Liputan6.com, Pianosa - Berawal dari check-in penginapan Hotel Milena Pulau Pianosa, Giulia Manca, Italia, wanita asal Tuscany ini merasa jatuh hati dengan tempat tersebut. Ia bahkan memutuskan menetap di sana, 12 tahun sudah ia kini di pulau bekas penjara yang dikenal sebagai Alcatraz di Laut Tyrrhenian.
Dikutip dari CNN, Sabtu (11/3/2023), Manca pertama kali berkunjung ke Pulau Pianosa, pulau bekas penjara Italia, pada tahun 2011 dengan tujuan ingin berlibur.
Saat ini, Manca menjadi satu-satunya wanita yang tinggal di Pianosa, bagian dari taman laut kepulauan Tuscany.
Advertisement
Hotel Milena berdiri di tepi pantai dan dikelola oleh para narapidana yang sedang menjalani masa percobaan.
Manca menjabat sebagai manajer hotel dan pengawas program rehabilitasi Pulau Pianosa yang dijalankan oleh Arnera, sebuah organisasi nirlaba dengan misi sosial membantu orang rentan.
“Saya menginap selama satu minggu di hotel dan tidak ingin pulang,” kata Manca kepada CNN.
"Itu adalah liburan yang unik dan proyek rehabilitasi yang membuat saya terpesona, bagaimana para narapidana ini diberi kesempatan kedua dalam hidup," tambahnya.
Manca mengaku ia jatuh cinta dengan Pianosa. Suasana damai dan heningnya, biru laut yang nampak seperti surga, dan malam damai penuh bintang.
Pernah dijuluki Pulau Setan, Pianosa, yang terletak di antara Corsica dan daratan utama, sekarang menjadi tempat peristirahatan yang menyenangkan karena pantainya yang indah dan tumbuh-tumbuhan hijau yang subur.
Manca menjadi salah satu dari dua penduduk tetap Pulau Pianosa.
Perempuan itu tinggal dan bekerja bersama seorang penjaga penjara dan 10 narapidana laki-laki yang bekerja sebagai juru masak, tukang kebun, pelayan, pembersih pantai, dan pencuci piring di Hotel Milena.
Hotel Milena dikelilingi pohon pinus dan memiliki langit-langit artistik yang penuh dengan lukisan. Terdapat 11 kamar dengan perabotan kayu, pemandangan laut yang indah, dan teras besar. Hotel juga menyediakan restoran dan bar.
Manca Bantu Selamatkan Hotel Pianosa agar Narapidana Bisa Tetap Bekerja
Beberapa malam setelah Manca baru saja menginap, manajer Hotel Milena menginfokan bahwa saat ini hotel sedang kesulitan finansial dan berisiko ditutup.
Jika skenario tersebut terjadi, para tahanan harus meninggalkan Pianosa dan kembali menetap di penjara.
"Saya merasa harus melakukan sesuatu untuk membantu mereka atau mereka akan kembali ke balik jeruji besi, di dalam sel kecil tanpa kesempatan untuk memulai yang baru dan mempelajari pekerjaan yang dapat membantu mereka begitu mereka dibebaskan,” kata Manca, yang sebelumnya bekerja sebagai agen wisata.
Manca memutuskan untuk tetap tinggal dan mengambil alih posisi manajer hotel. Ia mengaku, awalnya ia bekerja tanpa dibayar.
Manca menggunakan pengetahuan tentang ilmu manajemennya untuk menyelamatkan masa depan hotel.
Hanya dalam beberapa tahun, Manca mampu membalikkan keadaan secara signifikan, dan Hotel Milena telah menjadi tempat populer untuk penyelenggaraan pesta pernikahan dan ulang tahun.
Tamu berdatangan karena terpikat dengan pelayanan hotel yang tidak konvensional.
Berdekatan dengan Gorgona, pulau penjara Italia lainnya, Pianosa didirikan pada tahun 1700-an untuk mengasingkan para penjahat, pencuri, dan revolusioner.
Pulau ini berfungsi sebagai pangkalan penjara dengan keamanan maksimum hingga tahun 1998. Setelah ditutupnya penjara, beberapa penghuninya akhirnya meninggalkan pulau dan Pianosa terlantar selama bertahun-tahun.
Pengunjung tidak diizinkan berada di pulau tersebut hingga baru-baru ini.
Kunjungan hanya dapat dilakukan dengan menggunakan jasa perjalanan perahu terorganisir yang harus dipesan melalui operator perjalanan tertentu.
Advertisement
Hanya Narapidana Terpilih yang Menetap di Pulau Pianosa
Untuk dapat diterima dalam program rehabilitasi di Hotel Milena, calon peserta setidaknya harus sudah menjalani sepertiga masa hukumannya di penjara, juga menjalani rangkaian tes evaluasi psikologi dan sosial yang terbilang cukup ketat.
