Sukses

Zelensky Undang Presiden China Xi Jinping ke Ukraina, AS Dukung dan Rusia Ogah Ikut Campur

China sendiri belum mengiyakan atau menolak undangan presiden Ukraina.

Liputan6.com, Kyiv - Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengundang Presiden China Xi Jinping untuk mengunjungi negaranya. Zelensky mengakui bahwa keduanya belum melakukan kontak sejak invasi Rusia ke Ukraina dimulai.

"Saya ingin bicara dengannya," ujar Zelensky seperti dikutip dari AP, Kamis (30/3/2023).

China selaras secara ekonomi dan menguntungkan secara politik bagi Rusia selama beberapa dekade. Menyangkut krisis Ukraina, Beijing telah memberikan perlindungan diplomatik kepada Presiden Vladimir Putin dengan mempertaruhkan netralitasnya dalam perang.

Sulit dibantah bahwa Xi Jinping, seorang pemimpin yang menguasai sumber daya negara terpadat di dunia, memainkan peran penting dalam konflik Rusia-Ukraina.

"Kami siap menyambutnya di sini," ungkap Zelensky. "Saya melakukan kontak dengannya sebelum perang skala penuh. Tapi sepanjang tahun ini, lebih dari setahun, saya tidak melakukannya."

2 dari 2 halaman

Respons China atas Undangan Zelensky

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning mengatakan bahwa dia tidak punya informasi apapun untuk dibagikan terkait dengan pernyataan Zelensky. Dia menambahkan bahwa Beijing menjaga komunikasi dengan semua pihak yang terkait, termasuk Ukraina.

Sementara itu, ditanya apakah pertemuan Zelensky dan Xi Jinping akan bermanfaat untuk menyelesaikan konflik, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menegaskan bahwa pihaknya sangat menghargai posisi China yang seimbang. Rusia, sebut Peskov, tidak memiliki hak untuk menyarankan apakah keduanya harus bertemu.

"Pemimpin China sendiri yang akan memutuskan kelayakan kontak tertentu," ujar Peskov.

Di Washington, juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby mengungkapkan, Amerika Serikat mendukung pembicaraan antara Xi Jinping dan Zelensky.

"Kami telah menyampaikannya selama berminggu-minggu," kata Kirby.

Belum lama ini, Xi Jinping melawat ke Rusia. Hal itu meningkatkan prasangka Barat bahwa China siap mendukung Moskow dengan persenjataan mematikan. Namun, sampai dengan akhir kunjungan, tidak ada pengumuman terkait isu tersebut.

Beberapa hari kemudian, Putin mengumumkan bahwa dia akan mengerahkan senjata nuklir taktis ke Belarus, yang bertetangga dengan Rusia dan mendorong cadangan nuklir Kremlin lebih dekat ke wilayah NATO.

Zelensky menilai bahwa langkah Putin dimaksudkan untuk mengalihkan perhatian dari kurangnya jaminan yang dia terima dari China.

"Apa artinya? Kunjungan itu tidak baik untuk Rusia," ungkap Zelenskyy berspekulasi.