Liputan6.com, Kyiv - Antara 20.000 hingga 30.000 tentara Rusia tewas dan terluka di Kota Bakhmut, Ukraina, setelah pertempuran berlangsung lebih dari enam bulan. Klaim tersebut disampaikan oleh sejumlah pejabat Barat yang berbicara secara anonim.
Mereka menambahkan bahwa kerugian dalam pertempuran itu tidak sebanding dengan signifikansi strategis Bakhmut.
Baca Juga
Sejak pertempuran dimulai, sekitar 90 persen populasi Bakhmut sebelum invasi Rusia telah melarikan diri. Bakhmut, kota administratif kecil di Donbas, kini digambarkan bak gurun dari bangunan dan pepohonan yang hancur.
Advertisement
Sekalipun Bakhmut jatuh ke Rusia, pejabat Barat menilai bahwa Moskow akan mendapat sedikit keuntungan dan kehilangan banyak hal.
Seorang pejabat Barat menambahkan, dari sisi Ukraina, pertempuran di Bakhmut telah menjadi "kesempatan unik" untuk membunuh banyak orang Rusia. Meski demikian, tidak terbantahkan bahwa Ukraina juga telah membayar mahal atas pertempuran di kota itu.
Sejauh ini, para pejabat Barat menolak angka kematian prajurit Ukraina yang diklaim Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu pada Selasa (7/3/2023).
Abaikan Klaim Menhan Rusia
Menhan Sergei Shoigu mengklaim bahwa Ukraina telah kehilangan 11.000 tentara pada Februari 2023 saja.
"Ketidakpedulian rezim Kyiv terhadap rakyatnya sendiri sangat mencengangkan," ungkap Shoigu seperti dilansir BBC, Rabu (8/3/2023).
Pejabat Barat merespons pernyataan itu dengan mengatakan, mereka "tidak mengenali" Shoigu.
Sebaliknya, mereka percaya bahwa kelompok tentara bayaran Wagner, yang memimpin upaya Rusia untuk merebut Bakhmut, telah kekurangan tenaga dan peralatan.
Bos Wagner Yevgeny Prigozhin sebelumnya menuduh militer Rusia gagal memasok amunisi yang dibutuhkan Wagner untuk merebut Bakhmut.
Advertisement
Rusia: Pembebasan Bakhmut Berlanjut
Menhan Sergei Shoigu menggarisbawahi bahwa pembebasan Artyomovsk (nama Rusia untuk Bakhmut) berlanjut dan dia mengklaim itu akan menjadi terobosan.
"Kota ini merupakan pusat pertahanan penting bagi pasukan Ukraina di Donbas," katanya. "Mengontrolnya akan memungkinkan… tindakan ofensif lebih lanjut ke garis pertahanan militer Ukraina."
Namun, para pejabat Barat mengatakan, saat ini tidak ada tanda-tanda serangan Rusia meluas.
Para pejabat Barat menuding bahwa Panglima Militer Rusia Jenderal Valery Gerasimov saat ini berada di bawah tekanan.
"Sulit untuk melihat bagaimana dia akan... kembali mendapatkan inisiatif," ungkap para pejabat Barat.
Sementara itu, Ukraina dilaporkan telah menerima paket baru peralatan militer dari Barat, termasuk tank dan kendaraan lapis baja lainnya. Kyiv disebut tengah menyusun rencana ofensifnya, yang mungkin dilakukan pada awal Mei.