Liputan6.com, Blantyre - Badai Freddy yang melanda negara-negara Afrika tenggara telah merenggut nyawa lebih dari 350 orang. Puluhan ribu orang juga harus mengungsi. Madagaskar, Mozambik, dan Malawi sangat terdampak badai ini.
Menurut laporan VOA News, Jumat (17/3/2023), korban meninggal di Malawi setidaknya mencapai 326 orang, sementara korban di Mozambik mencapai 53 orang. Total korban meninggal dikhawatirkan masih bisa bertambah, terutama di Mozambik.
Advertisement
Baca Juga
Presiden Malawi Lazarus Chakwera sudah menetapkan badai yang terjadi sebagai tragedi nasional, serta meminta bantuan internasional. Chakwera turut mendeklarasikan periode duka nasional selama 14 hari.
Durasi badai Freddy yang panjang membuat kehancuran makin parah. Di Malawi, badai itu dilaporkan sudah reda pada Rabu (15/3).
World Meteorological Organization (WMO) menyebut badai itu awalnya terbentuk pada 6 Februari 2023 di Samudra Hindia, kemudian mencapai daratan Madagaskar pada 21 Februari, kemudian mencapai Mozambik pada 24 Februari.
Menurut laporan Africa News pada awal Maret 2023, ada setidaknya 15 orang meninggal karena badai Freddy di Madagaskar.
Meski Freddy tak lagi dikategorikan sebagai badai tropis, sisa dari badai tersebut masuk menyebabkan hujan ke kawasan, sehingga memicu ancaman banjir dan longsor.
Pecahkan Rekor
WMO menyebut badai Freddy sempat kembali ke Samudra Hindia, sehingga mendapat kekuatannya di perairan yang hangat. Kemudian, badai itu kembali lagi ke daratan dengan kekuatan lebih besar.
Angin dari badai itu sempat mencapai 200 kilometer per jam.
NASA menyebut Freddy mencetak rekor karena memiliki akumulasi energy cyclone yang tertinggi di belahan bumi selatan. WMO juga masih meneliti apakah durasi Freddy merupakan yang terlama bagi cyclone tropis. Rekor sejauh ini dipegang topan John pada 1994.