Sukses

Tradisi Serangan Israel ke Jemaah Palestina di Masjidil Aqsa Saat Ramadhan

Polisi Israel menyerang puluhan jemaah di kompleks Masjid al-Aqsa Yerusalem sebelum fajar pada Rabu (5/4), kata saksi mata.

Liputan6.com, Tepi Barat - Polisi Israel menyerang puluhan jemaah di kompleks Masjid al-Aqsa Yerusalem sebelum fajar pada Rabu (5/4), kata saksi mata.

Penyerangan semacam ini bukan kali pertama, sudah banyak serangan serupa dilakukan, dan kerap terjadi saat warga Palestina sedang beribadah di bulan Ramadhan.

Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan, tujuh warga Palestina menderita luka akibat peluru dan pemukulan dalam bentrokan dengan polisi Israel di kompleks Masjid al-Aqsa.

Ia menambahkan bahwa pasukan Israel mencegah petugas medis mencapai masjid.

"Saya sedang duduk di kursi membaca (Al-Qur'an)," kata seorang wanita tua di luar masjid, sembari berjuang untuk mengatur napas, dikutip dari laman english.alarabiya.net, Kamis (6/4/2023).

“Mereka melempar granat kejut, salah satunya mengenai dada saya,” katanya sambil mulai menangis.

Insiden itu memicu protes di Tepi Barat yang diduduki. Militer Israel mengklaim mereka menanggapi sembilan roket yang ditembakkan dari Gaza ke Israel setelah sirene meraung di kota-kota selatan.

Kekerasan Israel di Tepi Barat Palestina yang diduduki telah melonjak selama setahun terakhir dan ada kekhawatiran bahwa ketegangan dapat meningkat bulan ini, karena bulan suci Ramadhan bertepatan dengan Paskah Yudaisme dan Paskah Kristen.

Gesekan di kompleks Masjid al-Aqsa telah memicu kekerasan dalam beberapa tahun terakhir.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Kelompok Palestina Sebut Tindakan Ini Sebagai Kejahatan

Kelompok-kelompok Palestina mengutuk serangan Israel terhadap jamaah, yang mereka gambarkan sebagai kejahatan.

“Kami memperingatkan pendudukan agar tidak melintasi garis merah di tempat-tempat suci,” kata Nabil Abu Rudeineh, juru bicara Presiden Palestina Mahmoud Abbas.

Yordania dan Mesir, keduanya terlibat dalam upaya yang didukung AS baru-baru ini untuk mengurangi ketegangan antara Israel dan Palestina, mengeluarkan pernyataan terpisah yang mengecam insiden tersebut.

3 dari 3 halaman

Kutukan bagi Israel

Insiden pada Rabu pagi mengundang kecaman dari seluruh dunia Arab dan muslim. Kementerian Luar Negeri Yordania mengutuk tindakan polisi Israel sekeras-kerasnya dan meminta Israel untuk segera menarik pasukannya dari Masjid Al-Aqsa. Yordania juga menyerukan pertemuan luar biasa Liga Arab untuk membahas perkembangan tersebut.

Kementerian Luar Negeri Mesir mengutuk penyerbuan Masjid Al-Aqsa oleh polisi Israel, dengan mengatakan hal itu telah melanggar semua hukum dan kebiasaan internasional.

Kantor Amerika Serikat untuk Urusan Palestina menyerukan setiap pihak menahan diri pasca serangan Rabu pagi.

"Kekerasan tidak memiliki tempat di tempat suci dan selama musim suci. Mengkhawatirkan adegan mengejutkan di Masjid Al-Aqsa dan roket yang diluncurkan dari Gaza menuju Israel. Kami menyerukan pengekangan dan de-eskalasi untuk memungkinkan ibadah yang damai dan melindungi kesucian tempat-tempat suci," twit Kantor Amerika Serikat untuk Urusan Palestina.

Selama dua pekan terakhir, ada seruan dari kelompok ekstremis Yahudi untuk menyembelih kambing di kompleks Masjid Al-Aqsa sebagai bagian dari ritual perayaan Paskah kuno yang tidak lagi dilakukan oleh kebanyakan orang Yahudi. Dilaporkan ada banyak jemaah memilih tetap tinggal di masjid untuk mencegah upaya tersebut.

Kompleks Masjid Al-Aqsa, yang sering menjadi pusat ketegangan, tidak hanya rumah bagi salah satu situs suci Islam, tetapi juga situs paling suci dalam Yudaisme, yang dikenal sebagai Temple Mount.

Pada Rabu, Perdana Menteri Otoritas Palestina Mohammad Shtayyeh mengutuk tindakan polisi Israel, dengan mengatakan, "Apa yang terjadi di Yerusalem adalah kejahatan besar terhadap jemaah."

"Israel tidak ingin belajar dari sejarah, bahwa al-Aqsa adalah untuk Palestina dan untuk semua orang Arab dan muslim, dan penyerbuan itu memicu revolusi melawan pendudukan," tambah Shtayyeh.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.