Sukses

Israel Serang Masjid Al-Aqsa dengan Granat Kejut hingga Gas Air Mata, Pukuli Jemaah yang Sedang Itikaf

Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan, petugas medisnya belum dapat menjangkau korban terluka di dalam Masjid Al-Aqsa karena diblokir oleh pasukan Israel.

Liputan6.com, Yerusalem Timur - Pasukan Israel bersenjata berat menyerbu Masjid Al-Aqsa di Yerusalem Timur yang diduduki pada Selasa (4/4/2023) malam dan menembakkan gas air mata dan granat kejut ke Al-Qibli Prayer Hall -bangunan dengan kubah perak- tempat ratusan pria, wanita, orang tua, dan anak-anak tengah berkumpul untuk itikaf. Beberapa saksi mata mengatakan peluru baja berlapis karet juga ditembakkan.

Petugas Israel kemudian memukuli jemaah berulang kali dengan pentungan dan senjata anti huru-hara, melukai banyak orang.

Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS) mengatakan, telah menerima banyak laporan cedera dan mengerahkan timnya untuk merawat mereka. Media lokal melaporkan, luka yang diderita termasuk memar, patah tulang, dan sesak napas karena menghirup gas air mata.

Juru bicara PRCS mengungkapkan kepada Al Jazeera bahwa petugas medis belum dapat menjangkau korban luka di dalam Masjid Al-Aqsa karena diblokir oleh pasukan Israel.

Video dari dalam masjid menunjukkan petugas Israel secara brutal memukuli orang-orang dengan pentungan, sementara jemaah berbaring di lantai. Teriakan minta tolong dari perempuan dan anak-anak terdengar sebagai latar memilukan.

Salah satu jemaah wanita yang berada di tempat kejadian mengatakan kepada media lokal bahwa para  wanita akhirnya dibebaskan, tetapi para pria dipukuli dengan kejam dan ditangkap.

"Setiap pria dipukuli dengan kejam. Setiap pria," ujar dia seperti dikutip dari Middle East Eye, Rabu (5/4).

2 dari 3 halaman

Klaim Israel untuk Memulihkan Ketertiban

Polisi Israel mengatakan bahwa pihaknya menangkap puluhan "perusuh" dari Masjid Al-Aqsa untuk memulihkan ketertiban. Sementara itu, masjid-masjid lokal di sekitar Yerusalem meminta orang-orang melalui speakerphone untuk berkumpul di kota dan mendukung mereka yang diserang di Masjid Al-Aqsa.

Seorang warga Kota Tua, yang memilih untuk tidak menyebutkan nama, mengatakan kepada Middle East Eye bahwa suara jeritan terdengar di mana-mana di sekitar kota.

"Yerusalem sedang membara sekarang. Anda bisa mendengar suara granat di mana-mana," katanya. "Kami dapat mendengar ambulans di seluruh kota, situasinya tidak meyakinkan."

Pasukan Israel dilaporkan pertama kali memasuki Masjid Al-Aqsa sekitar pukul 22.00 waktu setempat dan mulai mengosongkan halaman masjid setelah terdapat puluhan ribu jemaah yang menunaikan sholat tarawih di sana. Sebagian jemaah mengunci diri di Al-Qibli Prayer Hall untuk menghindari perilaku kejam Israel.

Namun, yang terjadi kemudian adalah pasukan Israel memecahkan jendela serta menembakkan gas air mata dan granat kejut, sebelum menyerbu dan menyerang para jemaah.

Najeh Bkeirat, wakil direktur Wakaf Islam di Masjid Al-Aqsa, menggambarkan tindakan Israel dalam wawancaranya dengan Al Jazeera sebagai serangan terencana.

Dia mengatakan, pasukan Israel melakukannya untuk mengirim pesan kepada Palestina bahwa Israel adalah satu-satunya penguasa Al-Aqsa yang dapat memutuskan siapa yang dapat memasuki situs tersebut dan kapan waktunya.

"Apa yang dilakukan orang-orang di dalam selain berdoa? Yang mereka miliki hanyalah sajadah," katanya.

3 dari 3 halaman

Kekejaman Israel Dikutuk Secara Luas

Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh mengatakan, "Apa yang terjadi di Masjid Al-Aqsa adalah kejahatan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Setiap orang harus memikul tanggung jawab mereka, warga Palestina dan muslim."

Dia mendesak warga Palestina di Tepi Barat dan di Israel untuk berbaris ke Masjid Al-Aqsa dan melindunginya.

Ziyad Nakhla, pemimpin gerakan Jihad Islam Palestina, menggemakan pesan serupa.

"Peristiwa di Masjid Al-Aqsa merupakan ancaman bagi tempat ibadah suci kami dan rakyat Palestina harus siap menghadapi konfrontasi yang menentukan (dengan Israel)," katanya.

Gerakan Fatah mengatakan apa yang terjadi "berbahaya" dan memperingatkan bahwa Israel akan membayar harganya.

Kementerian Luar Negeri Yordania menyebut serangan Israel sebagai "pelanggaran mencolok" serta meminta Tel Aviv menarik pasukan mereka dari situs tersebut dan mematuhi hukum internasional.