Sukses

ASEAN Bakal Tinggalkan Dolar untuk Transaksi Internasional? Ini Kata Menlu Retno

Pemakaian mata uang lokal ASEAN menjadi bahasan di pertemuan ASEAN 2023.

Liputan6.com, Jakarta - Wacana meninggalkan mata uang dolar untuk transaksi internasional sedang menjadi sorotan di luar negeri. Belakangan China selalu mempromosikan transaksi internasional dengan yuan, Rusia pun fokus memakai ruble untuk menghindari sanksi. 

Tahun lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin juga mengklaim negara BRICS (Brazil, Rusia, India, China, South Africa) ingin mengembangkan mata uang baru. 

Penggunaan mata uang tersebut dinilai bisa mengurangi ketergantungan negara terhadap dolar AS yang umum dipakai dalam transaksi internasional.

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi juga menyampaikan bahwa ASEAN ingin memperkuat upaya memakai mata uang sendiri di kawasan. Hal ini turut dibahas di ASEAN 2023 untuk memperkuat stabilitas keuangan. 

Ia berkata pemakaian mata uang ASEAN dapat digunakan untuk "transaksi perdagangan dan konektivitas mekanisme pembayaran di kawasan ASEAN."

"Dalam pertemuan Menkeu dan Bank Sentral ASEAN, disepakati komitmen negara ASEAN untuk menggunakan mata uang lokal dan perluasan konektivitas mekanisme pembayaran (regional payment connectivity) guna memperkuat stabilitas keuangan di kawasan," ujar Menlu RI Retno Marsudi pada acara press briefing ASEAN 2023 di kantor Kemlu RI, Jakarta, Rabu (5/4/2023). 

Meski demikian, pihak Kemlu RI tidak menggunakan istilah dedolarisasi.

Isu seputar pemakaian mata uang regional di ASEAN (Local Currency Settlement/LCS) sebetulnya bukan hal baru. Pada 2021, ekonom menyebut LCS bisa membuat rupiah lebih stabil dan mengurangi ketergantungan ke dolar AS.

Bank Indonesia juga telah menjelaskan bahwa kebijakan ini bisa mengurangi porsi demand terhadap dolar AS. Pada pertemuan bank sentral negara-negara ASEAN di Bali, Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkap keingingan membentuk task force untuk isu ini. 

"Kami bertujuan untuk membentuk gugus tugas transaksi mata uang lokal ASEAN untuk memiliki diskusi yang kuat dan terfokus pada mata uang lokal," ungkapnya pada akhir Maret kemarin.

2 dari 4 halaman

Bank Sentral ASEAN Sepakati Kerjasama Ekonomi Makro

Sementara itu sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo membeberkan tiga prioritas kesepakatan ekonomi bersama bank sentral negara-negara ASEAN.

Seperti diketahui, Gubernur BI Perry Warjiyo bersama Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani telah melaksanakan pertemuan pertama ASEAN Finance Ministers & Central Bank Governors Meeting (AFMGM) 2023 pada Jumat, 31 Maret 2023. 

"Pertama, kami sepakat untuk memperkuat bauran kebijakan ekonomi makro agar lebih tahan terhadap gejolak global, memperkuat stabilitas ekonomi makro dan keuangan serta mendukung pemulihan dan integrasi ekonomi di kawasan," ungkap Perry Warjiyo, dalam konferensi pers AFMGM 2023 di Nusa Dua, Bali Jumat (31/3/2023).

Dalam bauran kebijakan makro, hal ini mencakup pembinaan kebijakan, sinergi, dan koordinasi antar otoritas untuk menjaga stabilitas ekonomi makro dan sistem keuangan serta mendukung pertumbuhan yang berkelanjutan di ASEAN.

"Mempertimbangkan sifat multidimensi dan kompleks dari tantangan yang dihadapi kawasan saat ini, pertemuan tersebut menyoroti kebutuhan untuk memperkuat pembuat kebijakan yang mendukung reformasi fiskal, moneter, makro, juga struktural," jelas Perry.

3 dari 4 halaman

Mata Uang Lokal

Adapun kesepakatan untuk lebih mendorong ekspor dan investasi. Namun di luar itu, diversifikasi mata uang juga merupakan inisiatif penting di ASEAN.

Dalam aspek kawasan ini, ASEAN sepakat untuk memperkuat ketahanan eksternal dan keuangan antara lain melalui penggunaan mata uang lokal untuk mendukung perdagangan lintas batas, dan investasi di kawasan.

Ketiga, gubernur bank sentral ASEAN sepakat untuk segera memperluas konektivitas pembayaran regional di antara negara anggota ASEAN.

Tahun lalu, Indonesia dalam presidensinya di G20 mencapai kesepakatan lima bank sentral negara ASEAN yaitu Malaysia, Singapura, Filipina dan of Thailand terkait konektivitas pembayaran dengan penggunaan QR, Fast Payment, dan penggunaan transaksi mata uang lokal.

"Dan ini akan kami kembangkan untuk menggabungkan negara anggota ASEAN lainnya, yaitu Vietnam, Brunei, Kamboja, dan Laos yang telah memberikan minat untuk bergabung, serta ada juga konektivitas pembayaran dengan Euro," tambah Perry.

4 dari 4 halaman

Infografis Resesi