Liputan6.com, Saitama - Terjadi sebuah penemuan mengerikan ketika seorang wanita menemukan kepala dan cakar kucing berbintik coklat yang terpenggal saat dia berjalan di sepanjang tepi Sungai Arakawa di Kota Saitama, Jepang. Beberapa hari kemudian, setelah laporan itu, polisi menemukan sisa tubuh kucing di halaman sebuah sekolah dasar.
Pada akhir Februari lalu, anggota masyarakat telah menemukan dua lagi bangkai kucing yang dimutilasi, satu di lapangan dan satu lagi di pinggir jalan kota kecil.
Berdasarkan laporan CNN, Senin (13/3/2023), tindakan mengerikan ini mungkin tidak melibatkan korban manusia, sekolah setempat meminta guru untuk mengantar anak-anak pulang dan menasihati mereka untuk berjalan secara berkelompok, polisi telah meningkatkan patroli, menurut NHK. Pembunuhan itu telah menimbulkan kenangan tidak nyaman di Saitama.
Advertisement
Dalam beberapa tahun terakhir pernah ada kasus yang sama, kemudian pelaku ini dipenjarakan, karena mereka telah mengunggah pembunuhan tersebut secara online.
Baca Juga
Selain itu, pada tahun 1990-an pernah terjadi hal yang sama di Jepang, tetapi berujung kepada pembunuhan anak-anak di Kota Kobe. Ketika seorang anak laki-laki berusia 14 tahun dengan riwayat melakukan tindakan kekejaman terhadap hewan, membunuh dua anak, usia 10 dan 11 tahun, kemudian melukai tiga anak lainnya.
Insiden pembunuhan kucing itu juga terjadi pada saat yang membingungkan bagi sekolah-sekolah di daerah Saitama. Pasalnya, Februari lalu ada seorang guru di sekolah menengah pertama di Toda dilaporkan ditikam oleh seorang siswa, yang memicu evakuasi.
Investigasi Terhadap Pembunuhan Hewan
Seorang juru bicara polisi Saitama mengatakan kepada CNN bahwa mereka telah meluncurkan investigasi kekejaman terhadap hewan dan sedang menyelidiki apakah berbagai pembunuhan kucing yang beredar mempunyai keterkait satu sama lain. Jika memang benar, hal ini merupakan kejahatan untuk membunuh atau melukai hewan di Jepang.Â
Pembunuhan terhadap hewan di Jepang dapat dihukum dengan hukuman penjara hingga lima tahun atau denda sekitar 5 juta yen atau $36.600, setara dengan Rp 511 juta.
Seorang wanita berusia 80-an mengatakan kepada NHK bahwa dia merasa takut dan tidak nyaman, mendengar berita tentang pembunuhan kucing ini. Tetapi kekhawatirannya melampaui kekhawatiran yang diangkat tentang kesejahteraan hewan.
Setelah pembunuhan tersebut, berbagai ahli telah memperingatkan bahwa kekejaman terhadap hewan ini dapat bertindak sebagai pintu gerbang menuju kejahatan yang lebih keji.
"Biasanya, tindakan kriminal dan kekejaman disembunyikan, tetapi berani menunjukkannya mungkin merupakan bentuk ekspresi diri," ucap Kenji Omata, seorang profesor psikologi dari Universitas Surugadai, mengatakan kepada NHK.
Advertisement
Pembunuhan Hewan Bisa Jadi Pertanda Buruk
Omata merujuk kedua kasus pembunuh kucing sebelumnya di prefektur Saitama dan mencatat ada juga pelecehan hewan dalam kasus pembunuhan berantai anak di Kota Kobe.
"Saya sangat prihatin berapa lama insiden serupa telah terjadi, dan ini akan berlanjut kepada kasus-kasus pembunuhan, dan orang akan dirugikan," kata Omata.
Kim J. McCoy, seorang pengacara yang mendirikan organisasi perlindungan dan hukum hewan Hong Kong, memperingatkan bahwa beberapa kasus kekejaman terhadap hewan berkembang menjadi pelanggaran yang lebih serius terhadap manusia.
"Ada bukti empiris yang mendukung korelasi langsung antara mereka yang melakukan kekerasan terhadap hewan dan mereka yang melakukan kejahatan lain yang lebih kejam terhadap manusia," kata McCoy.
Bahkan ketika kekerasan terbatas pada hewan, masih ada kebutuhan untuk bertindak, tambah McCoy.
"Hewan rentan," kata McCoy. "Mereka pantas dan membutuhkan perlindungan yang tepat dari bahaya."
Kasus Pembunuhan Hewan Lain
Selain kasus pembunuhan terhadap kucing di Jepang, ternyata ada beberapa kasus pembunuhan terhadap hewan lain. Dari berbagai contoh, berikut lima kasus nyata pembunuhan berantai yang dilakukan manusia terhadap hewan peliharaan.Â
1. Nakul Mishra, Si Peracun Anjing dari India
Pada 2016, polisi di Delhi, India, menangkap seorang pembunuh anjing. Pria itu tertangkap basah melalui rekaman video tengah meracun hewan-hewan malang tersebut.
Selain itu, Nakul Mishra (28), juga secara brutal memukuli anjing-anjing itu.
Saat video itu muncul untuk pertama kali, polisi membentuk sebuah satuan tugas untuk menemukan Mishra. Mereka dengan susah payah menyisir ribuan rumah kontrak dan mencari dari pintu ke pintu untuk memburu pria itu.
Akhirnya, mereka berhasil menyudutkan Mishra dan menangkapnya di rumahnya.
Ketika ditanya mengenai motif, Mishra beralasan ia mengalami depresi karena hubungan yang gagal, kematian anjingnya sendiri, dan kehilangan pekerjaan.
Polisi mengatakan, Mishra melukai tiga anjing dewasa dan membunuh seekor anak anjing. Aparat penegak hukum juga berencana untuk menjatuhkan Mishra hukuman penjara serta konseling psikologis.
Advertisement