Liputan6.com, Teheran - Dua wanita di Iran ditahan atas tuduhan tidak mengenakan jilbab di muka umum.
Kasus ini diketahui setelah sebuah video yang viral. Lokasi wilayah dan waktu kejadian persis tak diketahui.
Baca Juga
Meski Menang Telak 3-0 di Piala Asia U-20 2025, Pelatih Iran Memuji Timnas Indonesia U-20
Pertandingan Timnas Indonesia U-20 vs Iran di Piala Asia U-20 2025, Disiarkan di RCTI dan GTV hingga Vision+
Iran Dilanda Suhu Dingin Ekstrem Tembus Minus 19 Derajat Celcius, Sekolah dan Kantor Pemerintah Ditutup
Latar tempat terjadi di sebuah toko kelontong. Ada sejumlah saksi mata di lokasi.
Advertisement
Dalam video, kedua perempuan yang tampaknya tengah berbelanja didekati oleh seorang pria yang masuk dan mulai berbicara dengan mereka.
Cekcok ditengarai soal bagaimana si pria memprotes busana kedua perempuan.
Pria itu kemudian mengambil apa yang tampak seperti bak berisi yoghurt dari rak. Ia kemudian dengan marah melemparkan yoghurt-yoghurt itu berulang kali ke atas kepala kedua perempuan tersebut.
Surat perintah penangkapan atas laporan warga segera dikeluarkan dan ketiganya kemudian ditangkap, lapor kantor berita pengadilan Mizan.
Kasus itu kemudian diproses oleh Pengadilan.
Meja hijau mengatakan kedua wanita itu telah ditahan karena memperlihatkan rambut mereka, yang merupakan tindakan ilegal di Iran. Demikian seperti dikutip dari BBC (2/4/2023).
Di sisi lain, pria tersebut juga telah ditangkap karena mengganggu ketertiban umum.
Ditambahkan bahwa "pemberitahuan telah dikeluarkan kepada pemilik toko untuk memastikan kepatuhan terhadap hukum."
Penangkapan itu menyusul protes berbulan-bulan di Iran, menuntut diakhirinya kewajiban mengenakan jilbab di muka umum.
Simak video pilihan berikut:
Tepat di Hari Hijab dan Kesucian pada Selasa (12/07) lalu, wanita dari berbagai kawasan di Iran ramai-ramai melepas jilbab dalam rangka memprotes kewajiban berhijab di Negeri Mullah tersebut.
Advertisement
Iran dan Kewajiban Jilbab di Muka Umum
Tidak mengenakan jilbab di depan umum adalah ilegal bagi perempuan di Iran, namun di kota-kota besar, banyak orang yang berjalan-jalan tanpa hijab meskipun ada aturannya.
Kemarahan dan frustrasi terhadap hukum telah mendorong perbedaan pendapat dalam masyarakat Iran.
Protes menyebar di seluruh Republik Islam pada bulan September 2022 setelah kematian Mahsa Amini, seorang wanita berusia 22 tahun yang ditahan oleh polisi moralitas di Teheran karena diduga mengenakan jilbabnya "secara tidak benar".
Protes melebar, tapi tetap mengakar pada isu penutup kepala perempuan.
Ribuan telah ditangkap dan empat pengunjuk rasa telah dieksekusi sejak Desember. Tetapi pihak berwenang tidak menunjukkan tanda-tanda mengalah.
Seorang anggota parlemen Iran garis keras, Hossein Ali Haji Deligani, telah mengeluarkan ultimatum kepada pengadilan untuk mengambil langkah-langkah guna menghentikan pelanggaran aturan dalam 48 jam ke depan.
Dan pada hari Sabtu, Presiden Iran Ebrahim Raisi menegaskan kembali bahwa wanita Iran harus mengenakan jilbab sebagai "kebutuhan agama".
"Hijab adalah masalah hukum dan wajib mematuhinya," katanya dalam kutipan yang dikutip oleh kantor berita AFP.