Liputan6.com, Wellington - Tepat 33 tahun yang lalu, telah terjadi sebuah tragedi, dua kereta tersapu ke ngarai oleh longsoran salju di Wellington, Washington, AS. Peristiwa pada 1 Maret 1910 itu menewaskan 96 orang.Â
Karena lokasi bencana yang jauh, dan risiko longsoran susulan akan terjadi, upaya penyelamatan korban dan penemuan jenazah belum selesai hingga beberapa hari kemudian setelah kejadian tersebut.
Baca Juga
Mengutip History.com, kereta arah barat milik perusahaan Great Northern Railroad berangkat ke Seattle, Washington, dari Spokane pada tanggal 23 Februari. Kemudian pada 26 Februari, badai salju di Washington menyebabkan tumpukan salju tinggi di Pegunungan Cascade yang memblokir jalur rel kereta api.Â
Advertisement
Meskipun banyak pekerja berusaha membersihkan rel kereta dari salju, namun kereta masih tertahan di Wellington, sebuah desa kecil di King County setelah Stevens Pass, hampir seminggu telah tertahan.Â
Jalur telegraf di daerah itu juga putus akibat badai, dan hanya ada sedikit penumpang atau personel kereta api yang bisa mengirim komunikasi sedangkan selebihnya menunggu badai berlalu.
Stasiun kereta Wellington terletak di dekat dasar Gunung Windy, tetapi tidak memiliki penutup pelindung untuk rel.
Pada 28 Februari, kondisi cuaca berubah, dengan suhu turun dan badai petir menghantam daerah tersebut. Di Idaho, beberapa penambang tewas dalam longsoran salju, dan banjir membahayakan penduduk di daerah dataran rendah.
Perubahan cuaca itu menjadi awal petaka bagi para penumpang kereta yang tertahan di Wellington. Pada pukul 04.20 waktu setempat keesokan paginya, dengan sekitar 50 penumpang dan 75 karyawan Great Northern Railroad tertidur di dalam Spokane Express, tiba-tiba longsoran salju dari Windy Mountain terjadi. Dipicu oleh kombinasi hujan, kilat, dan guntur.
Kronologi Kejadian
Charles Andrews, seorang pekerja kereta api dan penduduk Wellington yang menyaksikan bencana tersebut, menggambarkan kejadian tersebut: salju putih bergerak menuruni lereng gunung di atas kereta api. Tanpa henti salju itu terus maju, bergemuruh, dan menggelinding. Spokane Express dan kereta pos terlempar dari rel ke ngarai terdekat sedalam 150 kaki atau 45 meter. Stasiun Wellington terdampak dan tertutupi oleh salju tersebut, meskipun hotel dan toko di kota itu tidak tersentuh oleh salju sama sekali.
Di dasar ngarai, kereta api tertutup salju dan puing-puing setebal 40 hingga 70 kaki (12 sampai 21 meter). Karena jalur telegraf terputus, penduduk Wellington tidak dapat meminta bantuan segera.
Terlepas dari risiko longsoran lebih lanjut, banyak orang turun tangan, untuk mencoba menggali menyelamatkan korban yang selamat. Pada malam tanggal 2 Maret bantuan dari luar Wellington baru bisa mencapai lokasi tersebut.
Saat itu, 23 orang telah di tarik keluar hidup-hidup, kebanyakan dengan luka serius. Butuh waktu lebih dari seminggu untuk mengevakuasi 96 jenazah korban longsoran salju, yang kemudian harus dipindahkan dengan kereta luncur ke jalur rel untuk transportasi lebih lanjut.
Sebagai buntut dari tragedi yang disebut sebagai kecelakaan kereta terburuk dalam sejarah Washington saat itu, Kota Wellington diganti namanya menjadi Tye dan jalur rel baru dengan terowongan pelindung didirikan, sedangkan jalur lama sekarang menjadi jalur pendakian yang populer.
Peristiwa ini menjadi sebuah pelajaran berharga soal bahaya penebangan kayu di pegunungan di atas kota dan desa, sehingga seharusnya penebang kayu tersebut bertanggung jawab atas kejadian ini.
Advertisement
Sejarah Lain di Bulan Maret
Ternyata bulan Maret juga dikenal sebagai perayaan untuk memperingati penyakit Bipolar di seluruh dunia. Hari Bipolar Sedunia di peringati setiap tanggal 30 Maret. Peringatan ini untuk menyebarkan kesadaran tentang gangguan kesehatan mental yang mempengaruhi orang-orang di seluruh dunia.
Hari Bipolar Sedunia di peringati pada 30 Maret bertepatan dengan peringatan kelahiran pelukis Belanda terkenal dunia Vincent Van Gogh yang hidup dengan gangguan bipolar sepanjang hidupnya. Ini digambarkan sebagai suatu kondisi di mana orang tersebut mengalami perubahan suasana hati dan energi yang ekstrem yang selanjutnya menghambat kemampuan berfungsi secara normal.
Gangguan bipolar juga tidak banyak di bicarakan seperti masalah kesehatan mental lainnya seperti kecemasan, depresi, dan PTSD.
Hari Bipolar Sedunia pada tahun 2022Â mendorong orang untuk membicarakan masalah ini sehingga tidak dianggap tabu di masyarakat di mana pun. Hari Bipolar Sedunia membawa perhatian pada gejala yang sering hilang oleh orang yang terkena dan orang-orang di sekitarnya.
Bipolar Bertepatan dengan Kelahiran Vincent Van Gogh
Hari Bipolar Sedunia 2022 diperingati bersamaan dengan peringatan kelahiran pelukis Belanda terkenal di dunia Vincent Van Gogh. Dia adalah salah satu seniman paling berpengaruh dalam sejarah seni barat.
Hari Bipolar Sedunia mendidik serta mempromosikan penyebaran informasi tentang gangguan bipolar melalui upaya kolaboratif internasional.Â
Hari Bipolar Sedunia adalah inisiatif oleh Masyarakat Internasional untuk Gangguan Bipolar (ISBD) yang bermitra dengan Jaringan Gangguan Bipolar Asia (ANBD) dan Yayasan Bipolar Internasional.
Gangguan Bipolar Dunia diamati pada peringatan kelahiran Vincent Van Gogh yang hidup dengan gangguan itu sepanjang hidupnya. Van Gogh sendiri berkata, "Awalnya mungkin lebih sulit dari apapun, tapi tetaplah hati, semuanya akan baik-baik saja."
Bipolar Disorder bukanlah masalah modern, namun pemahaman konseptual modernnya terjadi pada abad ke-19. Kemudian pada tahun 1999, International Bipolar Foundation didirikan dan sejak itu telah meneliti gangguan bipolar dan membantu orang yang menderitanya.
Advertisement