Liputan6.com, Jakarta - Sebuah kitab kuno bernama Codex Sassoon akan dilelang oleh Sotheby's. Rumah lelang tersebut memprediksi bible kuno itu bisa terjual hingga US$50 juta (sekitar Rp 760 miliar).
Codex Sassoon dianggap spesial karena usia kitab Yahudi ini sudah lebih dari 1.000 tahun.
Baca Juga
Menurut keterangan situs Sotheby's, Senin (20/3/2023), Codex Sassoon merupakan salah satu Hebrew Bible (Alkitab dengan Bahasa Ibrani) yang paling pertama terkumpul secara lengkap.
Advertisement
Codex ini berisi lengkap seluruh 24 kitab dari Hebrew Bible, meski kehilangan 12 halaman. Taurat dan Zabur juga termasuk di Codex ini.
"24 kitab itu, dibagi menjadi tiga bagian, yang mengandung Skriptur Ibrani kanon: Torah, Nevi'im, dan Ketuvim. Umat Kristiani menghormati teks-teks tersebut sebagai Perjanjian Lama dan Islam mengajarkan bahwa Taurat dan Zabur adalah kitab yang diungkap secara ilahiah. Dapat diperdebatkan, Alkitab Ibrani ini merupakan buku paling berpengaruh di sejarah manusia dan landasan dari peradaban Barat," tulis pihak Sotheby's.
Codex ini berasal dari akhir abad ke-9 atau awal abad ke-10. Usianya satu abad lebih tua dari Codex Leningradensis yang konon ditulis di Kairo pada tahun 1008.
Codex ini juga memiliki keterangan dari Masoretes, seorang cendekiawan yang bekerja untuk memberikan catatan yang menstandarisasi text Alkitab Ibrani. Catatan tersebut memastikan penulisan dan pembacaan yang benar.
Nama Codex Sassoon berasal dari pemiliknya yang dulu, yakni David Solomon Sassoon (1880-1942) yang mengumpulkan manuskrip-manuskrip Ibrani di dunia.
Pengaruh Peradaban Barat
Pakar spesialis Judaica, Sharon Mintz, menyebut Hebrew Bible ini "telah memengaruhi pilar peradaban seperti seni, budya, hukum, dan politik selama berabad-abad."
Sotheby's memprediksi bahwa lelang Codex Sassoon akan menjadi dokumen bersejarah yang pernah terjual dalam pelelangan.
Richard Austin, Sotheby’s Global Head of Books & Manuscripts, mengungkap bahwa Codex Sassoon merupakan salah satu dokumen paling penting dalam sejarah manusia. Hal itu tidak terlepas dengan usianya yang sudah seribu tahun lebih.
Codex Sasoon ini tidak hanya memberikan insight tentang penyebaran agama Abrahamic, tetapi juga mengenai transisi dari tradisi oral ke penulisan, serta bisa menunjukkan sejarah daerah Levant (Syam).
Pihak Sotheby's berkata codex ini sudah 40 tahun tidak muncul ke publik. Codex ini lantas dibawa Sotheby's di London pada Februari lalu, kemudian dibawa ke Tel Aviv, Dallas, Los Angeles, dan New York City.
Codex Sassoon akan dilelang secara live di New York oleh Sotheby's pada 16 Mei 2023.
Advertisement
Wawancara Eksklusif Rabbi Yahudi: Mencari Jalan Damai untuk Palestina dan Israel Lewat Agama
Forum Keagamaan KTT G20 atau Religion Twenty (R20) mengundang ratusan pemuka agama. Sejumlah pimpinan pelbagai sekte di seluruh dunia dan para ahli teologi bermacam latar keilmuan dari berbagai negara berkumpul di forum ini.
Liputan6.com yang berkesempatan langsung meliput acara tersebut, mencoba menggali lebih dalam tentang makna keberagaman agama melalui kaca mata seorang Teolog Yahudi berkebangsaan Amerika Serikat, Rabbi Yakov Nagen.
“Kita membutuhkan agama untuk menyatukan kita, (khususnya) bagi orang-orang Timur Tengah yang telah sangat menderita,” ujar pria yang menjabat sebagai Direktur Beit Midrash for Judaism and Humanity ini saat mengawali obrolannya di Hotel Grand Hyatt Nusa Dua, Bali, Kamis 3 November 2022.
