Liputan6.com, Jakarta - Pada Jumat (14/4/2023), Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) menyelenggarakan Iftar bersama Habib Husein Ja’far Al Hadar.
Selain buka puasa bersama, Habib Jafar memberikan ceramah dengan topik yang mengangkat isu iklim.
Baca Juga
Ceramah tersebut dikemas dalam bentuk diskusi publik yang dipimpin langsung oleh Ketua dan Pendiri FPCI, Dr. Dino Patti Djalal.
Advertisement
"Kita melihat bahwa tantangan terbesar bagi umat manusia sekarang di seluruh dunia adalah perubahan iklim," ucap Dino menjelaskan alasan dari pemilihan tema iftar bersama kali ini yaitu "Amanah Islam dalam Menjaga Bumi Bersama".
Bertepatan dengan bulan suci Ramadhan dan hari Bumi sedunia tanggal 22 April, FPCI menggabungkan kedua tema dan menghasilkan topik yaitu landasan Al-Qur’an mengenai kelestarian lingkungan, krisis iklim, dan peran Muslim dan umat manusia menanganinya.
"Ini adalah satu perspektif yang perlu dipahami oleh umat Islam," tambah Dino.
Dalam ceramahnya, Habib Jafar menjelaskan bagaimana memperhatikan lingkungan merupakan salah satu kewajiban bagi umat Muslim. Sebagai sesama ciptaan Tuhan sudah sepatutnya untuk saling menjaga, bukannya malah menyakiti salah satunya.
"Agama tidak boleh tinggal diam dalam isu lingkungan," tegas Habib Jafar.
Penulis buku “Menyegarkan Islam Kita” itu menyebutkan enam hal yang harus dijaga oleh umat Muslim, salah satu di antaranya dan yang paling mendasar adalah hifdzul bi’ah yaitu menjaga lingkungan.
"Dasar dari semua prinsip dalam ilmu agama adalah adanya lingkungan," ucapnya.
Tanpa lingkungan, menurut Habib Jafar, tidak akan ada kehidupan, tidak bisa melakukan apa pun, ibadah atau aktivitas lainnya.
Peran Tokoh Agama Sangat Penting
Dino dalam diskusi publik tersebut melempar pertanyaan tentang cara untuk memajukan tema-tema tentang perubahan iklim dan lingkungan.
"Peran tokoh agama sangat powerful di Indonesia," jawab Habib Jafar.
Di Indonesia yang sebagian besar penduduknya memeluk agama Islam, tokoh agama memiliki pengaruh besar dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Habib Jafar, merangkul para tokoh agama untuk mengkampanyekan suatu hal merupakan cara cerdas.
Tokoh agama mengajarkan bagaimana untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Segala sesuatu yang mereka sampaikan harus diterima, “Jika tidak (diterima) orang akan berpikir saya menentang Tuhan,” ucap Habib Jafar.
"Kesadaran tokoh agama di Indonesia tentang ekologi sangat rendah," katanya, inilah yang harus diperbaiki untuk memaksimalkan kampanye isu lingkungan.
Untuk mengangkat isu lingkungan di kalangan umat Islam, Habib Jafar setuju bahwa para tokoh agama harus diedukasi tentang permasalahan tersebut.
"Penting untuk membangun kesadaran di tokoh agamanya terlebih dahulu," tegas Habib Jafar.
"Kemudian mereka akan menggiring, mendidik, dan mengajak umatnya untuk juga memiliki kesadaran ekologi," tambahnya.
Advertisement
Indonesia Menuju Cita-cita Net-Zero
Umat beragama dan lingkungan sangat erat kaitannya. Menjaga lingkungan adalah salah satu ciri pemeluk agama, dalam hal ini khususnya umat Islam.
Habib Jafar mengatakan bahwa limbah lingkungan dan emisi karbon di Indonesia yang berjumlah sangat besar tidak menunjukkan identitas Indonesia sebagai negara dengan pemeluk agama Islam terbanyak.
Indonesia juga merupakan salah satu negara penyumbang emisi gas rumah kaca terbesar di dunia.
Sebagaimana tujuan dari acara ini, yaitu mengingatkan bahwa isu lingkungan tidak pernah lepas dari landasan religius.
Acara yang diselenggarakan secara tatap muka dan dihadiri oleh lebih dari 250 partisipan beserta korps diplomatik dari berbagai negara seperti Jerman, Australia, dan China ini mendapat respons positif, terlihat dari banyaknya pertanyaan yang menunjukkan antusiasme para peserta.
Pada tanggal 24 Juni mendatang, FPCI akan menyelenggarakan Net Zero Summit untuk mendorong Indonesia net-zero 2050.
"Kalau kita memang nasionalis, kita harus peduli iklim," ucap Dito, "Indonesia harus mencapai net-zero di 2050, bukan di 2060," tambahnya.
Indonesia Siapkan Proyek Strategis Capai Net Zero Emission 2060
Saat ini, Indonesia sedang mengupayakan langkah serius untuk mengatasi isu lingkungan. Berbagai strategi mulai dirancang untuk capai tujuan tersebut.
Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) Rachmat Kaimuddin menyampaikan Indonesia tengah mempersiapkan proyek-proyek strategis yang melibatkan pengembangan energi baru dan teknologi pintar dalam mencapai target net zero emission (NZE) tahun 2060.
"Indonesia kini bersiap untuk mempersiapkan proyek-proyek strategis yang melibatkan pengembangan energi baru dan teknologi pintar untuk mencapai target Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060 atau bahkan lebih awal," kata Rachmat dikutip dari Antara, Rabu (14/12/2022)
"Saat ini kami bergerak maju untuk mempromosikan pembangunan hijau dan masa depan yangcerdas, kami ingin mengundang Siemens untuk berpartisipasi dalam sektor-sektor tersebut," lanjut dia.
Ia juga menuturkan, dalam proses menuju net zero emission 2060 atau lebih cepat, Indonesia telah mengupayakan transisi energi fosil ke energi listrik dalam transportasi, mengembangkan energi baru terbarukan (EBT) yang bersih, melakukan co-firing bio massa di sejumlah PLTU, elektrifikasi industri.
Advertisement