Liputan6.com, Beijing - China mengatakan lebih dari 200 juta warganya telah didiagnosis dan dirawat karena COVID-19 sejak negara itu mencabut langkah-langkah penahanan ketat yang dimulai pada November.
Dikutip dari Channel News Asia, Senin (20/2/2023), catatan dari pertemuan Komite Tetap Politbiro Partai Komunis dan dipimpin Xi Jinping mengatakan bahwa dengan 800.000 pasien yang sakit kritis telah pulih, China telah “secara tegas mengalahkan” pandemi.
Baca Juga
Kantor Berita resmi Xinhua mengutip Xi yang mengatakan bahwa kebijakan untuk mengendalikan wabah itu "sepenuhnya benar". Padahal, pencabutan aturan dan kebijakan nol-COVID secara tiba-tiba pada bulan November dan Desember menyebabkan lonjakan infeksi yang membuat rumah sakit kewalahan untuk sementara.
Advertisement
Jumlah kasus telah memuncak dan sebagian besar kehidupan telah kembali normal, meskipun perjalanan internasional masuk dan keluar China belum kembali ke tingkat pra-pandemi.
China memberlakukan beberapa lockdown, karantina, dan pembatasan perjalanan paling ketat di dunia. Selain itu, China juga masih menghadapi pertanyaan tentang asal-usul virus yang pertama kali terdeteksi di kota Wuhan di China tengah pada akhir 2019.
Penegakan hukum yang keras juga memicu protes anti-pemerintah yang jarang terjadi di negara itu.
Kehidupan Pasca Pandemi
Media Xinhua juga melaporkan bahwa China sekarang beralih ke tahap pasca-pandemi setelah berjuang melawan wabah yang "luar biasa secara ekstrem."
"Pemerintah akan terus mengoptimalkan dan menyesuaikan kebijakan, tindakan pencegahan dan pengendalian sesuai dengan waktu dan situasi dengan tanggung jawab dan tekad yang kuat," lapor Xinhua.
Advertisement