Liputan6.com lalu bertanya tentang apa dan bagaimana Rabbi Yakov melihat keberagaman di Indonesia hingga konflik yang terus berkecamuk antara Israel dan Palestina, serta stigmatisasi negatif terhadap kelompok Yahudi bagi orang Indonesia. Termasuk berbicara soal peluang terjalinnya hubungan diplomatik Israel dan Indonesia suatu hari nanti.
Berikut kutipan wawancaranya bersama Jurnalis Liputan6.com, Radityo Priyasmoro:
Bagaimana Anda memandang Indonesia secara umum?
Saya sangat suka semboyan Bhineka Tunggal Ika yang berarti Meski Berbeda Tetap Satu Jua, dan saya pikir itu memiliki pesan yang sangat kuat kepada dunia. Kita memerlukan itu, kita butuhkan itu kepada sesama.
Bisa Anda perjelas bagaimana kultur keberagaman di Indonesia memiliki dampak nyata bagi dunia?
Ya tentu, karena kita tinggal di era globalisasi yang tidak dapat menawar perbedaan satu dan lainnya. Bahkan kita sendiri yang memilih hal itu sebagai anugerah atau kutukan. Sebab sebenarnya, kita bisa temukan persatuan dalam keberagaman meski kita berbeda. Inilah jalan-Nya dan inilah keindahan dari dunia, di mana faktanya memang kita tidak sama.
Ini adalah cermin bagaimana Tuhan menunjukkan kebesaran-Nya. Bayangkan jika kita semua sama, pastinya membosankan bukan? Dunia yang kita tinggali ini sangat kaya dan sebab kita berbeda, kita dapat belajar dari yang lain, kita dapat menolong dan tumbuh bersama. Inilah anugerah-Nya bagi kita di dunia.
Mendamaikan Israel dan Palestina?
Anda meyakini agama mampu menyelesaikan masalah. Namun konflik di Timur Tengah tak jarang melibatkan unsur agama sebagai penyebab. Yahudi, bagi orang Indonesia memiliki stigma negatif, khususnya tentang Israel dan Palestina, bagaimana menurut Anda?
Saya sadar, setiap konflik sangatlah kompleks. Saya bisa bilang, lebih dari 10 orang murid saya meninggal karena terbunuh akibat serangan teror. Bahkan sahabat saya yang berjarak tiga rumah dari tempat saya tinggal di Yerusalem juga terbunuh bersama anaknya akibat serangan teror.
Saya tidak ingin menghakimi, hal terpenting adalah bagaimana menyikapinya. Kita harus merangkul kedua sisi, menolong mereka untuk keluar dari hal ini. Jika kita hanya condong ke salah satu pihak dan melawan pihak lainnya maka konflik akan semakin dalam. Kita wajib memahami, kedua sisi tersebut sama-sama menderita dan saat kita mengatakan sisi ini baik dan yang satunya buruk maka hal itu hanya akan melanjutkan penderitaan.
Lalu bagaimana caranya untuk bisa mendamaikan?
Ada tiga kata, koneksi sebelum koreksi. Jadi, koneksikan orang-orangnya, ketika kita sudah saling terhubung maka kita dapat tahu perbedaan satu dan yang lainnya. Saya percaya hal ini mampu membawa kedamaian.
Jadi Anda yakin, bila suatu hari semua dapat terhubung atas nama kemanusiaan? Termasuk Indonesia dengan Israel?
Tentunya hal itu akan sangat baik untuk sesama. Problem yang dunia hadapi adalah keterpisahan. Maka saat kita bisa semakin terhubung, tentu semakin jauh kita dari amarah, semakin banyak berkah dan hal itu baik untuk semua.
Saya rasa saya berharap, satu hari nanti Indonesia mampu melakukan hal itu, seperti yang telah dilakukan Maroko, Mesir, Yordania, dan Bahrain. Saya paham akan terasa sulit di awal namun terjalinnya kembali koneksi dengan mereka tidak semata hanya untuk Israel, namun juga Palestina.
Artinya, bukan tidak mungkin Indonesia akan menjalin hubungan dengan Israel?
Saya kira demikian. Kita tahu Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) telah menyadarinya, bahwa kita tidak bisa memilih satu dan mengesampingkan lainnya. Kita harus katakan untuk peduli dengan keduanya. Hal ini dicontohkan oleh Uni Emirat Arab saat mendonasikan 25 Juta Dollar AS untuk rumah sakit di Palestina.
Terlepas dari siapa yang nanti dirawat di sana, apakah Yahudi atau Muslim, namun sumbangan tersebut adalah buah dari hubungan yang terkoneksi. Kita akan punya hidup yang lebih baik, jauh dari kekerasan dan amarah.
Advertisement