Liputan6.com, Kyiv - Setahun berlalu, invasi Rusia ke Ukraina tak kunjung berakhir.
Tahun 2022 lalu pertumpahan darah akibat perang Rusia Ukraina telah merenggut banyak nyawa. Tak sedikit pula yang patah hati kehilangan orang-orang terkasih serta bersusah payah untuk bertahan hidup.
Malam-malam penuh ketegangan masih menyelimuti Ukraina. Masyarakat pun mempunyai kisah perang mereka sendiri, yang melekat di ingatan.
Advertisement
Bagaimana warga Ukraina menjalani kehidupan yang ekstrem akibat invasi Rusia ke Ukraina?
Masyarakat dunia mempertanyakan bagaimana kehidupan mereka setelah satu tahun perang yang mengubah segalanya, dan bagaimana mereka menghadapi kenyataan baru tersebut?
Berikut ini sejumlah kisah warga Ukraina melaluinya, melansir dari itv.com, Sabtu (25/2/2023):
Kehilangan Keluarga
Sonia, gadis asal Kyiv berusia 13 tahun ini kehilangan keluarganya pada awal perang.
Dua hari setelah invasi Rusia dimulai, s aat pasukan Moskow mulai mendekati Kyiv, keluarga Sonia mencoba melarikan diri dari ibu kota Ukraina dengan mobil. Tapi saat mereka pergi, pasukan Rusia melepaskan tembakan, dan membunuh semua keluarga Sonia. Ia pun terluka parah.
Begitu parahnya luka-lukanya sehingga dia di beritahu, kemungkinan dia tidak akan pernah bisa berjalan lagi.
Nenek Sonia, Svitlana, yang sekarang merawatnya, mengatakan kepada ITV News bahwa ini adalah "kesedihan yang luar biasa" yang harus mereka jalani.
"Dia merindukan kakak dan adiknya. Dia tidak menunjukkannya, tapi aku bisa melihatnya. Aku bisa melihat bagaimana reaksinya ketika mendengar nama Polina dan Samen di suatu tempat," kata neneknya kepada ITV News.
"Sesuatu sedang terjadi padanya pada saat itu," ucapnya kembali. Svitlana menjelaskan bahwa hidup ini tidak masuk akal, dan dia tidak tahu apa yang akan dia lakukan jika Sonia juga tewas dalam serangan itu.
Dia menambahkan, "Ia adalah satu-satunya keluarga yang aku punya."
Hubungan Sonia dan keluarganya sangat dekat, mereka mencintai alam bebas. Orang tuanya bernama Anton dan Svetlana, keduanya adalah dokter hewan. Dia juga dekat dengan adik-adiknya, yang bernama Polina dan Samen.
Kisah Dokter Yelizar Dikepung Rusia di Mariupol
Yelizar adalah seorang dokter yang telah melihat sebagian dari perang terburuk ini. Ketika tembakan pertama dari invasi Rusia ditembakkan, dia tengah tinggal di Mariupol bersama istrinya, bernama Valeria, dan putri kecil mereka.
"Dari hari pertama saya melihat kepanikan semua warga, mereka benar-benar sangat panik," katanya.
Ia berbicara kepada ITV News, mengenang hari-hari yang menyenangkan tinggal di kota tersebut, yang dia gambarkan sebagai hari yang sangat indah. Tapi Mariupol, sebuah kota pesisir di tenggara Ukraina, hampir musnah pada minggu-minggu pertama ketika perang terjadi. Pemerintah Ukraina sekarang memperkirakan bahwa setidaknya 95% kota itu telah hancur.
"Ketika saya melakukan perjalanan dari satu rumah sakit ke rumah sakit lain, saya melihat begitu banyak bangunan yang hancur dan begitu banyak orang yang meninggal," ucapnya kembali.Â
Setelah tinggal di kota itu selama tiga minggu, Yelizar dan keluarganya melarikan diri ke Kyiv, tetapi pengalaman itu membekas dalam dirinya. Dia berkata, "Saya mungkin kehilangan kebaikan saya. Saya membuat diri saya lebih kuat. Saya lebih baik seperti dokter karena melihat banyak kematian. Saya membantu ratusan orang. Tapi di dalam jiwa saya, perang telah menghancurkannya selamanya."
Advertisement
Perawat bernama Jhanna Kabur ke Jerman Jadi Pencari Suaka Bersama Putrinya
"Saya sangat merindukan kehidupan masa lalu saya di Kherson," kata Jhanna kepada ITV News. "Kami meninggalkan rumah kami, kerabat kami. Saya tidak tahu kapan akan melihat ibu kembali."
Jhanna tinggal dan bekerja sebagai perawat di Kota Kherson bersama putrinya, Sofia, ketika pasukan Rusia menyerbu. Dia pertama kali berbicara dengan ITV News melalui dairy video pada awal perang. Ia mendokumentasikan selama periode tiga bulan perang di bawah pendudukan Rusia.
"Hari ini di pagi hari, pada saat serang, saya bangun dan diberi tahu bahwa saya berada di bawah Federasi Rusia. Tapi saya tidak mau, dan mereka tidak mengizinkan saya untuk pergi," katanya.
