Sukses

Moldova Usir 2 Warga Asing, Dituduh Terlibat Plot Penggulingan Pemerintah Pro-Barat

Tindakan subversif yang dilakukan dua warga negara asing itu, sebut badan intelijen Moldova, mencakup penyelidikan berbagai lokasi di dekat kantor pemerintah dan infrastruktur kritis.

Liputan6.com, Chisinau - Badan intelijen Moldova pada Senin (27/2/2023) mengatakan bahwa dua warga negara asing yang mengaku sebagai turis telah diusir dari negara itu dan dilarang kembali selama 10 tahun. Langkah tersebut diambil setelah mereka tertangkap melakukan "tindakan subversif" untuk mengacaukan Moldova.

Badan Intelijen dan Keamanan Moldova (SIS) mengklaim bahwa pasangan itu dilatih dalam pengumpulan data dan informasi untuk penerapan rencana mengacaukan situasi internal di negara itu, memprovokasi perubahan tatanan konstitusional Moldova.

SIS tidak menyebutkan kapan warga negara asing tersebut tiba di Moldova, dari negara mana mereka berasal atau untuk siapa mereka diduga bekerja. Demikian seperti dikutip dari AP, Selasa (28/2/2023).

Tindakan subversif yang dilakukan dua warga negara asing itu, sebut SIS, mencakup penyelidikan berbagai lokasi di dekat kantor pemerintah dan infrastruktur kritis. Menurut SIS, mereka dikoordinasikan oleh sekelompok individu yang berafiliasi dengan jaringan konspirasi teknologi politik luar negeri dan ahli rekayasa sosial.

SIS menambahkan bahwa dua warga negara asing itu secara aktif memantau dan mendokumentasikan proses sosial dan politik di Moldova, termasuk protes yang diselenggarakan di ibu kota.

2 dari 2 halaman

Protes Antipemerintah

Minggu lalu, ribuan pengunjuk rasa antipemerintah demo di ibu kota, Chisinau. Mereka menuntut pemerintah baru sepenuhnya menutupi tagihan energi di tengah krisis biaya hidup. Mereka juga mendesak Presiden Maia Sandu yang pro-Barat mundur.

Protes itu diorganisir oleh kelompok yang baru dibentuk bernama Gerakan untuk Rakyat dan didukung oleh anggota Partai Shor yang bersahabat dengan Rusia.

Pernyataan SIS pada Senin juga muncul setelah Sandu menguraikan klaimnya pada 13 Februari atas rencana yang diduga didalangi Rusia untuk menggulingkan pemerintah Moldova, menempatkan negara itu di bawah kendali Rusia, dan menggagalkannya untuk bergabung dengan Uni Eropa.

"Melalui tindakan kekerasan, terselubung di bawah protes yang disebut oposisi, pergantian kekuasaan di Chisinau akan dipaksakan," kata Sandu.

Sandu mengungkapkan, plot Rusia untuk mengacaukan Moldova berupa serangan terhadap gedung-gedung pemerintah, penyanderaan, dan tindakan kekerasan lainnya oleh kelompok penyabotase. Rusia menolak keras klaim tersebut.

Pada Juni lalu, bersamaan dengan Ukraina, Moldova diberikan status calon anggota Uni Eropa.

Â