Sukses

Pengungsi Suriah Ryyan Alshebl Terpilih Sebagai Wali Kota Ostelsheim di Jerman

Ryyan Alshebl lahir dari pasangan guru sekolah dan insinyur pertanian di Suriah. Dia menempuh perjalanan berbahaya dari negaranya ke Eropa pada saat berusia 21 tahun.

Liputan6.com, Berlin - Seorang warga Suriah yang tiba di Jerman sebagai pengungsi pada tahun 2015, Ryyan Alshebl (29), memenangkan pemilihan wali kota di Negara Bagian Baden-Wurttemberg, Jerman.

Ryyan Alshebl, yang meninggalkan kampung halamannya di As Suwayda, Suriah, delapan tahun lalu, maju sebagai calon independen di pemilihan wali kota Ostelsheim. Dia memenangkan 55,41 persen suara pada Minggu (9/4/2023), mengalahkan dua kandidat lainnya, Marco Strauss dan Mathias Fey.

Penduduk setempat bersorak kemenangannya, sesuatu yang dia gambarkan "sensasional".

"Hari ini, Ostelsheim mengirimkan contoh... untuk seluruh Jerman," kata Ryyan Alshebl seperti dilansir CNN, Senin (10/4/2023). "Ini bukan sesuatu yang bisa diterima begitu saja di daerah pedesaan yang konservatif."

Sosok pertama yang dihubungi Ryyan Alshebl setelah kemenangannya adalah ibunya di Suriah, yang tentu saja sangat senang dengan kabar tersebut.

Asosiasi Kota Baden-Wurttemberg mengatakan, Ryyan Alshebl adalah orang keturunan Suriah pertama yang mencalonkan diri dan memenangkan jabatan wali kota. Dia akan memulai perannya pada Juni.

"Dongeng itu menjadi kenyataan dan orang yang tepat telah menjadi wali kota kami," ungkap seorang warga Ostelsheim, Annette Keck.

Ucapan selamat juga datang dari lawannya dalam pemilihan, Strauss.

"Saya berharap Anda beruntung dan pada saat yang sama meminta dukungan untuk Tuan Ryyan Alshebl, untuk Ostelsheim kita bersama," tulis Strauss di Facebook.

Menteri Integrasi Negara Manne Lucha mengatakan, kemenangan Ryyan Alshebl menunjukkan bahwa keragaman adalah bagian alami dari Baden-Wurttemberg.

"Saya akan sangat senang jika pemilihan Ryyan Alshebl mendorong lebih banyak orang dengan riwayat migrasi untuk mencalonkan diri sebagai pejabat politik," katanya.

Tidak semua orang menerima Ryyan Alshebl dengan baik. ZDF melaporkan, dia mengaku juga mendapat komentar kebencian saat kampanye karena akar Suriah-nya.

2 dari 2 halaman

Menempuh Perjalanan Berbahaya ke Eropa

Lahir dari pasangan guru sekolah dan insinyur pertanian di Suriah, Ryyan Alshebl menggambarkan hidupnya tanpa beban sampai dia berusia 20 tahun. Demikian menurut situs kampanyenya.

Saat itu, protes terhadap pemerintah Suriah yang dimulai pada 2011 berubah menjadi perang. Pertempuran dan kebangkitan ISIS kemudian memaksa 10,6 juta orang meninggalkan rumah pada akhir tahun 2015, jumlah itu sekitar setengah dari populasi Suriah sebelum perang.

Ryyan Alshebl pun menghadapi dilema untuk wajib militer dengan tentara Suriah atau meninggalkan negaranya.

Sementara banyak warga Suriah mengungsi di dalam negeri atau melarikan diri ke negara-negara tetangga, beberapa lainnya seperti Ryyan Alshebl melakukan perjalanan berbahaya ke Eropa. Dia berusia 21 tahun saat menyeberang dari Turki ke Pulau Lesbos di Yunani dengan perahu karet.

Mantan Kanselir Jerman Angela Merkel menerapkan kebijakan pintu terbuka pada tahun 2015, yang membuat negara itu menerima sekitar 1,2 juta pencari suaka pada tahun-tahun berikutnya, salah satunya Ryyan Alshebl.

Begitu tiba di Jerman, Ryyan Alshebl tinggal dekat dengan Ostelsheim. Saat itu dia merasa hanya ada satu hal yang dapat dilakukannya: bangkit kembali dengan cepat dan mulai berinvestasi di masa depan dengan cepat.

Selama tujuh tahun terakhir, Ryyan Alshebl bekerja di administrasi Balai Kota Althengstett. Dari pengalamannya tersebut, dia menjadikan akses digital ke layanan administrasi publik sebagai salah satu agendanya. Selain itu, yang menjadi fokusnya juga soal pengasuhan anak yang fleksibel dan perlindungan iklim.

Ryyan Alshebl yang merupakan anggota Partai Hijau dan sekarang berkewarganegaraan Jerman berjanji selama kampanyenya bahwa setelah terpilih sebagai wali kota dia akan pindah ke Ostelsheim.