"Kami telah disandera. Kepanikan telah menyebar pada waktu itu, terlalu banyak orang yang panik."Â
Akhirnya setelah seminggu, Jhanna dan Sofia memutuskan untuk melarikan diri dari Kherson melalui Krimea yang dikuasai Rusia, awalnya mereka tiba di Georgia, lalu ke Turki, sebelum mengklaim suaka di Brandenburg, Jerman.
"Sejujurnya, saya meninggalkan Kherson hanya untuk Sofia. Itu adalah keputusan yang sangat sulit. Kami pergi dan orang tua saya tinggal di sana, hati saya hancur berkeping-keping setiap hari," tambahnya.
Sofia sekarang bersekolah di sekolah bahasa Jerman bersama sekitar 20 anak Ukraina lainnya, sementara ibunya tengah berusaha mengembalikan stabilitas kehidupan mereka.
Pada November 2022 lalu, keadaan berubah di Kherson, dengan pasukan Ukraina merebut kembali kota dari penjajah Rusia.
Tapi penembakan belum berhenti, dan begitu pula ketakutan Jhanna terhadap orang tuanya. Dia berkata, "Perang, pemisahan, jarak, itu membantu kami untuk memahami bahwa Anda harus menghargai setiap hari yang Anda miliki. Saya bermimpi memeluk mereka, melihat mereka hidup dan sehat," katanya.Â
Jhanna melakukan panggilan telepon dengan keluarganya, dan ibunya mengatakan kepadanya bahwa dia dapat mendengar penembakan Rusia di Kherson selama panggilan berlangsung.
Kisah Mengharukan Seorang Ibu yang Anaknya Ditawan Oleh Pasukan Rusia
Tetiana adalah salah satu dari banyak ibu dalam perang ini, yang hidup tanpa kepastian bahwa putranya, masih hidup.
Di suatu tempat di Rusia, Vlad putra dari Tetiana adalah salah satu dari ratusan warga sipil yang telah ditangkap oleh pasukan Kremlin dan kini ditahan sebagai tawanan perang.
"Aku tidak tahu kamu bisa merindukan seseorang seperti itu," katanya kepada ITV News. "Kami tidak pernah berpisah begitu lama."
Pada bulan April tahun 2022 lalu, segalanya berubah untuk Tetiana ketika pasukan Rusia mulai mundur melintasi Ukraina, dan di belakang mereka muncul penemuan-penemuan yang mengerikan.
Kuburan massal berisi ratusan orang ditemukan di Kota Bucha. Penemuan suram membuat Tetiana ketakutan, yang menggambarkan perasaan dia seolah-olah hidupnya sudah berakhir.
Dia berkata, "Setiap kali mereka menggali kuburan, saya berdoa agar mereka tidak menemukannya (anaknya) di sana."
Vlad terakhir terlihat hidup oleh tetangga Tetiana, yang mengatakan dia terbaring di tanah setelah ditembak di kaki.
Berbulan-bulan berlalu tanpa sepatah kata pun tentang keberadaan sebelumnya, pada bulan Mei, seorang tawanan perang, yang dibebaskan oleh Rusia, menghubungi Tetiana untuk mengatakan bahwa dia telah mendengar nama Vlad dibacakan selama pembacaan daftar penjara.
Tetiana menggambarkan kabar berita itu seolah-olah dia telah dilahirkan kembali, meskipun baru September 2022 dia mendengar kabar langsung dari putranya. Dalam sebuah surat tertulis, putranya berkata baik-baik saja, memberi tahu ibunya untuk jangan khawatir dan juga harus menjaga diri dengan baik.Â
Surat itu memberi Tetiana harapan bahwa suatu hari dia akan bertemu kembali dengan Vlad. Dia berkata, "Itu satu-satunya hal yang memberi saya kekuatan. Saya menunggu setiap detik, itulah mengapa saya hidup" katanya.Â
Kisah Yulia, Janda yang Suaminya Meninggal Membela Bucha
Sekitar 12 bulan setelah invasi Rusia, banyak janda muda di Ukraina yang ditinggalkan oleh suaminya akibat dari konflik ini, salah satunya adalah Yulia.Â
Suaminya, bernama Oleksandr, adalah seorang montir mobil. Ia mendaftar sebagai patriot untuk membela negaranya. Pada hari pertama invasi, dia menyelamatkan Yulia dan kedua putrinya, sementara dia kembali ke mendan perang.
Tetapi selama pertempuran untuk Bucha, Oleksandr ditembak dan dibawa ke rumah sakit, di mana dia meninggal karena luka-lukanya. Setelah kota itu direbut kembali oleh Ukraina, Yulia dapat mengidentifikasi tubuh suaminya di antara kuburan massal.
Dia mengatakan kepada ITV News, "Saya telah berubah total. Saya pikir itu menghancurkan saya. Dan sekarang saya hidup untuk anak-anak saya," ucapnya. "Saya juga memberi tahu anak-anak saya, bahwa jika bukan karena mereka, saya akan berbaring di samping ayah mereka, itu akan membuat saya merasa lebih baik. Saya pikir kita semua bergantung satu sama lain, dan mencoba untuk mencari dukungan," tuturnya kembali.Â
Advertisement