Liputan6.com, Hawaii - Para ilmuwan mengungkap sebuah klaim radikal bahwa energi dari lubang hitam adalah penyebab ekspansi alam semesta. Ekspansi itu berasal dari kekuatan "dark energy" atau energi gelap yang berada di inti lubang hitam tersebut.
Dilaporkan The Guardian, Kamis (16/2/2023), para ahli fisika sebetulnya berasumsi bahwa dark energy itu tersebar di ruang waktu, namun ilmuwan dari Universitas Hawaii menyebut dark energy sebetulnya terbentuk di dalam lubang hitam saat ada kekuatan dari bintang yang kolaps.
Advertisement
Baca Juga
Dark energy adalah istilah untuk menggambarkan sebuah kekuatan tak diketahui yang bekerja melawan gravitasi. Pasalnya, gravitasi harusnya memperlambat ekspansi semesta, kemudian muncul pertanyaan apa yang bisa mempercepat proses akselerasi, dan ilmuwan menjawab dengan dark energy.
Kini, pakar dari Universitas Hawaii menyebut dark energy itu berasal dari lubang hitam.
"Kami mengusulkan bahwa lubang-lubang hitam adalah sumber dari dark energy," ujar Duncan Farrah, ahli astronomi dari Universitas Hawaii.
"Dark energy diproduksi ketika zat normal terkompresi saat kematian dan kolapsnya bintang-bintang besar," jelas Farrah.
Penelitian ini diterbitkan di The Astrophysical Journal dan The Astrophysical Journal Letters.
Sebagai informasi, lubang hitam bisa mengabsorpsi bintang yang berada terlalu dekat.
Klaim dari Universitas Hawaii disambut dengan keraguan dari sejumlah pakar, meski mengakui bahwa ide tersebut layak diteliti.
Profesor fisika dari Niehls Bohr Institute di Kopenhagen, Vitor Cardoso, berkata ada sejumlah kontra-argumen yang bisa menghadapi klaim bahwa lubang hitam memiliki dark energy.
"Relasi yang diinvestigasi pekerjaan tersebut agak naif terkait antara massa lubang hitam dan ekspansi alam semesta," ujar Cardoso. "Dan tidak didukung prinsip-prinsip fundamental."
"Apa yang studi ini juga bisa katakan adalah sesuatu yang sederhana seperti 'lubang-lubang hitam berkembang secara berbeda hari ini ketimbang miliaran tahun yang lalu," tambah Cardoso. "Itu lebih dini untuk berpikir bahwa lubang-lubang hitam terkait dengan dark energy."
Farrah juga mengakui bahwa studinya belum banyak membuktikan sesuatu, namun ia menyebut bahwa studinya layak diperiksa dan diuji.
Sementara, Ofer Lahav, profesor astronomi dari University College London, memberikan respons yang lebih hangat.
"Mengingat sifat misterius dari dark energy, yang telah dianggap memiliki banyak inkarnasi selama seabad terakhir, ini adalah hal sehat untuk mempertimbangkan ide-ide yang segar dan memikirkan bagaimana mereka bisa dibantahkan," ujar pakar astronomi tersebut.
Exoplanet Baru
Sebelumnya, tim peneliti internasional menemukan sebuah exoplanet berukuran Bumi yang jaraknya 72 tahun cahaya. Planet itu dinamakan K2-415b.
Dilaporkan Space.com, Rabu (15/2/2023), exoplanet ini mengorbit dekat bintang katai merah K2-415. Posisinya K2-415b relatif deat dengan Bumi, meski bukan yang terdekat dari Bumi.
Baca Juga
Para peneliti mengidentifikasi exoplanet itu dari data NASA pada teleksop Kepler yang kini sudah tak operasional, kemudian misi K2, dan Transiting Exoplanet Survey Satelilite.
Exoplanet terdekat dari Bumi adalah Proxima Centauri b yang hanya berjarak empat tahun cahaya.
Menurut pakar dari Graduate University for Advanced Studies (SOKENDAI) di Jepang, Teruyuki HIrano, sistem K2-415 termasuk yang bintang paling dingin dan bermassa rendah, sehingga dapat menjadi lokasi exoplanet.
"Satu motivasi untuk menginnvestigasi planet-planet di sekitar bintang bermassa rendah adalah memahami dan mengklarifikasi apakah planet-planet itu berbentuk dan berkembang seperti planet di sekitar bintang tipe surya," ujar Hirano.
Bintang tipe surya adalah seperti matahari. Sementara, bintang kanai merah diketahui lebih dingin dan kecil.
Lebih banyak exoplanet yang ditemukan, lebih banyak yang dapat manusia pelajari tentang sistem bintang mereka. Alhasil, lebih tinggi pula kesempatan menemukan exoplanet yang berpotensi dapat ditinggali.
Sayangnya, K2-415b tidak berada di zona yang bisa ditinggali di bintang tersebut. Jarak antara planet tersebut dan bintang katai merahnya tidak memungkinkan planet tersebut untuk memiliki air. Namun, Hirano optimistis ada exoplanet lain di sistem tersebut.Â
"Ada kemungkinan bahwa ada planet lain yang berkeliaran di sistem tersebut yang berada di zona yang dapat ditinggali," ucap Hirano.
Advertisement