Sukses

Polusi Udara Parah di Thailand Sebabkan 1,32 Juta Orang Sakit dan Picu Wacana WFH

Dari penyakit yang muncul akibat polusi udara, 583.238 di antaranya kasus penyakit pernapasan, 267.161 kasus infeksi kulit, 242.805 kasus infeksi mata, dan 208.880 kasus stroke.

Liputan6.com, Bangkok - Polusi udara di Thailand mengakibatkan sekitar 1,32 juta warga Thailand menderita penyakit terkait polusi udara dalam periode awal tahun hingga 5 Maret.

Dari penyakit yang muncul akibat polusi udara, 583.238 di antaranya kasus penyakit pernapasan, 267.161 kasus infeksi kulit, 242.805 kasus infeksi mata, dan 208.880 kasus stroke.

Dilansir Thai PBS World, Rabu (15/3/2023), menurut Sekretaris Tetap Kesehatan Masyarakat Opart Karnkawinpong, pencemaran udara terutama disebabkan oleh partikel PM2.5, asap dari kebakaran hutan, dan pembakaran limbah pertanian. Dia mengaitkan kenaikan PM2.5 di tahun ini dengan peningkatan perjalanan setelah sempat terhenti selama pandemi COVID-19.

PM2.5 adalah partikel udara yang berukuran lebih kecil dari 2.5 mikron (mikrometer).

Laporan Departemen Pengendalian Pencemaran pada Selasa (14/3) menyebutkan bahwa PM2.5 di Chiang Mai, Chiang Rai, Phrae, Phayao, Lamphun, Lampang, Mae Hong Son , Uttaradit, Sukhothai, Tak, Phitsanuloke, Nan, Nonthaburi, Phetchabun dan 50 distrik di Bangkok terdeteksi di atas tingkat ambang batas aman yang ditetapkan Thailand, yakni 50 mikrogram, selama tiga hari berturut-turut.

Polusi udara yang parah juga memicu wacana untuk bekerja dari rumah atau work from home (WFH).

Menteri Dalam Negeri Thailand Anupong Paojinda mengatakan bahwa perintah untuk bekerja dari rumah akan diimplementasikan jika tingkat polusi berbahaya tidak segera membaik.

2 dari 2 halaman

Chiang Mai Paling Parah

Menurut situs web polusi terkemuka, IQAir.com, Chiang Mai memiliki polusi udara terburuk di dunia dengan indeks kualitas udara 180 pada Minggu (12/3).

Angka tersebut lebih tinggi dari Mumbai dengan indeks AQI 179, Lahore 160, Hanoi 156, dan Delhi 154.

Orang-orang di Chiang Mai dikabarkan tidak dapat melihat Gunung Doi Suthep yang ikonik selama berminggu-minggu menyusul kabut asap yang tebal sekaligus beracun.