Liputan6.com, Kyiv - Ukraina dapat mengekspor listrik untuk pertama kalinya dalam enam bulan terakhir. Hal itu dimungkinkan menyusul pulihnya infrastruktur energinya pasca serangan Rusia yang berulang selama berbulan-bulan.
Rusia disebut memulai serangan yang panjang dan disengaja terhadap infrastruktur energi Ukraina sejak Oktober 2022, menyebabkan pemadaman listrik hingga menghentikan ekspor listrik. Namun, situasi telah berbeda saat ini.
Baca Juga
Menteri Energi Ukraina Herman Halushchenko menandatangani perintah eksekutif yang mengesahkan ekspor listrik, namun pelanggan lokal tetap menjadi prioritas. Dia mengatakan, sistem telah memproduksi kapasitas ekstra selama hampir dua bulan.
Advertisement
"Musim dingin yang paling sulit telah berlalu," kata Halushchenko pada Jumat (7/4/2023), seperti dikutip BBC, Minggu (9/4). "Langkah selanjutnya adalah mulai mengekspor listrik, yang akan memungkinkan kami menarik sumber daya keuangan tambahan untuk rekonstruksi infrastruktur energi yang hancur dan rusak."
Halushchenko memuji andil para insinyur dan mitra internasional untuk memulihkan sistem tenaga listrik Ukraina.
Lampu Jalan Kembali Menyala
Bulan lalu, penduduk di seluruh Ukraina mengatakan kepada BBC bahwa pasokan listrik telah lebih dapat diandalkan.
"Kota telah berubah," kata Inna Shtanko, seorang ibu muda di Dnipro. "Akhirnya, lampu jalan kembali menyala dan tidak lagi menakutkan berjalan di jalanan kota."
Bagaimanapun, operator jaringan listrik Ukraina, Ukrenergo, memperingatkan bahwa Ukraina tidak dapat mengandalkan berhentinya serangan Rusia.
Ukrenergo mengatakan pada Sabtu bahwa Rusia telah meluncurkan lebih dari 1.200 rudal dan drone di fasilitas energinya selama perang, menggambarkan itu sebagai upaya besar-besaran untuk menghancurkan sistem tenaga listrik Ukraina.
Di kota-kota di seluruh Ukraina pada musim dingin ini, sejumlah warga sipil terpaksa mengandalkan hub yang dikenal sebagai pusat ketahanan agar tetap hangat selama suhu beku dan pemadaman listrik.
Hub menyediakan aliran listrik dan penghangat, serta pasokan dasar seperti makanan dan obat-obatan.
Tidak hanya infrastruktur energi yang rusak, namun Ukraina juga kehilangan kendali atas pembangkit listrik tenaga nuklir terbesar di Eropa, Zaporizhzhia, yang jatuh ke tangan Rusia.
Advertisement