Liputan6.com, Seoul - Majelis Nasional Korea Selatan pada Selasa (14/2/2023), mengadopsi resolusi yang mendesak dukungan cepat pasca gempa Turki dan Suriah 6 Februari 2023. Resolusi tersebut berpusat pada dukungan terhadap operasi penyelamatan dan pemulihan di kedua negara dan menyediakan langkah-langkah keamanan bagi para imigran, pelajar, dan pelancong Korea di sana.
Kantor berita Korea Selatan, Yonhap, melaporkan bahwa resolusi juga menyetujui untuk menyumbangkan tiga persen dari gaji anggota parlemen bagi korban gempa Turki dan Suriah.
Baca Juga
Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol sebelumnya telah memerintahkan mobilisasi seluruh sumber daya yang tersedia untuk mendukung Turki, termasuk mengirimkan tim penyelamat beranggotakan 60 orang dan pasokan medis darurat. Demikian seperti dikutip dari kantor berita Anadolu.
Advertisement
Al Jazeera melansir bahwa korban tewas akibat gempa dahsyat di Turki mencapai 31.643 orang. Di Suriah, angka kematian mencapai 5.800. Dengan demikian total korban tewas di kedua negara telah melampaui 37.000 jiwa.
Masih Ada Suara...
Sementara itu, tim penyelamat di Turki selatan mengatakan, mereka masih mendengar suara-suara dari bawah reruntuhan lebih dari sepekan pasca gempa 6 Februari 2023. Menawarkan secercah harapan untuk menemukan lebih banyak korban selamat.
CNN melaporkan, tim penyelamat terus bekerja di Kahramanmaras, di mana mereka berusaha menyelamatkan tiga perempuan bersaudara yang diyakini terkubur di bawah reruntuhan.
Di wilayah yang sama, tim penyelamat "menarik" seorang anak laki-laki usia 18 tahun dan seorang pria pada Selasa. Peristiwa itu terjadi sehari setelah mereka menyelamatkan seorang anak perempuan usia 10 tahun yang terjebak sekitar 185 jam.
Presiden Recep Tayyip Erdogan mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang memberikan dukungan pasca gempa. Dia mengonfirmasi bahwa lebih dari 81.000 orang berhasil diselamatkan dari reruntuhan.
"Saya ingin sekali lagi berterima kasih kepada semua negara sahabat dan saudara yang telah mengumpulkan bantuan untuk bangsa kami siang dan malam, mendukung upaya pencarian dan penyelamatan kami dengan tim mereka, dan tidak melupakan kami dalam doa mereka," ujar Presiden Erdogan.
Di lain sisi, Wakil Presiden Turki Fuat Oktay pada Selasa membantah laporan soal kekurangan pangan dan bantuan.
"Tidak ada masalah dengan memberi makan masyarakat dan jutaan selimut telah dikirim ke semua wilayah," katanya seperti dikutip dari CNN.
Kementerian Luar Negeri Turki mengatakan lebih dari 9.200 personel asing ikut serta dalam operasi pencarian dan penyelamatan, sementara 100 negara telah menawarkan bantuan sejauh ini.
Advertisement
Fase Penyelamatan Segera Berakhir
Pada Senin (13/2), Kepala Bantuan Kemanusiaan PBB Martin Griffiths mengatakan bahwa fase penyelamatan korban gempa Turki dan Suriah segera berakhir. Hal tersebut disampaikan Griffiths selama kunjungan ke Kota Aleppo di Suriah utara.
"Dan sekarang fase kemanusiaan, urgensi penyediaan tempat tinggal, perawatan psikososial, makanan, sekolah, dan rasa masa depan bagi orang-orang ini, itu kewajiban kita sekarang," katanya.
Kelompok White Helmets atau yang dikenal juga dengan Pertahanan Sipil Suriah pada Senin sudah mengumumkan berakhirnya operasi pencarian dan penyelamatan. Pada saat bersamaan, mereka menyatakan masa berkabung selama tujuh hari di daerah-daerah yang dikuasai pemberontak.
Sebuah konvoi bantuan PBB kini dilaporkan telah memasuki Suriah barat laut dari Turki melalui persimpangan Bab al-Hawa. Wilayah itu dikuasai pemberontak.
Konvoi bantuan menyusul setelah tim pejabat senior PBB lebih dulu menyeberang ke Suriah via Bab al-Hawa. Pada Senin, pemerintah Suriah telah memberikan persetujuannya atas penggunaan dua penyeberangan lagi dari Turki ke Suriah barat laut untuk konvoi bantuan PBB.
Bantuan internasional memang lambat tiba di bagian Suriah yang dikuasai pemberontak. Jauh sebelum gempa menghantam, negara itu telah diperumit oleh perang saudara, yang memicu krisis kemanusiaan.