Sukses

40 Orang Tewas Akibat Kebakaran Pusat Penahanan Imigrasi di Meksiko

Institut Imigrasi Nasional mengungkapkan bahwa 29 orang berada dalam kondisi sangat serius.

Liputan6.com, Kota Meksiko - Para migran yang takut dideportasi membakar kasur di rumah detensi imigrasi di Ciudad Juarez, Meksiko utara, yang berada di seberang perbatasan Amerika Serikat (AS) dari El Paso, titik penyeberangan utama bagi para migran. Aksi tersebut memicu kebakaran yang menewaskan sedikitnya 40 orang.

Kebakaran yang terjadi pada Senin (27/3/2023) malam itu tercatat sebagai salah satu yang paling mematikan di rumah detensi imigrasi Meksiko.

Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador mengatakan kebakaran dimulai oleh para migran sebagai protes setelah mengetahui mereka akan dideportasi.

"Mereka tidak pernah membayangkan bahwa ini akan menyebabkan kemalangan yang mengerikan ini," kata Presiden Lopez Obrador seperti dilansir AP, Rabu (29/3).

Otoritas imigrasi mengidentifikasi korban tewas dan terluka berasal dari Guatemala, Honduras, El Salvador, Venezuela, Kolombia, dan Ekuador. Menteri Luar Negeri Guatemala Mario Bucaro mengonfirmasi 28 orang warganya tewas dalam insiden itu.

Institut Imigrasi Nasional mengungkapkan bahwa 29 orang berada dalam kondisi sangat serius. 

Rekaman dari video pengawas menunjukkan setelah para migran membakar kasur, penjaga diduga bergegas menyelamatkan diri dan tidak melakukan upaya nyata untuk menyelamatkan tahanan. Namun, belum ada pernyataan resmi terkait hal itu.

2 dari 2 halaman

Para Migran Termakan Hoaks

Ketegangan antara pihak berwenang dan migran disebut telah memuncak dalam beberapa minggu terakhir di Ciudad Juarez, di mana tempat penampungan penuh dengan orang-orang yang menunggu kesempatan untuk menyeberang ke AS atau proses suaka berlangsung.

Awal bulan ini, ratusan migran yang sebagian besar warga Venezuela mencoba menerobos salah satu jembatan internasional ke El Paso. Mereka bertindak atas desas-desus palsu bahwa AS akan mengizinkan mereka memasuki negara itu. Faktanya, otoritas AS memblokir upaya mereka.

Setelah itu, Wali Kota Ciudad Juarez Cruz Perez Cuellar mulai berkampanye untuk memberi tahu para migran bahwa ada ruang di tempat penampungan dan tidak perlu mengemis di jalanan. Dia mendesak warga untuk tidak memberikan uang kepada para migran dan mengatakan pihak berwenang akan memindahkan mereka.

Rumah detensi imigrasi di Meksiko kerap mengalami fenomena kepadatan, protes, dan kerusuhan dari waktu ke waktu.

Meksiko telah muncul sebagai tujuan paling populer ketiga di dunia bagi pencari suaka, setelah AS dan Jerman. Pencari suaka harus tinggal di negara bagian tempat mereka mengajukan permohonan di Meksiko, sehingga banyak yang terkurung di dekat perbatasan selatan negara itu dengan Guatemala. Puluhan ribu migran juga berada di kota-kota perbatasan.