Sukses

Buntut Pertemuan Presiden Taiwan Tsai Ing-wen dan Ketua DPR AS Kevin McCarthy, China Jatuhkan Rentetan Sanksi

Partai Komunis China mengklaim Taiwan sebagai miliknya meskipun tidak pernah mengendalikannya. Beijing telah bersumpah merebut pulau yang memiliki pemerintahan sendiri itu, bahkan jika perlu dengan paksa.

Liputan6.com, Beijing - China menjatuhkan sanksi terhadap dua organisasi Amerika Serikat (AS) yang menjadi tuan rumah kunjungan Presiden Taiwan Tsai Ing-wen belum lama ini.

Kementerian Luar Negeri China pada Jumat (7/4/2023) mengumumkan, lembaga think tank Institut Hudson yang berkantor pusat di Washington dan Perpustakaan Kepresidenan Ronald Reagan di California akan dilarang melakukan kerja sama, pertukaran, atau transaksi apapun dengan institusi dan individu di China.

Pemimpin kedua organisasi tersebut juga dilarang mengunjungi China, tidak dapat bertransaksi atau bekerja sama dengan organisasi atau individu di China, dan aset mereka di China akan dibekukan.

Belum jelas apakah kedua organisasi atau pemimpinnya memiliki aset atau kerja sama dengan China yang akan terdampak sanksi.

"Institut Hudson dan Perpustakaan Kepresidenan Ronald Reagan telah menyediakan platform dan memfasilitasi kegiatan separatis Tsai Ing-wen... yang secara serius merusak kedaulatan dan integritas teritorial China," ungkap Kementerian Luar Negeri China seperti dikutip dari CNN, Sabtu (8/4).

Perpustakaan Kepresidenan Ronald Reagan adalah tempat pertemuan antara Tsai Ing-wen dengan Ketua DPR AS Kevin McCarthy pada Rabu (5/4). Pertemuan tersebut bersejarah karena merupakan pertama kalinya seorang presiden Taiwan bertatap muka dengan ketua DPR AS di AS.

Sementara itu, pekan lalu, Institut Hudson memberikan Global Leadership Award kepada Tsai Ing-wen di New York.

Kedua peristiwa tersebut terjadi selama Tsai Ing-wen melakukan transit dalam perjalanan pergi dan pulangnya ke sekutu Taiwan di Amerika Tengah.

Selain itu, menurut Kantor Urusan Taiwan, China turut pula menjatuhkan sanksi terhadap organisasi Taiwan, "The Prospect Foundation" dan "Dewan Liberal dan Demokrat Asia", pada Jumat atas tuduhan keduanya mempromosikan kemerdekaan Taiwan.

Sanksi berupa mereka tidak dapat bekerja sama dengan organisasi dan individu di China daratan. Direktur mereka juga dilarang memasuki China daratan.

Media pemerintah China melaporkan bahwa perwakilan Taiwan untuk AS Hsiao Bi-khim tidak luput dari sanksi pada Jumat. Hsiao sebelumnya dikenai sanksi oleh China pada Agustus 2022, menyusul kunjungan Ketua DPR AS saat itu Nancy Pelosi ke Taiwan.

Di akun Twitternya pada Jumat, Hsiao bereaksi terhadap sanksi tersebut dengan mengatakan, "Wow, RRC baru saja memberikan sanksi lagi kepada saya, untuk kedua kalinya."

China telah berulang kali mengatakan akan mengambil langkah tegas dan kuat sebagai tanggapan atas pertemuan Tsai Ing-wen dengan McCarthy.

Partai Komunis China mengklaim Taiwan sebagai miliknya meskipun tidak pernah mengendalikannya. Beijing telah bersumpah merebut pulau yang memiliki pemerintahan sendiri itu, bahkan jika perlu dengan paksa.

2 dari 2 halaman

Taiwan: China Tidak Rasional

Kementerian Luar Negeri Taiwan menanggapi Jumat malam dengan menyebut keputusan China untuk menjatuhkan sanksi baru atas pertemuan Tsai Ing-wen dengan McCarthy tidak rasional dan tidak masuk akal.

"Adalah hak mendasar Taiwan untuk melakukan kegiatan diplomatik di luar negeri dan paksaan serta penindasan dari Beijing hanya akan meningkatkan desakan pada kebebasan dan demokrasi," sebut pernyataan Kementerian Luar Negeri Taiwan.

Tanggapan keseluruhan Beijing terhadap pertemuan Tsai Ing-wen dengan McCarthy dinilai lebih kalem dibandingkan dengan responsnya atas kunjungan Pelosi.

Selain sanksi, Beijing meluncurkan latihan militer ekstensif di sekitar Taiwan. Menjelang pertemuan Tsai Ing-wen dan McCarthy, Kementerian Pertahanan Taiwan mengatakan telah melacak kelompok kapal induk China, yang dipimpin oleh kapal induk Shandong, melewati perairan tenggara Taiwan untuk latihan di Pasifik Barat.

Tsai sendiri telah tiba kembali di Taiwan pada Jumat dan mengatakan pemerintahnya tidak akan berhenti melakukan pertukaran dengan dunia meskipun ada hambatan.

"Kami telah menunjukkan kepada komunitas internasional bahwa ketika menghadapi tekanan dan ancaman, Taiwan akan semakin bersatu. Kami tidak akan pernah menyerah pada penindasan dan kami juga tidak akan pernah berhenti melakukan pertukaran dengan komunitas internasional karena hambatan," kata Tsai Ing-wen.

"Ke depan, Taiwan tidak hanya akan menyumbangkan keahliannya dan menjadi kekuatan kebaikan bagi dunia, tetapi juga akan bekerja sama dengan mitra internasional lainnya secara aktif untuk hasil yang lebih bermanfaat."

Mengacu pada transitnya di AS, dia menambahkan, "Tekad Taiwan untuk melindungi kebebasan dan demokrasi telah mendapat dukungan dari sesama mitra demokrasi kami dan telah memperkuat persahabatan kami dengan mereka."

Pembalasan China terhadap AS terjadi pada saat hubungan kedua diselimuti ketegangan menyusul gesekan berbagai isu, termasuk insiden balon mata-mata.