Liputan6.com, Jakarta - Indonesia akan menjadi tuan rumah dalam ASEAN-Indo Pacific Forum di Jakarta pada 5-7 September 2023. Ini merupakan bentuk penekanan Indonesia terhadap implementasi ASEAN Outlook on the Indo Pacific (AOIP).
Sebagai ketua ASEAN 2023, Indonesia ingin melihat penguatan kerja sama konkret dari AOIP dengan penekanan pada prinsip inklusivitas dan kerja sama ekonomi serta ekonomi pembangunan
Baca Juga
“Jadi approach atau penekanan implementasi dari AOIP, bahwa prinsip kerja samanya adalah inklusif dan juga memprioritaskan pada kerja sama ekonomi dan pembangunan,” ujar Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi dalam press briefing pada Rabu (5/4/2023).
Advertisement
Menlu Retno memaparkan bahwa flagship event tersebut masih dalam tahap persiapan yang akan dilakukan back-to-back dengan KTT ASEAN.
“Pendekatan ke negara anggota ASEAN dan mitra eksternal ASEAN untuk me-register proyek-proyek konkret dalam konteks AOIP pada AIPF secara intensif terus dilakukan,” tambah Retno.
Implementasi AOIP merupakan salah satu dari tiga pilar keketuaan Indonesia, dimana yang lainnya termasuk ASEAN Matters dan Epicentrum of Growth.
Dalam kapasitas ASEAN Matters, Menlu Retno mengatakan bahwa Indonesia bekerja keras untuk memperkuat kapasitas ASEAN dalam upaya menjadikan ASEAN bekerja lebih efektif.
Oleh karenanya, kesatuan dan sentralitas ASEAN penting untuk terus dijaga agar ASEAN mampu terus menjadi lokomotif perdamaian dan stabilitas kawasan.
Dalam pilar ini, sejumlah isu yang masih terus menjadi prioritas termasuk pemberantasan tindak pidana perdagangan orang (TPPO) akibat penyalahgunaan teknologi, percepatan negosiasi teks Code of Conduct, penguatan institusionalisasi dialog HAM di ASEAN, penyusunan peta jalan keanggotaan penuh Timor Leste di ASEAN dan penandatanganan protokol SEANWFZ oleh Nuclear Weapon States (NWS) yang terhenti pada 2012.
Pilar Epicentrum of Growth
Prioritas keketuaan Indonesia di ASEAN dalam pilar ini adalah penguatan arsitektur kesehatan melalui One Health Initiative dan penguatan pendanaan darurat kesehatan untuk memperkuat keamanan kesehatan nasional dan kawasan.
"Dalam pertemuan Menkeu dan Gubernur Bank Sentral ASEAN akhir Maret lalu, dibahas modalitas penguatan pendanaan kesehatan kawasan termasuk melalui pemanfaatan COVID-19 and Other Public Health Emergencies and Emerging Diseases ASEAN Response Fund," ujar Retno.
Isu lain yang turut menjadi prioritas adalah penguatan ketahanan pangan kawasan, penguatan ketahanan energi dan upaya penguatan stabilitas keuangan kawasan.
Dalam hal penguatan stabilitas keuangan kawasan, penggunaan mata uang negara ASEAN akan digunakan dalam transaksi perdagangan dan konektivitas mekanisme pembayaran di kawasan.
"Dalam pertemuan Menkeu dan Bank Sentral ASEAN, disepakati komitmen negara ASEAN untuk menggunakan mata uang lokal dan perluasan konektivitas mekanisme pembayaran (regional payment connectivity) guna memperkuat stabilitas keuangan di kawasan," kata Retno.
Advertisement
Digitalisasi Ekonomi dan Sektor Pariwisata
Indonesia turut menekankan masalah digitalisasi ekonomi dan sektor pariwisata.
Hal ini terbukti dalam pertemuan Menteri Perdagangan ASEAN, seluruh negara anggota ASEAN mendorong adanya kesepakatan Digital Economic Framework di ASEAN dan melanjutkan perundingan kesepakatan trade on goods agreement di ASEAN untuk memfasilitasi perdagangan intra negara ASEAN.
Selain itu, ASEAN juga masih bekerja untuk memperkuat proteksi bagi pekerja migran di ASEAN dan Pembangunan Pedesaan dilakukan melalui pembentukan Jejaring Desa ASEAN (ASEAN Villages Network/AVN) yang pembahasannya masih berlangsung.