Liputan6.com, Hokkaido - Warga Hokkaido di Jepang sempat dibuat khawatir oleh tindakan Korea Utara yang kembali menembakan rudal pada Kamis pagi (13/4/2023). Pemerintah Jepang pun tak mau ambil risiko dan membunyikan alarm peringatan.
Dilaporkan VOA Indonesia, mengutip media Jepang, warga Hokkaido diperingatkan untuk segera berlindung di ruang bawah tanah mereka, dan sejumlah sistem transportasi umum di daerah itu dihentikan sementara.
Baca Juga
Namun sekitar 20 menit setelah peringatan dikeluarkan, para pejabat Jepang mencabut peringatan itu dengan mengatakan rudal Korea Utara itu diperkirakan tidak mendarat di Hokkaido.
Advertisement
Menteri Pertahanan Jepang Yasukazu Hamada kemudian mengatakan rudal itu jatuh di luar teritori Jepang.
Menurut militer Korea Selatan, rudal itu ditembakkan pada sudut yang tinggi dari daerah Pyongyang dan terbang sejauh 1.000 kilometer sebelum mendarat di laut antara Korea dan Jepang.
Juru bicara Kepala Staf Gabungan Korea Selatan Lee Sung-jun mengatakan, "Karena ditembakkan pada sudut tinggi, jarak tempuh diperkirakan berdasarkan asumsi bahwa ini ditembakkan secara normal, maka kami perkirakan ini adalah rudal jarak menengah. Kami akan dapat mencapai kesimpulan yang lebih akurat begitu kami menganalsisnya dengan lebih cermat."
Dalam sebuah pernyataan, Gedung Putih mengatakan “mengutuk keras” uji coba rudal balistik antarbenua, yang “meningkatkan ketegangan dan risiko mendestabilisasi situasi keamanan di kawasan.”
“Pintu belum tertutup untuk diplomasi, tetapi Pyongyang harus segera menghentikan tindakan destabilisasinya dan sebaliknya memilih keterlibatan diplomatik,” kata pernyataan AS itu.
Korea Selatan Protes Keras
Dewan Keamanan Nasional Korea Selatan menyebut peluncuran itu sebagai “pelanggaran berat terhadap resolusi-resolusi Dewan Keamanan PBB,” yang melarang aktivitas rudal balistik Korea Utara.
Kementerian Pertahanan Jepang mengatakan pihaknya telah mengajukan “protes keras” kepada Korea Utara terkait peluncuran itu.
Korea Utara belum memberikan rincian apapun. Negara ini biasanya tidak berkomentar mengenai uji coba senjatanya hingga keesokan paginya sewaktu surat kabar pemerintah mempublikasikannya.
Sebelumnya dilaporkan, militer Korea Selatan, rudal Korea Utara terbang sekitar 1.000 km. Ketinggian maksimum rudal belum diungkapkan. Demikian seperti dilansir Japan today.
Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida menuturkan, pemerintahnya akan menggelar pertemuan Dewan Keamanan Nasional sebagai respons atas peluncuran rudal Korea Utara.
Sementara itu, Menteri Pertahanan Jepang Yasukazu Hamada mengungkapkan bahwa rudal itu ditembakkan ke arah timur dengan sudut tinggi. Dia mengonfirmasi bahwa rudal tidak jatuh di wilayah Jepang dan pihaknya sedang menganalisis untuk menemukan informasi lebih lanjut.
Namun, Hamada tidak bisa memastikan apakah rudal terbang di atas zona ekonomi eksklusif Jepang.
Adapun penjaga Pantai Jepang mengungkapkan bahwa rudal jatuh di laut sebelah timur Korea Utara.
Advertisement
J-Alert Pernah Bermasalah
J-Alert sebelumnya juga pernah bermasalah. Pada Oktober 2022, peringatan evakuasi dikeluarkan ketika sebuah rudal terbang di atas Jepang. Namun, pemberitahuan tersebut terlambat sampai akhirnya rudal jatuh ke Pasifik.
Sebulan kemudian, sebuah peringatan keliru yang menyebutkan bahwa rudal melintasi Jepang juga dikeluarkan.
Pada Kamis, seorang siswa mengatakan bahwa sistem peringatan darurat memicu alarm sesaat di stasiun kereta di Hokkaido.
"Terjadi kepanikan di kereta, tetapi seorang pekerja stasiun berkata untuk tenang dan orang-orang melakukannya," kata pria tak dikenal itu kepada NHK.
Antara Korea Utara dan Amerika Serikat
Peluncuran rudal pada Kamis pagi dilakukan beberapa hari setelah Kim Jong Un menyerukan penguatan pencegahan perang dengan cara yang lebih praktis dan ofensif untuk melawan apa yang disebut Korea Utara sebagai gerakan agresi oleh Amerika Serikat (AS).
Sementara mengutuk serangkaian uji coba rudal terbaru Korea Utara, AS memperbarui tawarannya untuk membuka pembicaraan.
"Pintu diplomasi belum tertutup, tetapi Pyongyang harus segera menghentikan tindakan destabilisasi dan sebaliknya memilih keterlibatan diplomatik," kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS Adrienne Watson.
Penyiar Korea Selatan YTN, mengutip seorang pejabat militer, mengatakan peluncuran teranyar diduga melibatkan sistem senjata baru yang ditampilkan pada parade militer Korea Utara baru-baru ini.
Militer Korea Selatan sedang menganalisis lintasan dan jangkauan rudal, serta tidak mengesampingkan kemungkinan bahwa itu adalah rudal berbahan bakar padat.
Korea Utara telah bekerja untuk membangun lebih banyak rudal berbahan bakar padat, yang lebih mudah disimpan dan diangkut, dan dapat diluncurkan hampir tanpa peringatan atau waktu persiapan.
Advertisement