Sukses

Zelensky Ingin Bertemu Presiden China Xi Jinping untuk Bahas Perdamaian Ukraina-Rusia

China sejauh ini belum secara terbuka menanggapi pernyataan Zelensky untuk bertemu Xi Jinping.

Liputan6.com, Kyiv - Presiden Volodymyr Zelensky mengatakan, dia berencana bertemu dengan Presiden China Xi Jinping untuk membahas proposal yang ditawarkan Beijing demi mengakhiri perang Ukraina. Hal tersebut disampaikan Zelensky pada peringatan pertama invasi Rusia ke Ukraina, Jumat (24/2/2023).

"Saya benar-benar ingin percaya bahwa China tidak akan memasok senjata ke Rusia," katanya seperti dikutip dari BBC, Sabtu (25/2).

Proposal damai China menyerukan pembicaraan damai dan menghormati kedaulatan nasional. Namun, dokumen yang terdiri dari 12 poin itu tidak secara khusus mengatakan bahwa Rusia harus menarik pasukannya dari Ukraina. Yang ada malah mengutuk sanksi sepihak terhadap Rusia, yang kemudian ini dipandang sebagai kritik terselubung terhadap Barat.

China sejauh ini belum secara terbuka menanggapi pernyataan Zelensky untuk bertemu Xi Jinping. Di lain sisi, Rusia memuji proposal perdamaian China.

"Kami memiliki pandangan yang sama dengan Beijing," ungkap Kementerian Luar Negeri Rusia.

Awal pekan ini, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken menuding, Beijing sedang mempertimbangkan untuk memasok senjata dan amunisi ke Rusia. Klaim tersebut telah dibantah keras oleh Beijing.

Kemudian pada Jumat, media AS kembali melaporkan bahwa pemerintah China sedang mempertimbangkan pengiriman drone dan peluru artileri ke Rusia.

Ditanya tentang dugaan rencana China itu, Presiden AS Joe Biden mengatakan kepada ABC News pada Jumat, "(Presiden Rusia Vladimir) Putin bertepuk tangan, jadi bagaimana bisa itu ada gunanya? Saya belum melihat apa pun dalam rencana itu yang menunjukkan bahwa ada sesuatu yang akan bermanfaat bagi siapa pun selain Rusia."

Proposal China yang dirilis ke publik bertepatan dengan peringatan setahun perang Ukraina dan pasca kunjungan diplomat paling senior China Wang Yi ke Moskow, di mana dia bertemu dengan Presiden Putin dan Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov pada Rabu (22/2).

NATO menyambut proposal China dengan hambar. Ketua NATO Jens Stoltenberg mengatakan, Beijing "tidak memiliki cukup kredibilitas" karena "tidak mampu mengutuk invasi ke Ukraina".

2 dari 2 halaman

Ukraina Akan Menang Jika Sekutu Tepati Janji

Dalam konferensi pers yang panjang di Kyiv pada Jumat, Zelensky mengatakan, "Kemenangan pasti akan menunggu kita jika sekutu menghormati janji dan tenggat waktu."

Polandia mengatakan telah mengirimkan empat tank Leopard II buatan Jerman ke Ukraina dan siap mengirimkan lebih banyak lagi. Jerman mengungkapkan akan menyediakan 14 tank Leopard. Spanyol dan Kanada juga menjanjikan pengiriman tank.

AS -sejauh ini merupakan penyedia bantuan militer terbesar ke Ukraina- telah berjanji untuk mengirim 31 tank M1 Abrams, sementara Inggris menyediakan 14 tank Challenger 2.

Zelensky dalam pidatonya juga menyinggung soal resolusi Majelis Umum PBB yang lolos, namun tidak mendapatkan banyak dukungan dari negara di Afrika dan Amerika Latin.

"Kami tidak bekerja (sama) dengan baik selama bertahun-tahun, kami tidak memperhatikan itu, saya pikir itu adalah kesalahan besar," katanya.

Ditanya apakah dia bisa menyebutkan momen terburuknya dalam perang sejauh ini, Zelensky mengatakan Bucha, sebuah kota di luar Kyiv di mana pasukan Rusia dituduh membunuh warga sipil semasa awal perang. Kota kecil itu berada di bawah kendali Rusia sampai pasukan Ukraina melawan pada April lalu untuk merebutnya kembali.

"Apa yang saya lihat: mengerikan," kata Zelensky.