Liputan6.com, Pyongyang - Korea Utara menembakkan rudal balistik jarak menengah atau panjang pada Kamis (13/4/2023) pagi, memicu kepanikan di Pulau Hokkaido, Jepang, di mana sistem peringatan darurat J-Alert meminta penduduk untuk berlindung padahal tidak ada bahaya.
Otoritas Jepang kemudian mencabut peringatan setelah memutuskan bahwa rudal Korea Utara tidak akan jatuh di dekat pulau itu.
Baca Juga
Menurut militer Korea Selatan, rudal Korea Utara terbang sekitar 1.000 km. Ketinggian maksimum rudal belum diungkapkan. Demikian seperti dilansir Japan today.
Advertisement
Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida menuturkan, pemerintahnya akan menggelar pertemuan Dewan Keamanan Nasional sebagai respons atas peluncuran rudal Korea Utara.
Sementara itu, Menteri Pertahanan Jepang Yasukazu Hamada mengungkapkan bahwa rudal itu ditembakkan ke arah timur dengan sudut tinggi. Dia mengonfirmasi bahwa rudal tidak jatuh di wilayah Jepang dan pihaknya sedang menganalisis untuk menemukan informasi lebih lanjut.
Namun, Hamada tidak bisa memastikan apakah rudal terbang di atas zona ekonomi eksklusif Jepang.
Adapun penjaga Pantai Jepang mengungkapkan bahwa rudal jatuh d laut sebelah timur Korea Utara.
Sistem Peringatan Darurat Bermasalah
J-Alert sebelumnya juga pernah bermasalah. Pada Oktober 2022, peringatan evakuasi dikeluarkan ketika sebuah rudal terbang di atas Jepang. Namun, pemberitahuan tersebut terlambat sampai akhirnya rudal jatuh ke Pasifik.
Sebulan kemudian, sebuah peringatan keliru yang menyebutkan bahwa rudal melintasi Jepang juga dikeluarkan.
Pada Kamis, seorang siswa mengatakan bahwa sistem peringatan darurat memicu alarm sesaat di stasiun kereta di Hokkaido.
"Terjadi kepanikan di kereta, tetapi seorang pekerja stasiun berkata untuk tenang dan orang-orang melakukannya," kata pria tak dikenal itu kepada NHK.
Advertisement
Melawan Agresi AS
Peluncuran rudal pada Kamis pagi dilakukan beberapa hari setelah Kim Jong Un menyerukan penguatan pencegahan perang dengan cara yang lebih praktis dan ofensif untuk melawan apa yang disebut Korea Utara sebagai gerakan agresi oleh Amerika Serikat (AS).
Sementara mengutuk serangkaian uji coba rudal terbaru Korea Utara, AS memperbarui tawarannya untuk membuka pembicaraan.
"Pintu diplomasi belum tertutup, tetapi Pyongyang harus segera menghentikan tindakan destabilisasi dan sebaliknya memilih keterlibatan diplomatik," kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS Adrienne Watson.
Penyiar Korea Selatan YTN, mengutip seorang pejabat militer, mengatakan peluncuran teranyar diduga melibatkan sistem senjata baru yang ditampilkan pada parade militer Korea Utara baru-baru ini.
Militer Korea Selatan sedang menganalisis lintasan dan jangkauan rudal, serta tidak mengesampingkan kemungkinan bahwa itu adalah rudal berbahan bakar padat.
Korea Utara telah bekerja untuk membangun lebih banyak rudal berbahan bakar padat, yang lebih mudah disimpan dan diangkut, dan dapat diluncurkan hampir tanpa peringatan atau waktu persiapan.
Â