Sukses

Dubes AS: Perang di Ukraina Berakhir Jika Vladimir Putin Perintahkan Berhenti

Kunjungan Presiden AS Joe Biden ke Ukraina baru-baru ini menunjukkan dukungan yang semakin kuat terhadap negara tersebut, dan semakin berlawanan dengan Rusia.

Liputan6.com, Jakarta - Kunjungan Presiden AS Joe Biden ke Kyiv dan pertemuannya dengan Volodymyr Zelensky semakin menguatkan komitmen AS untuk mendukung Ukraina dalam perang melawan Rusia.

Lawatan ini terjadi jelang satu tahun invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari mendatang.

Sejauh ini belum ada tanda-tanda bahwa Rusia akan mengakhiri serangannya kepada Ukraina, yang telah menewaskan ribuan warga sipil dan sebagian lagi kehilangan tempat tinggal mereka. 

"Seperti yang saya katakan, perang akan berakhir ketika Putin memutuskan untuk menghentikan perang," ujar Duta Besar AS untuk Peradilan Pidana Global Beth Van Schaack dalam briefing online yang diikuti Liputan6.com, Rabu (22/2/2023). 

Beth juga menegaskan bahwa Putin adalah orang yang memiliki kuasa dalam hal ini, bahkan ketika negaranya melakukan kekejaman, serangan terhadap infrastruktur sipil hingga mengeksekusi warga Ukraina. 

"Ini adalah negara yang pasukannya melakukan amukan, dan bentuk kekerasan seksual lainnya terhadap perempuan dan anak perempuan, bahkan laki-laki dan anak laki-laki di Ukraina. Jadi perang dunia akan berakhir ketika Putin memutuskan dia bersedia untuk berpartisipasi dalam upaya diplomasi yang tulus," tambah Beth. 

 

2 dari 3 halaman

Makna Kunjungan Joe Biden ke Kyiv

Beth juga mengatakan bahwa tensi panas antara kedua negara tersebut, sepenuhnya atas pilihan Rusia, tidak seperti klaim yang mengatakan bahwa Barat memperburuk situasi yang ada. 

"Mari kita perjelas bahwa Rusia memilih perang ini. Dan dunia hanya menanggapi untuk meminta pertanggungjawaban Rusia atas semua kekejaman yang dilakukannya di Ukraina, termasuk kesalahan dalam meluncurkan perang agresi ini sejak awal," jelas Beth. 

Menurutnya, semua orang di dunia saat ini hanya berupaya untuk menemukan jalan tengah bagi masalah antara Rusia dan Ukraina. Namun, ini tetap harus mengacu pada kedaulatan teritorial Ukraina.

"Rusia benar-benar tetap menjadi satu-satunya penghalang perdamaian di Ukraina dan serangan biadab yang dilakukan merupakan bentuk terbaru bahwa Presiden Putin tidak memiliki minat nyata dalam diplomasi yang berarti. Jadi, ini semua terkait karena pilihan Rusia, bukan karena Presiden Biden mengunjungi Ukraina," katanya. 

3 dari 3 halaman

Soal Sanksi AS untuk Rusia

Lebih dalam lagi, Beth juga memaparkan soal sanksi yang telah digadang-gadangkan AS untuk pejabat Rusia dan perusahaan yang mendukung perang dengan Ukraina. 

Ia menjelaskan bahwa International Criminal Court (ICC) hanya dapat mengeluarkan putusan untuk hukuman penjara.

"Tidak ada hukuman sebelum putusan Mahkamah Pidana Internasional. Dan kemudian tergantung pada apakah ada pengadilan nasional lain, yang akan menjalankan yurisdiksi, hukuman yang dapat diberikan kepada terdakwa mana pun," tambahnya. 

"Jadi, untuk hukuman penjara itu dalam jangka waktu bertahun-tahun," ungkapnya lagi. 

Â