Sukses

Kisah Nyata Sekte di "In the Name of God: A Holy Betrayal", Ini 5 Faktanya

Sekte Jesus Morning Star (JMS) yang didirikan oleh Jeong Myeong Seok menjadi sorotan di dokumenter In the Name of God: A Holy Betrayal

Liputan6.com, Seoul - Netflix baru-baru ini merilis dokumenter berjudul In the Name of God: A Holy Betrayal yang mengisahkan sekte di Korea Selatan. Pendiri sekte itu bahkan mengaku sebagai sosok Messiah kepada pengikutnya. 

Sekte itu bernama Jesus Morning Star yang didirikan oleh Jeong Myeong Seok pada tahun 1980. Nama pendiri dan sektenya memiliki inisial yang sama. 

Jeong Myeong Seok berhasil meraih pengikut dengan retorikanya yang persuasif dan gaya kepemimpinan yang atraktif. Ia bukan sosok yang kaku, melainkan flamboyan, jago olahraga, dan paham politik.

Tak heran ia dulu berhasil merekrut banyak pengikut dari universitas-universitas elit Korea Selatan. Pengikutnya termasuk dari universitas SKY (akronim untuk kampus bergengsi di Korea Selatan yakni Universitas Seoul, Universitas Korea, dan Universitas Yonsei).

Kontroversi JMS diungkap Netflix oleh mantan anggota hingga korban kekerasan seks dari Jeong Myeong Seok. Salah satu korban adalah wanita bernama Maple. Wanita berusia 20 tahunan itu mengakui dirinya pernah jadi korban Jeong Myeong Seok.

Tetapi, kasus kekerasan seksual dari JMS ternyata telah terjadi sebelum tahun 2000-an. Sasarannya adalah gadis-gadis muda.

Berikut lima fakta kelam mengenai sekte seks JMS yang diungkap dokumenter In the Name of God: A Holy Betrayal:

2 dari 6 halaman

1. Kampus Elit

JMS awalnya berkantor di Sinchon, Korea Selatan. Sasaran JMS ternyata bukan semata-mata orang religius saja, melainkan anak-anak muda. Banyak mahasiswa yang tertarik ikut di sekte tersebut. 

Pada tahun 1980-an, Korea Selatan memang sedang bergejolak, ada generasi muda yang memilih ikut gerakan sosial, namun ada pula yang memilih masuk aliran agama.

Popularitas JMS di kampus pun meroket. Dan kampus-kampus elit menjadi fokus utama.

Anggota-anggotanya ada yang berasal dari tiga universitas elit SKY: Seoul National University, Korea University, dan Yonsei University. Ada pula mahasiswa dari KAIST, Hanywang, dan Ewha. 

Salah satu daya tarik JMS adalah gaya Jeong Myeong Seok yang secara budaya terbuka, serta mendukung kegiatan seni dan olahraga. Alhasil, sekte itu diminati orang-orang berusia 20 tahunan.

 

3 dari 6 halaman

2. Mengaku Messiah

Jeong Myeong Seok tergolong berani dalam memberikan klaim. Ia pernah menyuruh pengikutnya untuk melihat dirinya saja jika ingin melihat Tuhan.

Ia sampai pernah mengklaim bahwa dirinya adalah Messiah. Klaim liar tersebut mendapat sambutan histeris dari para pengikutnya. 

Hal "ajaib" juga disebut pernah dilakukan oleh Jeong Myeong Seok. Ia pernah berdoa agar turun salju, kemudian malam itu sungguh turun salju. 

Satu hal yang membuat pengikut JMS adalah prediksi politik dari Jeong Myeong Seok. Pada pemilu 1987, ia memprediksi kemenangan Roh Tae Woo di pemilu Korea Selatan. Ia pun berhasil menebak urutan suara populer di pemilu tersebut.

Meski demikian, Jeong Myeong Seok disebut sulit ditemui pengikutnya yang mencapai 30 ribu orang. Ia selalu tampak hadir, tetapi sulit dijangkau, kecuali saat bertemu orang-orang penting.

4 dari 6 halaman

3. Pelampiasan Seks

Kekerasan seks yang berulang menjadi kejatuhan dari Jeong Myeong Seok. Selama berkuasa, ia memang terbiasa dikelilingi para wanita cantik bagai model.

Pada pembukaan dokumenter In the Name of God: A Holy Betrayal, audiens bisa mendengar aksi Jeong yang suaranya terekam. Ia berhubungan seks dengan korban dan mengucapkan hal-hal kotor. 

Tindakan itu bukan hal baru. Dokumenter Netflix itu memunculkan korban-korban lain dari bertahun-tahun silam. Salah satu korban menyebut dilecehkan ketika ingin berkonsultasi dengan Jeong. 

Korban mengaku ingin ikut ajang Miss Korea, namun disuruh minta izin ke Jeong. Pria itu lantas menyuruh gadis itu melayaninya. Korban saat itu memilih bungkam. 

5 dari 6 halaman

4. Modus Pertemuan

Pada tahun 2000, seorang korban mengungkap bahwa modus dari Jeong adalah melakukan pertemuan dengan korbannya. Saksi menyebut pelaku memegang payudara, vagina, hingga memaksa bersetubuh. 

Ia disebut suka wanita dengan tinggi 170 cm. 

Satu korban berkata ia diajak ketemu di hotel oleh Jeong ketika JMS melakukan tamasya. Ketika korban beristirahat, ia mendadak dipanggil utusan Jeong. Saat di dalam kamar, Jeong mulai beraksi. 

Pelaku berdalih memeriksa kesehatan korban dan menyentuh bagian payudara. Setelahnya, ia berkata ingin memeriksa rahim korban. 

"Ia bilang kepada saya bahwa memakai celana dalam ketat tidak baik bagi saya," ujar korban yang waktu itu berusia 19 tahun. "Kemudian ia meletakkan tangannya di genital saya dan mulai berdoa."

Pelaku mengaku ia disuruh Tuhan untuk memeriksa kelamin korbannya. Bagi korban yang membantah, ia takut-takuti dengan neraka.

Selain pengikutnya, Jeong ternyata punya "reporter" khusus yang terdiri atas perempuan untuk melayani nafsunya. Pada dokumenter Netflix, ada cuplikan ketika sekitar lima wanita tampil bugil dan mengajak Jeong untuk mandi bersama.

6 dari 6 halaman

5. Ditangkap

Jeong Myeong Seok berkata berhubungan seks dengannya merupakan cara bertemu dengan Tuhan.

Menurut laporan The Korea Herald, setelah pemeriksaan yang mulai sekitar awal 2000-an, Jeong Myeong Seok sudah ditangkap polisi dan masuk penjara.

Pada Februari 2018, ia sudah dinyatakan bebas setelah 10 tahun dipenjara. JMS yang pernah ia pimpin dilaporkan masih aktif. Sekte itu juga dikenal dengan nama Providence atau Christian Gospel Mission.

Namun, ia kembali terjerat masalah hukum setelah korban bernama Maple angkat suara karena dilecehkan olehnya.

Setelah penayangan serial Netflix yang banyak disorot, pihak JMS meminta kantor ke jaksa penuntut di Seoul agar menghentikan tayangan tersebut tetapi permintaannya ditolak.