Sukses

Putra Mahkota Iran Reza Pahlavi Akan Kunjungi Israel untuk Menghadiri Peringatan Holocaust

Reza Pahlavi adalah putra dari shah terakhir Iran Mohammed Reza Pahlavi yang memerintah sebelum Revolusi Islam 1979.

Liputan6.com, Tel Aviv - Putra mahkota Iran, Reza Pahlavi, yang diasingkan dijadwalkan mengunjungi Israel pekan ini. Kunjungan itu disebut membandingkan hubungan hangat yang pernah dimiliki ayahnya, Mohammed Reza Pahlavi, yang merupakan shah terakhir Iran dengan kondisi permusuhan Teheran dan Tel Aviv saat ini.

Mohammed Reza Pahlavi adalah shah terakhir Iran yang memerintah sebelum Revolusi Islam 1979.

Pada Minggu (16/4/2023), Reza Pahlavi mengatakan bahwa dia akan menyampaikan pesan persahabatan dari rakyat Iran.

Menteri Intelijen Israel Gila Gamliel mengonfirmasi kunjungan Reza Pahlavi dengan mengungkapkan bahwa pria usia 62 tahun itu akan berpartisipasi dalam upacara peringatan tahunan Holocaust pada Senin (17/4) malam. Tidak hanya itu, Reza Pahlavi juga akan mengunjungi pabrik desalinasi, melihat Tembok Ratapan, dan bertemu dengan perwakilan komunitas lokal Bahai serta Yahudi Israel keturunan Iran.

Gamliel memuji keputusan berani Reza Pahlavi untuk melakukan kunjungan perdana ke Israel.

"Putra mahkota melambangkan kepemimpinan yang berbeda dari rezim ayatollah dan memimpin nilai-nilai perdamaian dan toleransi, berbeda dengan ekstremis yang memerintah Iran," ujar Gamliel seperti dikutip dari AP, Senin.

2 dari 2 halaman

Menetap di Amerika Serikat

Reza Pahlavi meninggalkan Iran pada usia 17 tahun untuk sekolah penerbangan militer di Amerika Serikat (AS), sesaat sebelum ayahnya terpaksa meletakkan takhta untuk diasingkan. Revolusi Islam kemudian terjadi, disusul pembentukan republik islam, pengambilalihan Kedutaan Besar AS di Teheran, dan penyingkiran sisa-sisa monarki yang didukung AS.

Reza Pahlavi, yang masih tinggal di AS, menyerukan revolusi damai yang akan menggantikan pemerintahan ulama dengan monarki parlementer, mengabadikan hak asasi manusia, dan memodernisasi ekonomi yang dikelola negara.

Tidak diketahui apakah Reza Pahlavi dapat menggembleng dukungan untuk kembali berkuasa. Pemerintahan ayahnya sendiri lekat dengan kemewahan dan represif.

Iran dan Israel putus hubungan pada tahun 1979, setelah pemimpin Revolusi Islam Ayatollah Khomeini mencap Israel sebagai musuh Islam. Hingga saat ini keduanya masih menjadi musuh bebuyutan, di mana Iran menyerukan penghancuran Israel dan Israel memosisikan Iran sebagai ancaman terbesarnya.

"Saya ingin rakyat Israel tahu bahwa Republik Islam tidak mewakili rakyat Iran. Ikatan kuno antara rakyat kita dapat dihidupkan kembali untuk kepentingan kedua negara," twit Reza Pahlavi.