Liputan6.com, Geelong - Lebih dari 170 tahun sejak demam emas Australia berakhir, seorang pria telah menemukan nugget atau bongkahan emas berbentuk seperti nugget senilai hampir AU$250.000 (sekitar Rp2,4 miliar) di ladang emas Victoria. Mendadak kaya!
Pria itu menemukan batu emas seberat 4,6 kg menggunakan detektor logam amatir di area golden triangle atau segitiga emas Victoria antara Bendigo, Ballarat, dan St. Arnaud.
Baca Juga
Ketika pencari itu membawa temuannya ke toko milik Darren Kamp bernama Lucky Strike Gold di Geelong, Australia, ia bertanya kepada Kamp, "Apakah menurut Anda ada nilai AU$10.000 di dalamnya?"
Advertisement
Kamp mengatakan ia sering membuat orang datang dengan emas yang tidak bernilai, tetapi begitu beratnya menyentuh tangannya, "Saya memandangnya dan saya berkata coba AU$100.000."
Namun, si penemu bongkahan emas itu kemudian memberitahu Kamp bahwa bongkahan batu itu hanya separuh dari semua temuannya.
Setelah semua batu emas dibawa kembali ke toko, Kamp menilai batu itu secara keseluruhan dengan AU$240.000 karena harga emas saat ini mendekati rekor tertinggi global. Jumlah emas di batu itu mencapai 83 ons (2,3 kg).
Kamp sudah berkecimpung dalam bisnis pencarian emas selama 43 tahun. Namun, pengalaman itu adalah kali pertamanya melihat bongkahan batu besar dengan kandungan emas bernilai tinggi.
"Mungkin pada tahun 1850-an ada beberapa yang ditemukan, tetapi dalam istilah sekarang sangat jarang," kata Kamp, dilansir dari The Guardian, Minggu (2/4/2023).
"Saya bermimpi menemukan sesuatu sebesar ini sendiri. Prospek terbesar yang pernah saya temukan adalah 24 ons 12 tahun yang lalu."
Â
Pria Australia Gunakan Detektor Emas Seharga Rp 12 Juta
Menurut Kamp pula, yang paling luar biasa adalah si pria penemu bongkahan emas tersebut ternyata hanya menggunakan detektor emas seharga AU$1.200 (Rp12 juta).
Kamp mengatakan bahwa jika bongkahan itu lebih dalam dari 12 inci (30 cm) di tanah tempat ditemukannya, hanya mesin yang lebih mahal yang dapat mendeteksi atau mengambilnya.
Kamp kemudian membeli bongkahan emas itu dari pria yang menemukannya dan memberi nama emas itu sebagai Lucky Strike. Tes multimeter memastikan emas itu saling berhubungan di seluruh batu, katanya.
Survei Geologi Victoria memperkirakan akan ada sebanyak 75 juta ons emas yang belum ditemukan di seluruh ladang emas Victoria tengah dan utara, dibandingkan dengan 80 juta ons yang telah ditambang dari daerah tersebut sejak zaman demam emas.
Lynnie Hindle, presiden dari Prospectors and Miners Association of Victoria cabang Bendigo, mengatakan, "Jika nugget besar ditemukan, itu selalu menciptakan demam emas baru."
Hindle mengatakan popularitas pencarian emas telah berkembang dan total 50.000 orang saat ini memegang hak penambang di Victoria.
Untuk menjadi penambang emas di sana, dibutuhkan lisensi menambang emas senilai AU$25,50 yang berlaku selama 10 tahun. Tanpa lisensi, setiap emas yang ditemukan menjadi milik negara.
Ian Holland, seorang penambang emas profesional dengan pengalaman 40 tahun dan presiden asosiasi cabang Ballarat, berkata, "Ini tidak seperti banyak sekali emas yang ditemukan, tetapi ada lebih banyak orang di luar sana daripada sebelumnya."
"Ketika saya biasa berkeliling mencari emas di tanah negara, Anda biasanya melihat satu mobil dalam seminggu. Sekarang Anda akan melihat lima hari. Sebegitu banyak perkembangannya," imbuh Holland.
Dua bongkahan emas terbesar yang ditemukan Holland di ladang emas Victoria berjumlah hingga 122 ons (3,4 kg) yang dihargai dengan harga emas hari ini sekitar AU$366.000, katanya.
Lucky Strike bukanlah bongkahan emas terbesar yang ditemukan di Australia. Sebab, kehormatan itu milik the Welcome Stranger yang ditemukan di dekat Moliagul, Victoria pada 1869, yang menghasilkan 2.300 ons (65 kg) emas.
Advertisement
2 Bongkah Emas 3,5 Kg Senilai Rp 3,7 Miliar Ditemukan di Australia
Sebelumnya pada 2020, penggali emas di Australia selatan, Brent Shannon dan Ethan West, telah menemukan dua bongkahan emas besar senilai AU$350.000 (Rp3,7 miliar) di tambang emas bersejarah.
Sepasang bongkahan itu memiliki berat gabungan 3,5 kg yang ditemukan pada hari yang sama, di dekat Tarnagulla di negara bagian Victoria, seperti yang disiarkan pada episode "Aussie Gold Hunters" di Discovery Channel.
Menurut siaran pers Discovery Channel, prospektor Shannon dan West menemukan kedua bongkahan emas ini hanya dalam hitungan jam dengan bantuan ayah West. Bongkahan ini bisa bernilai hingga lebih dari 30 persen dari perkiraan beratnya jika dijual ke kolektor.
"Saya pikir kami mendapatkan keberuntungan," ucap Shannon, dikutip dari CNN, Jumat (21/8/2020).
"Itu berada di tanah yang masih tak tersentuh dan belum ditambang."
Pasangan itu diketahui harus menunggu berbulan-bulan untuk mendapatkan izin yang memungkinkan mereka melakukan pencarian emas di daerah tersebut.
Deretan Perusahaan Tambang Emas Terbesar di Bursa Efek Indonesia
Bicara soal emas, emas adalah salah satu sumber daya mineral yang diproduksi di Indonesia dan memiliki kadar kemurnian tinggi.
Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), total sumber daya emas Indonesia mencapai 16 miliar ton dengan cadangan 4 miliar ton. Mengutip data yang sama, terdapat 15 perusahaan penghasil emas yang beroperasi di Indonesia.
Berdasarkan data dari Minerba One Data Indonesia (MODI) Kementerian ESDM, realisasi produksi emas paling tinggi tercatat pada 2022 yang mencapai 34,39 ribu ton. Realisasi penjualan adalah 16,32 ton.
Setidaknya ada tujuh perusahaan tambang emas terafiliasi dengan perusahaan terbuka yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Salah satunya adalah PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) atau Antam.Â
Produksi utama emas dan perak ANTAM berasal dari tambang bawah tanah Pongkor, Jawa Barat dan Cibaliung, Banten yang saat ini telah memulai fase pasca tambang. Pada 2021, total cadangan bijih emas konsolidasian ANTAM tercatat sebesar 1,02 juta dry metric ton (dmt) atau setara dengan 203 ribu troy oz (6,31 ton) logam emas.
Kemudian ada PT United Tractors Tbk (UNTR).
Perseroan itu mengelola bisnis penambangan emas melalui entitas anak, PT Agincourt Resources (PTAR). Di mana United Tractors memiliki saham sebesar 95 persen pada perusahaan tersebut.
PTAR mengoperasikan tambang emas Martabe yang berlokasi di daerah Tapanuli Selatan provinsi Sumatera Utara dengan area operasi seluas 479 hektar.
Advertisement