Liputan6.com, Pyongyang - Korea Utara meluncurkan dua rudal dari kapal selam di perairan Laut Jepang pada Minggu (12/3/2023) pagi waktu setempat.
"Rudal jelajah strategis diluncurkan dari kapal selam 8.24 Yongung," demikian laporan kantor berita Korea Utara KCNA seperti dilansir CNN, Senin (13/3).
Itu merupakan kapal yang sama yang digunakan untuk menguji rudal balistik kapal selam pertama Korea Utara pada tahun 2016.
Advertisement
KCNA mengklaim, rudal-rudal tersebut terbang selama lebih dari satu jam, menempuh jarak sekitar 1.500 km per jam dan melakukan pola berbentuk angka delapan sebelum tepat mengenai target.
Komisi Militer Pusat Partai Buruh Korea, ungkap KCNA, puas dengan hasil latihan tersebut.
Kepala Staf Gabungan Korea Selatan (JCS) mengatakan pada Minggu pagi bahwa Korea Utara menembakkan setidaknya satu rudal tak dikenal dari sebuah kapal selam di dekat kota pelabuhan Sinpo di Provinsi Hamgyong Selatan. JCS menambahkan bahwa otoritas intelijen Amerika Serikat (AS) dan Korea Selatan tengah menganalisisnya.
Uji coba rudal teranyar ini berlangsung setelah pada Kamis (9/3), Korea Utara menembakkan setidaknya enam rudal jarak pendek ke Laut Kuning.
KCNA pekan lalu melaporkan bahwa Kim Jong Un mengatakan, unit artileri harus bersiap untuk dua misi. Pertama, mencegah perang dan kedua, mengambil inisiatif dalam perang, dengan terus mengintensifkan berbagai latihan perang sungguhan.
Juru bicara Kementerian Pertahanan Korea Selatan pada Kamis menuturkan bahwa Korea Utara tengah melakukan latihan musim dingin dan otoritas AS serta Korea Selatan tengah memantaunya.
Eskalasi di Semenanjung Korea
Senin ini, pasukan AS, Korea Selatan, dan Komando PBB di akan memulai latihan Freedom Shield selama 11 hari. Komando Pasukan AS Korea (USFK) menyebutkan bahwa Freedom Shield akan mengintegrasikan unsur-unsur "latihan langsung" dengan simulasi konstruktif.
Pada saat yang sama, juga akan berlangsung latihan lapangan yang dijuluki Warrior Shield.
Sementara itu, angkatan udara AS dan Korea Selatan telah melakukan latihan udara rutin. Pekan lalu, sebuah pengebom B-52 AS dikawal oleh jet tempur Korea Selatan saat terbang ke zona identifikasi pertahanan udara Korea Selatan.
Latihan militer AS-Korea Selatan kali ini diharapkan menjadi yang terbesar setelah keduanya "menahan diri" selama beberapa tahun menyusul upaya AS di bawah pemerintahan Donald Trump membuka jalan perundingan dengan Korea Utara.
Upaya Trump sendiri menemui jalan buntu dan Korea Utara terus melanjutkan uji coba rudalnya.
Analis dari Ewha Womans University di Seoul Leif-Eric Easley menilai, terdapat sedikit alasan untuk berpikir bahwa ketegangan di Semenanjung Korea akan mereda.
"Pyongyang siap untuk merespons secara agresif latihan pertahanan utama AS-Korea Selatan serta pertemuan puncak yang akan datang antara Presiden Yoon Suk Yeol, Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida, dan Presiden AS Joe Biden," ungkap Easley.
"Kim Jong Un dapat saja memerintahkan penembakan rudal dengan jarak yang lebih jauh, mencoba meluncurkan satelit mata-mata, mendemonstrasikan mesin berbahan bakar padat, dan bahkan mungkin melakukan uji coba nuklir," imbuhnya.
Advertisement