Sukses

Petaka di Pembagian Makanan Ramadhan Pakistan, 11 Orang Termasuk Anak-Anak Tewas Berdesakan

Dengan insiden berdesakan terbaru ini, jumlah korban tewas akibat terinjak-injak di pusat makanan gratis Ramadhan di seluruh negeri telah meningkat menjadi setidaknya 21 orang sejak pekan lalu.

Liputan6.com, Karachi - Insiden berdesakan terjadi di pusat distribusi makanan Ramadhan di Kota Karachi, Pakistan selatan.

"Menewaskan sedikitnya 11 orang, semuanya wanita dan anak-anak," menurut polisi dan petugas penyelamat Pakistan seperti dikutip dari Al Jazeera, Sabtu (1/4/2023). 

Beberapa orang juga terluka dalam insiden hari Jumat, yang terjadi ketika ratusan orang panik dan saling mendorong untuk mengumpulkan makanan di luar pabrik. Beberapa dari mereka jatuh ke selokan terdekat, kata pejabat polisi Mughees Hashmi.

Warga mengatakan tembok juga runtuh di dekat selokan, melukai dan membunuh orang di tengah berdesakan.

Media lokal melaporkan bahwa delapan wanita dan tiga anak meninggal.

Hashmi mengatakan pemilik pabrik yang mengatur pusat distribusi makanan belum memberi tahu polisi tentang rencana tersebut. Dia mengatakan polisi setempat tidak mengetahui distribusi tersebut, jika tidak, mereka mungkin telah mengerahkan pasukan.

Menteri Luar Negeri Bilawal Bhutto Zardari, yang berasal dari Provinsi Sindh, yang beribukota di Karachi, memerintahkan pihak berwenang untuk menyelidiki penyebab insiden berdesakan tersebut.

Peristiwa berdesakan tersebut merupakan yang paling mematikan di titik-titik distribusi makanan Ramadhan sejak awal puasa bulan suci umat Islam pekan lalu.

Dengan insiden terbaru ini, jumlah korban tewas akibat terinjak-injak di pusat makanan gratis di seluruh negeri telah meningkat menjadi setidaknya 21 orang sejak pekan lalu.

Penduduk lokal Mohammad Arsalan mengatakan dia tinggal di dekat pabrik tempat orang berkumpul sejak pagi untuk mengambil makanan gratis. Dia mengatakan dia tidak tahu persis apa yang menyebabkan insiden itu, tetapi "kami mendengar tangisan dan kemudian mengetahui tentang insiden berdesakan ini".

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Tragedi Terjadi Sehari Usai Pengerahan Tambahan Pengamanan di Pusat Distribusi Makanan Ramadhan

Insiden berdesakan hari Jumat itu terjadi sehari setelah pihak berwenang memerintahkan pengerahan polisi tambahan di pusat distribusi makanan Ramadhan, untuk menghindari kepadatan yang berbahaya.

Kerumunan besar orang telah berkumpul di pusat-pusat distribusi itu sejak pemerintah meluncurkan inisiatif minggu lalu, untuk memberikan tepung gratis kepada keluarga berpenghasilan rendah selama Ramadhan untuk mengurangi dampak inflasi yang memecahkan rekor dan melonjaknya kemiskinan.

Berjuang untuk menjaga ekonomi tetap bertahan, pemerintah putus asa untuk mencapai kesepakatan dengan Dana Moneter Internasional (IMF) untuk melanjutkan program pinjaman $6,5 miliar yang pada dasarnya telah ditangguhkan sejak November 2022.

IMF telah mengajukan serangkaian tuntutan untuk pencairan cicilan $1,1 miliar. Ini termasuk meliberalisasi nilai tukar rupee, menghapus subsidi dan menaikkan pajak.

Pada hari Jumat, Perdana Menteri Pakistan Shahbaz Sharif mengunjungi pusat distribusi tepung terigu di ibu kota, Islamabad, dan bertemu dengan para wanita yang datang untuk mengumpulkan tepung. Sharif meminta pihak berwenang untuk memastikan bahwa orang-orang diperlakukan dengan baik dan tidak ada insiden lebih lanjut.

3 dari 3 halaman

Hal-Hal yang Bisa Dilakukan Saat Terjebak dalam Kerumunan

Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah, Vito Damay menyatakan saat dalam kerumunan dan saling berdesakkan seseorang berisiko dada terhimpit yang mengakibatkan sulit untuk bernapas dengan baik.

Saat keadaan seperti itu, tubuh akan mengalami kekurangan oksigen. Keadaan kurangnya aliran oksigen tersebut biasa disebut hipoksia.

Kata Vito, hal tersebut juga diperparah dengan situasi yang tidak terkendali sehingga ketegangan, stres dan adrenalin muncul karena berdesakan. Akibatnya pembuluh darah menjadi kuncup dan kekurangan oksigen.

"Kita bayangkan sel otot jantung, sel yang seharusnya bekerja memompa sehingga oksigen-oksigen ini dipompa oleh otot jantung ke seluruh tubuh ini kekurangan oksigen. Maka dia tidak bisa memompa darah, lama-lama dia akan detak semakin lambat bahkan akhirnya tidak detak sama sekali. Ini yang bikin orang bisa meninggal," kata Vito kepada Liputan6.com.

Sebelum akhirnya meninggal dunia seseorang yang mengalami hipoksia akan merasakan beberapa gejala yang bervariatif. Seperti halnya pusing, sesak, mata berkunang-kunang, keringat dingin, hingga lemas.

Untuk meminimalisir risiko yang terjadi seseorang yang berada dalam kerumunan massa dapat melakukan beberapa hal. Pertama melakukan posisi kuda-kuda atau satu kaki di depan. Itu bertujuan agar seseorang tidak langsung terjatuh saat terjadi dorongan.

Lalu, seseorang juga dapat menempatkan tangan untuk melindungi bagian dada agar tidak terhimpit meskipun tidak dapat bertahan dalam waktu lama.

"Ketiga mungkin adalah saat kondisi kita terjatuh kita menutup atau melindungi bagian tubuh organ-organ dalam yang lebih rentan dengan tangan, tungkai dan kaki, nah ini mungkin bisa membantu beberapa saat tapi kalau tertumpuk mungkin orang-orang yang begitu banyak ya mungkin tetap saja tidak tahan tapi itu dapat dilakukan," ucapnya.

Selengkapnya di sini...

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.