Sukses

2 Orang Tewas dan 53 Lainnya Hilang Akibat Tambang Batu Bara Runtuh di China

Presiden China Xi Jinping menuntut upaya habis-habisan dalam pencarian dan penyelamatan yang hilang dan perawatan bagi yang terluka.

Liputan6.com, Beijing - Sebuah tambang batu bara terbuka runtuh di wilayah utara Mongolia Dalam, China, pada Rabu (22/2/2023), menewaskan sedikitnya dua orang dan menyebabkan 53 orang hilang.

Kantor berita resmi Xinhua melaporkan, orang-orang terkubur di bawah puing-puing tambang di Alxa League. Enam orang yang terluka berhasil diselamatkan.

"Presiden China Xi Jinping menuntut upaya habis-habisan dalam pencarian dan penyelamatan yang hilang dan perawatan bagi yang terluka," lapor Xinhua seperti dilansir AP, Kamis, (23/2).

Lebih dari 300 petugas penyelamat, yang mengoperasikan 129 kendaraan penyelamat berpartisipasi dalam pencarian tersebut.

Menurut The Paper, perusahaan yang menjalankan tambang, Inner Mongolia Xinjing Coal Industry Co. Ltd., didenda tahun lalu karena berbagai pelanggaran keselamatan mulai dari rute akses yang tidak aman ke permukaan tambang hingga penyimpanan bahan yang mudah menguap yang tidak aman dan kurangnya pelatihan untuk pengawas keselamatannya.

Mongolia Dalam adalah wilayah utama untuk penambangan batu bara dan berbagai mineral serta tanah jarang, yang menurut para kritikus telah merusak lanskap asli pegunungan, stepa berumput, dan gurun.

2 dari 2 halaman

Kecelakaan Industri dan Konstruksi China

China sangat bergantung pada batu bara untuk pembangkit listrik, tetapi telah mencoba mengurangi jumlah kecelakaan tambang yang mematikan melalui penekanan yang lebih besar pada keselamatan dan penutupan operasi kecil yang tidak memiliki peralatan yang diperlukan.

Sebagian besar kematian akibat pertambangan dikaitkan dengan ledakan yang disebabkan oleh penumpukan metana dan debu batu bara atau karena tenggelam yang disebabkan oleh penambang yang menerobos lubang yang telah ditinggalkan karena banjir.

China telah mencatat banyak kecelakaan industri dan konstruksi yang mematikan dalam beberapa bulan terakhir. Hal tersebut dipicu pelatihan dan peraturan keselamatan yang buruk, korupsi pejabat, dan kecenderungan untuk mengambil jalan pintas oleh perusahaan yang mencari keuntungan.

Dalam salah satu insiden terburuk baru-baru ini, 38 orang tewas dalam kebakaran di sebuah perusahaan yang berurusan dengan bahan kimia dan barang industri lainnya di Provinsi Henan. Diduga kuat insiden terjadi karena pekerjaan pengelasan yang tidak aman.