Selama 12 tahun terakhir, Manca telah menangani sekitar seratus narapidana masa percobaan dengan berbagai latar belakang kasus, mulai dari kejahatan kecil hingga pembunuhan.
Catatannya menunjukkan bahwa banyak narapidana dengan latar belakang kejahatan besar, kendati demikian ia tetap saja merasa nyaman berada di pulau tersebut.
Manca meyakini bahwa para mantan narapidana berhak mendapatkan kesempatan untuk berkontribusi kepada masyarakat daripada menghabiskan waktu dalam penjara.
"Saya senang menyaksikan mereka kembali hidup dengan melakukan suatu pekerjaan," ucapnya.
Manca yang dikenal sebagai “Queen of Pianosa”, mengakui kebanyakan teman-teman dan keluarganya mempertanyakan pekerjaan yang ia lakukan, mengingat besarnya risiko yang harus ia hadapi di pulau tersebut.
"Orang terus menerus menganggap saya gila karena mengambil pekerjaan seperti itu,” ucap Manca, yang juga saat ini telah menjadi anggota organisasi Arnera.
Manca merasa lebih aman berada di pulau tersebut, di antara narapidana, daripada di kota asalnya dengan banyak orang yang lebih "gila" berkeliaran.
Untuk menghindari segala risiko yang mungkin terjadi, Manca berusaha mempertegas batasan-batasan bagi para pekerja agar program rehabilitasi dapat berjalan dengan efektif.
Manca menjelaskan bahwa hubungannya dengan para pekerjanya mengutamakan rasa hormat antar satu sama lain.
Keseimbangan dapat tercapai dengan menjaga jarak dan bersikap berwibawa tetapi tetap terbuka, untuk mendukung mereka.
Setiap minggu di waktu fajar, Manca menempuh perjalanan selama tiga jam menuju Tuscany menggunakan feri untuk menjalankan tugas dan menyelesaikan urusan birokrasi. Malamnya ia kembali lagi ke Pulau Pianosa.
Manca Merasa
Manca menunjukkan bahwa aktivitas di Pulau Pianosa tidak seperti Pulau Gorgona, di mana narapidana harus kembali ke sel setelah jam istirahat. Di Pianosa, narapidana diizinkan untuk berkeliaran dengan bebas.
Para narapidana Pianosa dibayar dengan gaji bulanan dan dipersilahkan menetap di bekas penjara lama yang sudah diubah menjadi sebuah studio nyaman yang dilengkapi dengan gym, TV, dapur, kamar pribadi, dan kamar mandi.
Telepon seluler juga diberikan agar bisa tetap berhubungan dengan keluarga mereka.
Penjara Italia dianggap sebagai salah satu penjara paling tidak manusiawi dan penuh sesak di Eropa, dengan 120 narapidana untuk 100 tempat tidur.
Laporan tahun 2020 oleh Dewan Eropa, menunjukkan bahwa kasus bunuh diri di penjara naik 300 persen sejak 1960, dan 75 persen narapidana kembali melakukan kejahatan.
Oleh karena itu, Pianosa menjadi pilihan alternatif yang tidak perlu diragukan.
Manca merasa bangga dengan kesuksesan “Pianosa model”, ia menjelaskan bahwa jumlah narapidana yang menghabiskan waktu di pulau tersebut dan kembali melakukan kejahatan berkurang sebanyak 0,01 persen.
“Di malam hari mereka bebas pergi ke pantai dan berenang,” jelas Manca.
“Namun, mereka harus meninggalkan penginapan pagi-pagi sekali dan kembali pada waktu tertentu di malam hari, mereka masih dalam pengawasan dan ada penjaga yang mengawasi mereka,” kata Manca.
Narapidana dapat menjalani sisa hukuman mereka dengan bekerja di pulau, yaitu di hotel, jika mereka berperilaku baik. Beberapa narapina bahkan telah menghabiskan lima sampai sepuluh tahun di pulau.
Namun, narapidana yang tidak menunjukkan kemauan untuk memperbaiki perilaku terancam untuk dikirim kembali ke penjara untuk menyelesaikan sisa masa hukuman.
"Setiap harinya, mereka harus menunjukkan kesediaan untuk bekerja dan mempersiapkan kehidupan yang lebih baik. Saya tidak menerima sogokan," ucap Manca.
Manca menjelaskan bahwa beberapa pekerjanya telah menjadi anggota dewan di penjara lain setelah bekerja di hotel.
Dengan segala pencapaiannya, Manca merasa bangga dengan pekerjaannya tersebut. Orang-orang yang bertahun lalu meragukan keputusannya bekerja di Pianosa, kini telah sadar mengapa Manca bersikeras dengan keputusannya itu.
Bahkan putrinya, Yolanda, juga meragukan keputusan ibunya pada saat itu. Kini Yolanda menyadari seberapa penting pekerjaan yang dilakukan ibunya.
"Sekarang ia (Yolanda) mengatakan pada saya bahwa saya adalah orang yang beruntung," kata Manca.
Advertisement