Liputan6.com, Washington - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan Presiden Rusia Vladimir Putin dilaporkan akan sama-sama berpidato pada Selasa (21/2/2023), tiga hari sebelum peringatan satu tahun invasi Rusia ke Ukraina. Pada hari tersebut, Biden akan berada di Warsawa, Polandia, di mana dia akan bertemu dengan Presiden Andrzej Duda.
"Tetapi acara publik utama Biden adalah pidato yang akan disampaikan pada Rabu dari Kastil Kerajaan Warsawa tentang bagaimana AS telah menggalang dunia untuk mendukung rakyat Ukraina saat mereka mempertahankan kebebasan dan demokrasi mereka", kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional John Kirby pada Jumat seperti dikutip dari The Guardian, Minggu (19/2).
Baca Juga
Pada Rabu (22/2), Biden dijadwalkan bertemu dengan para pemimpin Bucharest Nine, sekelompok anggota NATO di Eropa timur.
Advertisement
Selain itu, Gedung Putih mengatakan, dia akan berbicara melalui telepon minggu depan dengan para pemimpin Inggris, Prancis, dan Italia. Secara terpisah, Kanselir Jerman Olaf Scholz disebut akan tiba di Washington pada 3 Maret.
Diburu Waktu
Uni Eropa dikabarkan sedang menjajaki cara bagi negara-negara anggotanya untuk bekerja sama membeli amunisi untuk membantu Ukraina, menyusul peringatan dari Kyiv bahwa pasukannya membutuhkan lebih banyak pasokan dengan cepat.
Para menteri luar negeri Uni Eropa diperkirakan akan membahas gagasan pengadaan bersama peluru artileri 155 milimeter pada pertemuan di Brussel, Senin (20/2).
"Sekarang saatnya, sungguh, untuk mempercepat produksi dan meningkatkan produksi produk standar yang sangat dibutuhkan Ukraina," kata Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen dalam Munich Security Conference yang merupakan acara tahunan pada Sabtu (18/2/2023).
Dia menambahkan, "Dalam perang mengerikan yang dilancarkan Rusia melawan Ukraina, kami melihat bahwa kami dapat memindahkan gunung di bawah tekanan," katanya.
Advertisement
Belanda Tutup Konsulat di St Petersburg
Dalam perkembangan lainnya, pemerintah Belanda mengatakan, akan menutup konsulatnya di St Petersburg, Rusia, dan akan membatasi jumlah diplomat Rusia yang diizinkan di Kedutaan Besar Rusia di Den Haag.
"Rusia terus berusaha secara diam-diam memasukkan agen intelijen ke Belanda dengan kedok diplomasi. Kami tidak bisa dan tidak akan membiarkan itu," kata Menteri Luar Negeri Wopke Hoekstra.
"Pada saat yang sama, Rusia menolak memberikan visa kepada diplomat Belanda yang akan bekerja di konsulat di St Petersburg atau kedutaan di Moskow."
Pemerintah mengatakan telah memutuskan untuk membatasi jumlah diplomat di Kedutaan Besar Rusia di Den Haag agar sesuai dengan jumlah diplomat di Kedutaan Belanda di Moskow.
"Oleh karena itu, sejumlah diplomat harus meninggalkan negara itu dalam waktu dua minggu," kata Kementerian Luar Negeri Belanda, tanpa menyebut jumlah spesifik.