Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Republik Indonesia (RI) melalui kementerian luar negeri (kemlu) mengutuk kekerasan Israel di Kompleks Masjid Al-Aqsa.
"Indonesia mengutuk tindak kekerasan aparat keamanan Israel di Masjid Al-Aqsa di bulan suci Ramadhan yang menyebabkan sejumlah jemaah terluka dan penangkapan ratusan lainnya," demikian pernyataan Kemlu RI yang dikutip via Twitter, Kamis (6/4/2023).
Baca Juga
"Tindakan ini sungguh menyakit perasaan umat muslim dunia, pelanggaran nyata terhadap kesucian Al-Aqsa dan akan memicu konflik dan kekerasan."
Advertisement
Kemlu RI menambahkan, "Indonesia mendesak PBB dan dunia internasional segera mengambil langkah nyata guna menghentikan dan mengakhiri berbagai pelanggaran Israel terhadap Al-Aqsa."
Dengan ketegangan yang sudah memuncak di Tepi Barat yang diduduki dan Yerusalem Timur selama berbulan-bulan, berbagai pihak telah memperingatkan tentang risiko babak baru kekerasan di Kompleks Masjid Al-Aqsa pada waktu-waktu yang sangat sensitif.
Tahun lalu, untuk pertama kali bulan suci Ramadhan dan hari raya Paskah Yahudi dirayakan bersamaan dalam tiga dekade. Kekerasan pecah selama beberapa hari berturut-turut ketika polisi Israel "membersihkan" halaman kompleks masjid sebelum mengawal pengunjung Yahudi.
Perisiwa serupa terjadi pada Rabu malam (5/4), di mana Ramadhan dan Paskah tumpang tindih lagi. Dua akhir pekan berikutnya juga menandai Paskah bagi gereja-gereja Barat dan Ortodoks Timur.
Semua hari besar itu akan menarik lebih banyak pengunjung ke situs-situs suci. Menurut angka resmi yang dikutip BBC, sekitar 60 ribu turis dijadwalkan tiba di Israel pekan ini.
Konfrontasi Lanjutan
Ketakutan akan konfrontasi lebih lanjut dalam beberapa hari mendatang kini meningkat, terutama jika pejabat Israel seperti Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben Gvir yang berhaluan kanan kembali mengunjungi Kompleks Masjid Al-Aqsa atau jika polisi Israel mengizinkan aktivis Yahudi berdoa di sana.
"Kami selalu prihatin dengan upaya ekstremis Yahudi untuk mengacaukan status quo," kata Mustafa Abu Sway, seorang cendekiawan Islam dan anggota Dewan Wakaf Islam di Yerusalem awal pekan ini.
Dia mengingatkan bahwa 10 hari terakhir Ramadhan yang penting, merujuk ke Lailatul Qadar, dimulai Selasa depan.
"Secara historis, Israel sebagai kekuatan pendudukan mencegah ekstremis Yahudi masuk selama 10 hari ini. Tetapi dengan pemerintahan (berhaluan paling kanan dalam sejarah Israel) seperti itu, kami khawatir mereka akan mengizinkannya," ujar Mustafa.
Kompleks Masjid Al-Aqsa menyandang status quo, di mana orang non-muslim diizinkan untuk berkunjung dari gerbang dan pada waktu yang ditentukan, namun mereka tidak diizinkan untuk beribadah di sana.
Tidak sedikit yang menilai, kelompok ekstrem kanan Israel terus menggencarkan upaya untuk mengubah status quo. Sementara itu, otoritas Israel bersikeras bahwa mereka bertindak untuk menjaga kebebasan beribadah di situs suci tersebut.
Advertisement