun penjara," ujar hakim Wahyu Iman Santoso di ruang sidang Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Senin (13/2/2023).
Vonis Putri Candrawathi selama 20 tahun penjara yang dibacakan oleh Majelis hakim PN Jaksel ini langsung menuai reaksi warganet di lini masa Twitter.
Kuat Ma'ruf Mengaku Tidak Tahu Rencana Ferdy Sambo
Sementara itu, dalam sidang pledoi (pembelaan) atas tuntuan JPU, Kuat Ma’ruf merasa semua yang disampaikan jaksa dalam persidangan hanyalah tuduhan yang tidak pernah dilakukannya.
"Saya seakan akan dianggap dan bahkan dituduh mengetahui perencanaan pembunuhan terhadap almarhum Yosua baik itu pisau yang dianggap saya sudah siapkan dari Magelang dan bahkan saya dituduh membawa pisau itu ke Duren Tiga. Padahal di dalam persidangan saya sangat jelas terbukti saya tidak pernah membawa tas atau pisau yang didukung dari keterangan para saksi dan video yang ditampilkan,” kata Kuat dalam pledoinya.
"Kemudian saya dianggap juga telah sekongkol dengan bapak Ferdy Sambo namun berdasarkan hasil persidangan saya tidak satupun saksi maupun video, rekaman ataupun bukti lain yang menyatakan kalau saya bertemu bapak Ferdy Sambo di Saguling,” tambah Kuat.
Advertisement