Sukses

Moldova Tuduh Rusia Lancarkan Operasi Psikologis

Moldova telah memperingatkan selama berminggu-minggu bahwa Rusia sedang merencanakan perebutan kekuasaan di negaranya.

Liputan6.com, Chisinau - Para pemimpin Moldova yang pro-Uni Eropa membantah klaim Rusia bahwa Ukraina berencana menyerang Transnistria yang pro-Rusia.

Kementerian Pertahanan Rusia sebelumnya menuding bahwa Ukraina akan melakukan serangan ke Transnistria dengan berpakaian seperti Angkatan Bersenjata Rusia. Transnistria memproklamirkan kemerdekaan dari Moldova pada tahun 1990 ketika Uni Soviet runtuh.

"Kementerian Pertahanan Rusia memantau dengan cermat situasi di perbatasan Ukraina dengan Republik Pridnestrovie Moldavia dan siap menanggapi setiap perubahan situasi," ungkap Kementerian Pertahanan Rusia pada Kamis (23/2/2023), seperti dilansir Anadolu.

Dan para pejabat Moldova mencap klaim Rusia itu sebagai psychologycal operations (PsyOps), upaya sistematis untuk merangkul hati dan pemikiran populasi yang menjadi sasaran dalam kerangka pasukan melakukan operasi militer atau bertahan secara aktif.

"Kementerian pertahanan meyakini bahwa klaim itu adalah elemen dari operasi psikologis dibanding rencana nyata," ungkap Menteri Pertahanan Moldova Valeriu Mija seperti dikutip dari BBC, Jumat (24/2).

Moldova telah memperingatkan selama berminggu-minggu bahwa Rusia sedang merencanakan perebutan kekuasaan di negaranya.

Presiden Moldova Maia Sandu dalam lawatannya ke Rumania mengungkapkan tantangan keamanan yang belum pernah terjadi sebelumnya.

"Beberapa orang ingin negara kita jatuh dan mendirikan pemerintahan boneka di Chisinau, yang diperbudak oleh kepentingan Kremlin," kata dia.

Moldova bukan bagian dari NATO. Pada Juni 2022, Moldova bersamaan dengan Ukraina diberikan status kandidat oleh Uni Eropa. Kemudian pada awal pekan ini, pemimpin Moldova bertemu dengan Presiden Amerika Serikat Joe Biden, yang berjanji akan mendukung kedaulatan negara itu.

2 dari 2 halaman

Tantangan yang Diciptakan oleh Perang Ukraina

Dengan populasi hanya 2,6 juta jiwa, Moldova adalah salah satu ekonomi termiskin di Eropa dan sangat rentan terhadap perang di Ukraina.

Moldova telah menghadapi krisis energi besar karena infrastruktur listriknya berasal dari era Uni Soviet. Rusia tidak hanya membatasi pasokan gas, tetapi serangannya terhadap jaringan listrik Ukraina memiliki efek yang tidak langsung.

Inflasi yang merajalela dan masuknya pengungsi dalam jumlah besar dari Ukraina telah menciptakan tekanan lebih lanjut, yang menyebabkan protes yang diorganisir oleh partai populis dan pro-Rusia pimpinan Ilan Shor, Sor.

Ada juga peningkatan insiden yang digambarkan oleh Perdana Menteri Dorin Recean sebagai "serangan hibrida".

Presiden Sandu menuduh Rusia merencanakan penggulingan pemerintah Moldova dengan bantuan penyabot asing termasuk dari Serbia, Belarus,dan Montenegro.

Di lain sisi, Kremlin menuduh para pemimpin Moldova tergelincir ke dalam histeria anti-Rusia dan memperingatkan mereka untuk "sangat, sangat berhati-hati" dengan pernyataan mereka.