Liputan6.com, New Delhi - Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi telah menghadiri Foreign Ministers Meeting (FMM) atau Pertemuan Para Menlu G20 di New Delhi, India.
Di sela-sela pertemuan tersebut, Menlu Retno juga telah melakukan beberapa pertemuan lain, termasuk pertemuan bilateral dengan 14 negara.
Baca Juga
Ini merupakan pertemuan dengan 14 Menlu dari Australia, Afrika Selatan, Belanda, Brasil, Denmark, Inggris, Kanada, Spanyol, Swedia, Amerika Serikat, High Representative Uni Eropa/Vice-President Komisi Eropa, Argentina, Arab Saudi dan Mesir.
Advertisement
Melihat banyaknya permintaan pertemuan bilateral dalam waktu yang singkat, Menlu Retno pun mengatakan bahwa pertemuan tersebut dilakukan tanpa basa-basi. Â
"Untuk memaksimalkan pertemuan, banyak pertemuan yang saya lakukan dalam bentuk pull-aside, dalam artian sambil berdiri langsung bicara substansi dan tidak memakai basa-basi lagi," ujarnya dalam pernyataan pers Kementerian Luar Negeri yang diterima Liputan6.com, Jumat (3/3/2023).
Retno mengatakan bahwa isu yang dibahas dalam pertemuan bilateral tersebut kurang lebih sama.Â
Banyak negara masih terus memberikan apresiasi atas keberhasilan Presidensi G20 oleh Indonesia tahun lalu. Lebih lanjut ia mengatakan,"Saya juga sampaikan harapan agar proyek-proyek kerja sama konkret yang dihasilkan di masa Presidensi Indonesia dapat ditindaklanjuti di masa Presidensi India."
Negara-negara tersebut pun juga menyampaikan dukungan untuk keketuaan Indonesia di ASEAN. Ini membuat isu Myanmar tak luput dari pembahasan.
"Negara-negara menyampaikan dukungan terhadap keketuaan dan pendekatan yang dilakukan Indonesia, khususnya terhadap masalah Myanmar," tambahnya.Â
Negara-negara tersebut pun turut mengapresiasi peran aktif Indonesia dalam mendorong penyelesaian isu Myanmar dan menyampaikan dukungan terhadap sentralitas ASEAN dan implementasi 5 Point Consensus.
Minta Dukungan dalam Pencalonan Anggota Dewan HAM PBB
Dalam pertemuan bilateral yang dilakukannya, Retno juga meminta dukungan untuk pencalonan Indonesia sebagai anggota Dewan HAM PBB dan Anggota Dewan Keamanan PBB.Â
"Dalam pertemuan, saya juga meminta dukungan pencalonan Indonesia sebagai anggota Dewan HAM PBB 2024-2026 dan anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB 2029-2030," ujarnya.Â
Ada pun, isu lain yang turut dibahas adalah isu Afghanistan yang juga muncul dalam beberapa pertemuan.
"Indonesia diapresiasi atas peran aktifnya mendorong perdamaian dan memberdayakan perempuan di Afghanistan," katanya.Â
Sementara dalam pertemuan dengan negara Uni Eropa, para Menlu membahas pentingnya percepatan perundingan Indonesia-EU Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA).Â
"Saya juga sekaligus kembali mengingatkan mengenai masalah yang selalu menjadi ganjalan hubungan antara Indonesia dengan Uni Eropa, yaitu diskriminasi terhadap kelapa sawit Indonesia," tutupnya.Â
Advertisement