Liputan6.com, Kuala Lumpur - 8 Maret 2023 menjadi tahun kesembilan hilangnya pesawat MH370. Ada teori bahwa pesawat MH370 itu jatuh di Samudra Hindia, meski ada juga yang menyebut jatuhnya di hutan.
Pesawat MH370 berangkat dari Kuala Lumpur menuju ibu kota China, Beijing saat menghilang.
Advertisement
Baca Juga
Pada April 2015, Time.com menyebut pencarian Malaysia Airlines Flight 370 sangatlah mahal. Ada pakar yang meminta agar pencariannya dihentikan saja.
Pemerintah Malaysia menegaskan masih belum resmi menutup pencarian pesawat tersebut. Hal itu ditegaskan oleh Menteri Transportasi Anthony Loke Siew Fook.
Malaysia akan melanjutkan pencarian pesawat MH370 bila ada informasi terbaru.
"Pertimbangan akan diberikan untuk operasi pencarian di masa depan apabila ada informasi baru dan kredibel pada lokasi potensial dari tempat peristirahat terakhir pesawatnya," ujar Menhub Malaysia, dikutip New Straits Times, Selasa (7/3/2023).
Ia juga mengaku memahami bahwa keluarga korban ingin mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.
"Sejak 2014, Malaysia dan mitra-mitra internasional telah mencari jutaan kilometer persegi melalui operasi udara, kapal, dan bawah laut," lanjut Menhub Malaysia.
"Malaysia akan selalu berdiri di sisi kalian dan berbagi beban dari cobaan ini. Kami menghormati nyawa-nyawa yang hilang dan tidak akan melupakannya," tegasnya.
Menurut CNN, puing-puing pesawat MH370 sudah dikonfirmasi atau dipercaya tampak hanyut di pantai Afrika dan di pulau-pulau Samudra Hindia. Sementara, investigator Malaysia juga belum mencoret laporan jika pesawat itu sengaja dialihkan dari tujuan aslinya.
Berikut 2 klaim teori terkait keberadaan pesawat MH370 Malaysia yang hilang sejak 2014 lalu, dirangkum dari sejumlah sumber:
1. Teori Hutan Kamboja
Pada laporan sebelumnya, ada teori bahwa MH370 jatuh di hutan Kamboja. Hal itu berdasarkan klaim dari perusahaan aerospace, Unicorn Aerospace. Namun, pakar penerbangan meragukan hal tersebut.Â
Pengamat penerbangan dan founder Aero Indo Magazine, Arista Atmadjati, juga tidak percaya dengan klaim dari Unicorn Aerospace. Arista menilai jika pesawatnya jatuh di darat, maka seharusnya sudah ketemu oleh satelit sejak lama.
"Kalau jatuh di darat, itu gampang deteksi. Satelit di dunia ini ada berapa? Indonesia saja punya citra satelit sendiri, mungkin kalau jatuh di darat, citra satelit bisa baca," jelas Arista kepada Liputan6.com pada Desember 2021.
Ia berkata satelit bahkan bisa mendeteksi apa yang ada di bawah tanah. Apabila MH370 jatuh di hutan, ia menilai dalam sebulan bisa ditemukan.
"Kayak satelit untuk cari minyak. Minyak itu kan dalam tanah. Itu kan kelihatan kandungan minyak, kandungan emas, dari satelit juga tahu. Apalagi kalau cuman dihalangin pohon. Lebih mudah karena tidak di dalam tanah. Di dalam tanah saja satelit bisa lihat juga," ujarnya.
Arista menjelaskan bahwa pesawat yang jatuh di dalam laut susah dilacak akibat efek pusaran bawah laut. Akibatnya, pesawat menjadi porak-poranda.Â
Ia mencontohkan ketika ada bagian dari pesawat MH370 yang pernah ketemu di Madagaskar.
"Ya memang kalau di laut begitu. Porak-poranda. Ke sana-kemari. Jadi satelit juga bingung, apalagi kalau di bawah kena pusaran itu bisa pindah-pindah," ungkapnya.Â
Arista pun mempertanyakan motif dari pihak yang menyebut bahwa pesawat MH370 jatuh di Kamboja.
Pasalnya, selain ada teknologi satelit, jika pesawat jatuh di darat maka kemungkinan warga setempat yang berburu di hutan tersebut pasti bisa menemukannya.Â
Advertisement
2. Teori Madagaskar
Pensiunan insinyur aerospace Inggris, Richard Godfrey, merilis laporan terbaru berdasarkan puing yang baru ia temukan dari seorang nelayan. Puing itu diduga bagian dari pintu trunnion gear pendaratan utama (main landing gear trunnion door).
"Benda puing itu hampir yakin berasal dari MH370 dan mirip dengan barang puing-puing lainnya yang mengambang di Samudera Hindia Barat dan kemudian ditunjukkan berasal dari sebuah Boeing 777 atau secara spesifik dari Boeing 777-200ER dengan registrasi 9M-MRO yang digunakan untuk penerbangan nomor MH370," tulis Richard Godfrey di situs MH370search.com, dikutip pada Desember 2022.
Berdasarkan analisis Godfrey, kerusakan pada puing pintu landing gear tersebut menandakan pesawat menukik dengan cepat supaya hancur lebur. Pilot yang membawa pesawat diduga aktif terlibat.
"Kecelakaan MH370 sama sekali bukan pendaratan halus di samudera," tulis Godfrey.
"Analisis pakar menunjukkan bahwa flaps tersebut tidak dibuka secara parsial sebagaimana kasus pendaratan laut. Kemungkinan realistisnya bahwa landing gear diturunkan menunjukkan bahwa seorang pilot aktif dan adanya upaya untuk memastikan pesawat tenggelam secepatnya usai benturan," ujarnya.
Meski puing tersebut menunjukkan bagaimana pesawatnya terjaduh, Godfrey tidak menyebut siapa sebenarnya yang menerbangkan pesawat tersebut sehingga terjatuh.
"Kami tidak bisa menjelaskan siapa yang menerbangkan pesawatnya atau mengapa. Diharapkan bahwa barang puing ini akan melalui pemeriksaan profesional dan analisis agar membawa identifikasi dan asal dari benda itu," ujar Godfrey.