Sukses

Studi: Masuk Sekolah Pukul 10.00 Tingkatkan Prestasi dan Kesehatan Murid

Studi jangka panjang yang dilakukan di sekolah negeri Inggris, menunjukkan bahwa dampak besar pada kesehatan dapat muncul ketika jam masuk sekolah mereka mundur dan memiliki waktu tidur yang lebih panjang.

Liputan6.com, London - Studi pada tahun 2017 menunjukkan bahwa penundaan jam masuk sekolah bagi remaja dapat memberikan manfaat besar, termasuk catatan akademik yang lebih baik serta meningkatkan kesehatan mental dan fisik.

Dikutip dari Independent, Rabu (1/3/2023), ketika siswa usia belasan tahun memulai jam masuk sekolah pada pukul 10.00, bukan 8.30, tingkat penyakit menurun lebih dari setengahnya selama periode dua tahun dan mereka mendapat nilai yang jauh lebih baik.

Studi jangka panjang yang dilakukan di sekolah negeri Inggris, menunjukkan bahwa dampak besar pada kesehatan dapat muncul ketika jam masuk sekolah mereka mundur dan memiliki waktu tidur yang lebih panjang. 

"Masalah besar tentang masa sekolah adalah kesehatan," kata Paul Kelley dari Universitas Terbuka sekaligus penulis utama studi baru ini. 

"Dimulai dengan penyakit fisik, kemudian penyakit mental, dan yang terakhir adalah prestasi akademik."

Menurut Kelley, kondisi yang beragam seperti obesitas dan depresi telah dikaitkan dengan waktu sekolah yang terlalu awal dan kurangnya tidur.

"Ada semakin banyak penelitian yang menunjukkan efek serupa dari seluruh dunia," kata Guy Meadows, salah satu pendiri The Sleep School.

Meadows mencatat bahwa anak-anak sekolah di Inggris (pada tahun 2017) menempati peringkat keenam dunia yang paling kurang tidur, sementara peringkat pertama diduduki oleh anak-anak sekolah di Amerika Serikat.

2 dari 3 halaman

Menunda Jam Masuk

Awal tahun 2017, American Academy of Sleep Medicine mengeluarkan pernyataan sikap yang menyatakan bahwa "menunda waktu mulai sekolah berdampak positif terhadap prestasi, kesehatan, dan keselamatan siswa".

Mereka telah bergabung dengan organisasi besar AS lainnya seperti American Medical Association dalam menyerukan semua sekolah untuk menerapkan waktu mulai minimal pada 8.30. 

"Pergeseran waktu semakin lambat, karena alasan biologis, sejak awal pubertas," tutur Kelley.

3 dari 3 halaman

Remaja Butuh Waktu Tidur Lebih Banyak

Studi sebelumnya oleh Kelley dan rekannya terkait mahasiswa menyarankan bahwa pada usia 18 tahun, prestasi akademik akan dioptimalkan jika pengajaran dimulai selambat-lambatnya pukul 11.00 atau bahkan tengah hari.

"Dan itu juga akan relevan untuk pekerjaan karena tidak semua orang yang usia 18 dan 19 tahun berkuliah," kata Kelley.

Faktor biologis berarti bahwa remaja memiliki kebutuhan tidur yang berbeda dibandingkan dengan orang tua.

Menurut ahli saraf Profesor Russell Foster dari University of Oxford, remaja membutuhkan sembilan jam untuk kinerja otak secara penuh.

"Banyak dari mereka, pada malam sekolah, hanya tidur lima jam," tutur Profesor Foster. "Itu tidak cukup."

Saat kita melewati masa pubertas, ritme sirkadian yang mengontrol siklus harian tubuh kita menjadi tertunda beberapa jam. Pelepasan melatonin, zat kimia di otak yang mengatur tidur, terjadi belakangan, artinya remaja memiliki kecenderungan alami untuk tidur lebih lambat dari orang tua mereka.

Hal ini, dikombinasikan dengan kebutuhan tidur yang lebih tinggi untuk remaja, menyebabkan kurang tidur yang meluas.

Komplikasi lebih lanjut datang dari variasi individu dalam kebutuhan tidur atau 'kronotipe', dengan setiap orang memiliki ritme sirkadian yang berbeda. Ada yang suka bangun pagi dan ada yang lebih suka begadang.

Meadows mengatakan bahwa pengakuan akan kebutuhan tidur individu semakin meningkat, dengan tempat kerja semakin cenderung menawarkan jam kerja yang fleksibel berdasarkan kebutuhan staf mereka.

"Dunia mengakui bahwa waktu sirkadian individu itu penting," katanya.

Mengenai sekolah, Kelley menganggap sangat penting bagi dunia untuk mengakui masalah ini dan dia berharap sekolah membuat perubahan signifikan pada jadwal mereka.

"Ini adalah masalah besar yang bukan hanya tentang tidur, tetapi ritme sirkadian, kronotipe, dan kesalahan waktu masyarakat kita," tutur Kelley.