Liputan6.com, New York - PBB menyambut kesepakatan Iran dan Arab Saudi pada Jumat (10/3) untuk menjalin kembali hubungan diplomatik dan menyampaikan terima kasih kepada China atas perannya dalam negosiasi tersebut.
"Atas nama Sekretaris Jenderal, saya ingin menyambut pernyataan tripartit bersama Kerajaan Arab Saudi, Republik Islam Iran dan Republik Rakyat China, dicapai hari ini di Beijing, yang mengumumkan kesepakatan Iran dan Arab Saudi untuk melanjutkan hubungan diplomatik dalam dua bulan," kata jubir PBB Stephane Dujarric kepada wartawan.
Baca Juga
"Sekjen menyampaikan apresiasinya kepada warga Republik Rakyat China karena telah menjadi tuan rumah pembicaraan baru-baru ini dan telah mendukung dialog antara kedua negara," katanya seraya menyanjung upaya negara lain seperti Oman dan Irak.
Advertisement
Dujarric mengatakan bahwa "hubungan bertetangga yang baik" antara Iran dan Arab Saudi "penting" bagi stabilitas kawasan Teluk --Anadolu mewartakan sebagaimana dikutip dari Antara, Minggu (12/3/2023).
Selain itu, Dujarric mengatakan Sekjen Antonio Guterres siap untuk "membawa lebih jauh dialog regional dan memastikan perdamaian dan keamanan di kawasan Teluk."
Dua tetangga Teluk Persia itu memutuskan hubungan setelah misi diplomatik Arab Saudi di Teheran diserang massa pada Januari 2016 menyusul eksekusi ulama Syiah Saudi Sheikh Nimr Al Nimr.
Keduanya lantas terlibat dalam pembicaraan maraton sejak April 2021 untuk melanjutkan hubungan dan dimediasi oleh Irak.
Teheran dan Riyadh sebelumnya menyatakan ada kemajuan dalam pembicaraan, namun terobosan masih sulit dicapai.
Simak video pilihan berikut:
Advertisement
Pemulihan Hubungan Diplomatik Usai 7 Tahun Ketegangan
Iran dan Arab Saudi, dua negara bersitegang di Timur Tengah, telah telah sepakat untuk memulihkan hubungan mereka.
Seperti dikutip dari BBC, Sabtu (11/3/2023), rekonsiliasi dilakukan setelah Teheran dan Riyadh terlibat dalam ketegangan geopolitik sengit selama tujuh tahun terakhir.
Pengumuman yang tak terduga itu datang setelah empat hari pembicaraan, 6-10 Maret 2023, antara pejabat Saudi dan Teheran di Beijing yang dimediasi oleh China.
Kesepakatan mencakup: melanjutkan hubungan diplomatik dan membuka kembali kedutaan dalam waktu tidak lebih dari dua bulan; penegasan tentang penghormatan kedaulatan negara; dan tidak campur tangan dalam urusan internal negara.
Mereka juga sepakat bahwa para menteri luar negeri kedua negara akan bertemu untuk meningkatkan hubungan bilateral dan ekonomi.
Pada Januari 2016, Arab Saudi memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran. Hal itu dipicu insiden kedutaan Saudi di Teheran yang diserbu pendemo, menyusul eksekusi Riyadh terhadap seorang ulama Islam Syiah terkemuka.
Iran merupakan negara Islam Syiah, sementara Saudi adalah Islam Sunni, dan kedua negara sering terlibat dalam perselisihan tinggi dan persaingan dalam menyebarluaskan pengaruh di kawasan.
Masing-masing menganggap satu sama lain sebagai kekuatan yang mengancam dan berusaha mencari dominasi regional.
Iran Vs Saudi di Sejumlah Konflik di Timur Tengah
Iran dan Saudi mendukung pihak berseberangan yang saling berkonflik di Lebanon, Suriah, Irak, hingga Yaman.
Di Yaman misalnya, Iran mendukung kelompok Houthi yang mayoritas Syiah. Kelompok itu memimpin pemberontakan terhadap pemerintah Yaman yang dibeking Saudi pada 2014.
Baik Iran dan Saudi saling mendukung kelompok-kelompok yang berperang di Yaman dalam konflik yang masih berlangsung saat ini.
Saudi disebut membantu pemerintah Yaman melakukan serangan udara untuk menyerang Houthi, sementara Iran kemudian dituduh mempersenjatai Houthi untuk melakukan serangan drone dan rudal.
Ketegangan meningkat ketika beberapa drone dan rudal Houthi menghantam fasilitas minyak utama Saudi pada 2019, menyebabkan kerusakan dan gangguan produksi.
Arab Saudi dan sekutunya AS menyalahkan Iran atas serangan itu, namun Iran selalu membantah hubungannya dengan Houthi.
Advertisement