Liputan6.com, Hawara - Pemerintah Israel mengambil langkah tegas untuk memberantas pemukim-pemukim Israel yang berbuat onar di wilayah Tepi Barat, Palestina. Akibat tindakan para pemukim itu, seorang warga Palestina meninggal.
Dilaporkan Arab News, Kamis (2/3/2023), kerusuhan itu terjadi di daerah Hawara ketika ratusan pemukim berbuat kerusuhan, bahkan membakar rumah dan kendaraan. Tindakan itu juga dikritik oleh pejabat militer Israel di area tersebut.
Advertisement
Baca Juga
Israel lantas menangkap 10 orang terkait insiden tersebut. Mayjen Yehuda Fuchs, kepala Komando Sentral tentara Israel, menyebut pihaknya telah bersiap terhadap kemungkinan serangan dari pemukim, namun terkejut dengan intensitas kekacauan yang terjadi.
Fuchs berkata insiden pada Senin lalu itu adalah hal yang memalukan dan dilakukan oleh pelanggar hukum. Ia berkata ada "lusinan orang" yang terlibat insiden di Hawara.
"(Mereka) bertindak tidak sesuai nilai-nilai yang tumbuh bersama saya atau nilai-nilai negara Israel, dan tidak sesuai nilai-nilai Yahudi," ujarnya.
Lebih lanjut, Fuchs berkata saat ini pihaknya tidak memiliki koordinasi keamanan dengan Otoritas Palestina, namun dalam beberapa hari ke depan isu tersebut menjadi sorotannya.
Perdana Menteri Palestina Mohammed Shtayyed berkata penahanan tersebut tidak cukup. Ia pun menyalahkan pemerintah Israel juga.
"Kita melihat kejahatan terorganisir oleh pemerintah Israel dan dilakukan oleh para pemukim," ujarnya.
Wali Kota Hawara, Mueen Al-Dumaidi, berkata ke Arab News bahwa PM Shtayyeh sudah mengunjungi kawasan tempat terjadinya kerusuhan oleh para pemukim Israel itu. Orang-orang yang propertinya rusak meminta kompensasi dari Otoritas Palestina.
"Ada 52 keluarga yang rumahnya benar-benar terbakar habis, 40 mobil dibakar, serta hancurnya properti munisipalitas, dua truk dan satu bulldozer," ujar pejabat tersebut.
AS Kutuk Pernyataan Menteri Israel Soal Hawara
Sebelumnya dilaporkan, Amerika Serikat (AS) pada Rabu (1/3/2023) mengutuk komentar yang dibuat oleh Menteri Keuangan Israel Bezalel Smotrich yang menyerukan pemusnahan Desa Huwara di Palestina.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri AS Ned Price meminta Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan pejabat tinggi lainnya untuk secara terbuka dan jelas menolak komentar Smotrich.
"Saya ingin memperjelas hal ini. Komentar tersebut tidak bertanggung jawab. Tidak dapat diterima. Menjijikkan," tegas Price, seperti dikutip dari Middle East Eye, Kamis (2/3).
"Sama seperti kami mengutuk hasutan Palestina untuk melakukan kekerasan, kami mengutuk pernyataan provokatif (Smotrich) ini yang juga merupakan hasutan untuk melakukan kekerasan."
Komentar Smotrich yang menghasut itu muncul setelah dua bersaudara Israel ditembak mati pada Minggu (26/2) di Huwara.
"Desa Huwara Palestina harus dimusnahkan. Negara perlu melakukannya," katanya di sebuah konferensi yang dikelola majalah bisnis Israel, The Marker.
Menurut Axios, Smotrich kemudian menarik komentar tersebut. Dalam pernyataannya, dia menyalahkan media karena memanipulasi komentarnya dan mengatakan, dia tidak ingin menghapus Huwara dari peta, tetapi ingin mengidentifikasi "teroris" di kota itu untuk memulihkan keamanan.
Smotrich dijadwalkan akan mengunjungi AS akhir bulan ini dan akan bertemu dengan organisasi Israel Bonds yang berbasis di New York. Dia tidak memiliki jadwal pertemuan dengan pemerintahan Biden dan dua pejabat AS mengatakan kepada Axios, "Bahkan jika dia meminta pertemuan dengan pejabat Biden, kemungkinan besar dia tidak akan mendapatkannya."
Advertisement
Kekerasan di Hawara
Pada Minggu, ratusan pemukim Israel menyerang kota dan desa Palestina di dekat Nablus.
Dalam amukan di Huwara dan desa-desa Palestina lainnya itu, setidaknya satu warga Palestina tewas dan hampir 400 lainnya luka-luka. Polisi Israel telah menangkap 10 orang yang diduga terlibat dalam serangan itu.
Sebelum dan sesudah kekerasan massa terjadi, beberapa politikus Israel, termasuk Smotrich, dinilai mendorong atau mendukung tindakan para pemukim.
Smotrich sendiri dilaporkan juga menyukai twit yang meminta politikus Israel untuk tidak menunjukkan belas kasihan dan bahwa "Desa Huwara harus dihapus hari ini".
Pada Selasa (28/2), mantan Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz mengatakan bahwa Smotrich melalui komentarnya menginginkan "Nakba lagi" - istilah yang menggambarkan pembantaian dan pengusiran paksa warga Palestina pada tahun 1948, ketika negara Israel baru muncul.
Hady Amr, perwakilan khusus AS untuk urusan Palestina, mengutuk "kekerasan luas, tanpa pandang bulu" oleh pemukim Israel setelah mengunjungi Huwara dan mengatakan bahwa dia ingin melihat "pertanggungjawaban penuh dan tuntutan hukum" dari pemukim Israel yang bertanggung jawab atas kekerasan tersebut.
Juga pada Selasa, 22 ahli hukum Israel meminta jaksa agung untuk menyelidiki komentar Smotrich dan pernyataan anggota parlemen pemerintah pro-pemukim lainnya.